Kisah Iman Abbad bin Bisyr, Terpanah Tiga Kali Saat Shalat Tapi Tetap Hidup

Kisah Iman Abbad bin Bisyr, Terpanah Tiga Kali Saat Shalat Tapi Tetap Hidup

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Senin, 29 Jul 2024 18:00 WIB
Ilustrasi panah.
Ilustrasi panah. (Foto: Istimewa/ Unsplash.com/GVZ 42)
Bandung -

Cermin keteguhan iman para sahabat Nabi Muhammad SAW terpantul di dalam laku hidupnya. Mereka betul-betul mempraktikan keteguhan iman di dalam kehidupan sehari-hari, di dalam keadaan suka maupun duka.

Para sahabat bahkan rela mengorbankan raga dan jiwanya demi misi "rahmatan lil 'alamin" yang diemban Rasulullah SAW. Tak terkecuali sahabat Abbad bin Bisyr bin Waqasy.

Abbad bin Bisyr bin Waqasy adalah sahabat Nabi Muhammad SAW yang berasal dari suku Aus dan merupakan kalangan Anshar. Abbad selalu ikut dalam sejumlah peperangan yang terjadi antara kaum muslimin dan kaum kafir Quraisy.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dalam sebuah peperangan, dia mendirikan kemah bersama Nabi Muhammad SAW, dalam situasi inilah ketika dia sedang salat, dia terpanah tiga kali tapi nyawanya selamat.

Kriteria Sahabat Nabi

Seseorang dikategorikan sebagai sahabat Nabi Muhammad SAW jika memenuhi sejumlah kriteria. Yang pertama-tama, jelaslah orang tersebut harus pernah bertemu dengan nabi dan beriman kepadanya.

ADVERTISEMENT

Namun, dalam buku "Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi", tulisan Muhammad Raji Hasan Kinas (terjemahan Penerbit Zaman, 2012) dijelaskan lebih detail terkait kriteria sahabat nabi itu:

1. Bertemu dengan Nabi Muhammad SAW. Tegasnya, orang-orang yang pernah tinggal lama bersama nabi, seperti Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali dan sejumlah lainya, atau yang duduk sebentar dengan nabi, bahkan pun yang sebatas pernah diutus oleh nabi.

2. Bertemu nabi dalam keadaan sadar. Sehingga, orang yang mengaku berjumpa dengan nabi di dalam mimpi, tidaklah dapat dikategorikan sahabat.

3. Iman kepada kenabian Muhammad SAW. Sekalipun orang berjumpa dengan nabi tapi tidak beriman, bukanlah sosok sahabat.

4. Bertemu dengan nabi setelah Muhammad SAW diangkat sebagai nabi. Orang seperti pendeta Buhaira yang iman kepada kenabian Muhammad berdasarkan informasi kitab suci agamanya, bukan sahabat, sebab dia berjumpa Muhammad SAW sebelum kenabian itu ditahbiskan.

5. Bertemu ketika Nabi masih hidup.

6. Bertemu, beriman, dan mati dalam keadaan Iman-Islam maka itulah kriteria sahabat. Sekalipun bertemu dengan nabi dan beriman, tetapi dia mati dalam kondisi murtad, bukanlah sahabat.

Kisah Abbad bin Bisyr Terpanah Tiga Kali Saat Shalat

Kisah ini dikutip penulis buku "Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi" dari riwayat Ibnu Yasar dari Uqail bin Jabir, dari Jabir bin Abdullah al-Anshari.

Diriwayatkan, suatu peristiwa terjadi dalam situasi Perang Dzaturriqa, imbas dari seorang perempuan musyrik terkena lemparan anak panah seorang muslim.

Usai perang, suami perempuan itu melihat kondisi istrinya dan marah. Dia bergegas untuk menuntut balas. Dia mencari informasi mengenai lokasi markas nabi dan bermaksud melancarkan serangan pada malam hari hingga salah seorang sahabat nabi bersimbah darah.

Riwayat itu menyebutkan, malam itu, saat Nabi SAW hendak masuk rumah, beliau bersabda, "Siapakah yang mau berjaga malam ini?"

Amar bin Yasar dan Abbad bin Bisyr bangkit dan berkata, "Kami (siap berjaga), wahai Rasulullah."

"Berjagalah dekat gerbang Syi'ib." Saat itu beliau dan para sahabat menginap di Syi'ib, di sebuah lembah.

Kedua orang itu pun pergi menuju gerbang Syi'ib. Abbad bertanya, "Kau ingin aku berjaga di awal atau di akhir malam?"

Amar menjawab, "Kau berjaga di awal malam, dan aku di akhir malam." Kemudian Amar berbaring dan tertidur pulas.

Abbad mendirikan salat sunah sambil berjaga. Ketika itulah suami wanita musyrik itu datang. Ketika melihat Abbad yang sedang shalat, lelaki itu tidak menyia-nyiakan kesempatan.

la langsung melepaskan panah ke arah Abad dan tepat mengenai tubuhnya. Terkena panah tidak membuat Abbad membatalkan salatnya. la hanya mencabut panah dan melanjutkan salatnya. Lelaki itu kembali melemparkan panah. Dan Abbad tetap berdiri dalam salatnya. Untuk ketiga kalinya lelaki itu meluncurkan panah, dan Abbad mencabut panah yang tertancap di tubuhnya, lalu ia rukuk, lantas sujud.

Baru setelah selesai salat Abbad membangunkan Ammar dan berkata, "Bangunlah, ada orang yang datang."

Ammar terkejut ketika melihat suami wanita musyrik itu berada di dekat mereka. Ketika melihat mereka berdua, lelaki itu tahu, mereka menjadi benteng hidup bagi Muhammad dan menjadikan diri mereka sebagai penebus sumpahnya.

Amar kaget melihat sahabatnya Abbad berlumuran darah, "Subhanallah! Kenapa kau tidak membangunkanku saat pertama kali kau terkena panah?" Abbad menjawab, "Aku sedang membaca salah satu surat dan aku tak mau memutuskan bacaanku sampai selesai. Saat beberapa anak panah menancap di tubuhku, aku pun menyelesaikan salat membangunkanmu. Demi Allah, jika tidak karena tugas berjaga yang diperintahkan Rasulullah, niscaya jiwaku sudah lepas dari raga sebelum aku memutuskan menyelesaikan bacaanku."

Demikianlah kisah keteguhan iman dan kesetiaan Abbad bin Bisyr kepada Rasulullah SAW dengan dia melaksanakan apa yang ditugaskan nabi, meski harus berkorban nyawa.




(tya/tey)


Hide Ads