Syair berbunyi: "Wahai diri, jika engkau tidak terbunuh di medan perang, engkau akan tetap mati meski di atas ranjang" disebut-sebut adalah syair Abdullah bin Rawahah.
Para sahabat nabi yang lain sering tergugah semangatnya ketika mendengar puisi-puisi Abdullah bin Rawahah, dan orang kafir quraisy yang mendengarnya pula, ciut dan ketar-ketir.
Suatu waktu, Abdullah bin Rawahah melantunkan syair yang ditujukan kepada kaum kafir quraisy di hadapan nabi yang ketika itu, nabi dan para sahabat sedang berada di tanah haram.
Muhammad Raji Hasan Kinas dalam "Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi" mengutip sebuah riwayat, bahwa ketika itu Umar bin Khattab mendengar syair itu, dan berkata, "Bagaimana bisa di sana, hai Ibnu Rawahah, di tanah haram dan di hadapan Rasulullah kau berani melantunkan syair?"
Rasulullah SAW ketika mendengar teguran Umar kepada Abdullah bin Rawahah itu, bersabda, "Biarkan dia, hai Umar! Demi Zat yang menguasai diriku, perkataannya lebih tajam dan lebih membekas atas mereka (kaum Quraisy) melebihi tikaman tombak,"
Sabda Rasulullah SAW itu seperti meneguhkan bahwa syair-syair yang dilantunkan dan ditulis Abdullah bin Rawahah punya ketajaman yang sanggup menembus pertahanan lawan, syair setajam tombak.
Biografi Singkat Abdullah bin Rawahah
Abdullah bin Rawahah adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari kalangan Anshar. Dia sendiri merupakan keturunan Bani Haritsi dari suku Khazraj.
Kemampuan bersyairnya telah tumbuh sejak lama. Namun, ketika dia mendengarkan Mush'ab bin Umair melantunkan Al-Quran, seketika hatinya meleleh. Dia tak punya alasan untuk menolak Islam. Pengetahuan sastranya yang tinggi tidak menemukan cela dalam keindahan Al-Quran.
Dia kemudian menyatakan keislamannya kepada Mush'ab bin Umair dan selalu mengikuti kajian-kajian sahabat Mush'ab.
Meski telah berislam, ketekunannya kepada sastra tidak dilepaskan begitu saja. Sebaliknya, dia gunakan syair-syair yang dia gubah sebagai alat untuk berjuang meninggikan Islam.
Abdullah bin Rawahah kemudian menjadi salah satu di antara tiga penyair nabi. Ketiganya adalanya Abdullah bin Rawahah, Ka'ab bin Malik, dan Hasan bin Tsabit. Abdullah bin Rawahah adalah penyair ulung.
Syahid di Perang Mu'tah
Setelah berislam melalui jalur Mushab bin Umair, Abdullah bin Rawahah mengikuti rombongan 72 orang untuk menyatakan sumpah setia kepada Nabi Muhammad SAW. Sumpah itu dikenal sebagai Baiat Aqabah.
Abdullah bin Rawahah semakin mantap keislamannya, dia terus menjadi andalan untuk membangkitkan semangat kaum muslim dari perang ke perang. Termasuk ketika dia akhirnya syahid dalam perang Mu'tah.
Perang Mu'tah adalah perang di Syam antara kaum Muslim yang berjumlah 3.000 orang melawan bala tentara Roma yang dipimpin Heraklius sebanyak 200.000 orang. Dari sisi jumlah, kaum Muslim jelas kurang bisa mengimbangi, namun Abdullah bin Rawahah bangkit untuk membakar semangat kaum Muslim.
Ketika pasukan Muslim berada di Lembah Man'an, dalam perjalanan menuju medang perang, Abdullah bin Rawahah bangkit dan berkata:
"Kita tidak memerangi musuh karena jumlah mereka, kita tidak menantang lawan karena kekuatan mereka, tetapi kita perangi musuh demi agama kita. Wahai kaumku, demi Allah, sesungguhnya kematian dan kesyahidan yang kalian inginkan akan kalian hadapi saat ini. Jalan menuju surga telah terbuka lebar. Para malaikat menantikan kalian,"
"Saat ini, detik ini, kita perangi musuh yang jumlahnya jauh lebih besar dan lebih kuat demi mempertahankan dan membela Islam, agama yang memuliakan hidup kita. Pergilah, berperanglah, karena hanya ada dua kebaikan menunggu kalian, kemenangan atau kesyahidan!"
Ucapan ini bukan hanya rangkaian kata-kata indah tanpa bukti, Abdullah bin Rawahah membuktikannya bahwa jika bukan kemenangan yang didapat, jelaslah itu kesyahidan. Abdullah bin Rawahah mati syahid dalam perang Mu'tah ini. (iqk/iqk)