Di antara sahabat nabi, ada sahabat senior bernama Abdullah bin Jubair. Tak ada yang bisa menggoyahkan keteguhannya untuk menepati janji kepada nabi Muhammad SAW, sekalipun itu gemerlap harta rampasan perang.
Kisah syahid Abdullah bin Jubair terjadi ketika Perang Uhud pada tahun 3 Hijriah tanggal 15 Syawal. Dalam perang yang dipimpin langsung oleh Rasulullah Muhammad SAW, Abdullah bin Jubair diberi mandat untuk menjadi komandan pasukan pemanah.
Ada 50 orang pasukan pemanah. Pasukan ini harus menempati sebuah bukit di sekitar lokasi perang di bukit Uhud. Bukit ini berlokasi sekitar 4 mil dari Masjid Nabawi, dengan ketinggian 1000 kaki dari permukaan tanah dan panjang 5 mil.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Peristiwa memilukan terjadi dalam Perang Uhud ini, kaum muslimin yang merasa telah menang, sibuk berebut harta rampasan perang. Hal ini terlihat oleh pasukan pemanah yang merasa takut tidak kebagian harta itu. Maka mereka turun dan hal menyedihkan pun terjadi.
Kronologi Perang Uhud
Perang Uhud terjadi sebagai upaya balas dendam kaum kafir Quraisy yang kalah telak pada Perang Badar kepada umat Islam. Pada perang di area sumur badar itu kaum muslimin yang jumlahnya sekitar 313 orang sukses mengalahkan kaum kafir yang jumlahnya 950-1000 orang.
Husain Haekal, penulis Sejarah Hidup Muhammad menyebutkan bahwa pasukan kafir punya 100 kuda dan 100 pakaian besi perang. Sementara pasukan umat Islam yang dipimpin Nabi Muhammad SAW terdiri atas 70 unta, hanya 2 kuda, dan 60 baju besi.
Kemenangan umat Islam itu menjadi dendam berkelanjutan bagi kaum kafir. Terlebih, dendam itu semakin memuncak karena ada upaya kelompok Islam menjegal jalur dagang elit kafir Quraisy. Maka, sekali lagi perang pecah: Perang Uhud.
Rahmat Dunggio dalam Penyebab Kekalahan Umat Muslim dalam Perang Uhud Tahun 625 M pada Jurnal Historia Islamica, Vol. 1 Nomor 1 Tahun 2022 menuliskan alasan terjadinya perang itu.
"Selain itu penyebab yang melatarbelakangi terjadinya Perang Uhud ini adalah tindakan kaum muslim yang memblokir jalur perdagangan para pemimpin Quraisy di Madinah sehingga berpengaruh terhadap pendapatan mereka," tulis Rahmat.
Dalam Perang Uhud, pasukan perang umat Islam berjumlah 700 orang, sementara pihak kafir Quraisy berjumlah 3.000 orang. Awalnya, kaum muslim memukul mundur kaum kafir Quraisy. Tapi, pasukan yang menang ini tergiur dengan harta rampasan perang, sehingga mereka lupa tugas yang utama.
Rahmat Dunggio menulis, para pemanah yang seharusnya berada di atas bukit turun untuk ikut serta mengambil harta rampasan perang tersebut. Tindakan ini disadari oleh Khalid bin Walid dan menyerukan kepada pasukannya untuk segera kembali ke medan pertempuran dan menghancurkan muslim yang sibuk dengan harta rampasan perang tersebut.
Serangan kejutan yang dilakukan oleh Khalid bin Walid ini menghancurkan umat muslim karena mereka tidak berada pada posisi atau barisan perang yang sudah ditetapkan.
Teriakan Abdullah bin Jubair
Sebelum serangan balik terjadi, komandan pemanah pada Perang Uhud, Abdullah bin Jubair berteriak memperingatkan pasukan umat Islam yang dipimpinnya untuk tidak menuruni bukit. Abdullah bin Jubair ingat amanat dari Nabi SAW dan dia teguh menepati janji setia kepada Nabi SAW.
Sebelum perang, Nabi SAW berpesan, sebagaimana dikutip dari Ensiklopedia Biografi Sahabat Nabi, tulisan Muhammad Raji Hasan Kinas, bahwa Rasulullah telah berpesan kepada pasukan pemanah, "Jangan pernah meninggalkan posisi kalian ketika kalian melihat kami dapat mendesak mereka. Sama halnya, jangan tinggalkan posisi kalian meskipun kalian melihat kami terdesak oleh serangan musuh!".
Perintah nabi itu jelas dan mudah. Tapi, sebagian para pemanah ini tidak menghiraukan perintah nabi itu. Dan peringatan Abdullah bin Jubair tidak didengar.
Dari 50 orang pasukan pemanah, tersisa 10 orang termasuk Abdullah bin Jubair yang bertahan di atas bukit ketika peperangan Uhud seperti telah usai dan kaum muslimin berebut harta rampasan perang.
Pertahanan para pemanah yang rapuh dimanfaatkan Khalid bin Al-Walid untuk melakukan serangan balik dari belakang bukit. Pasukan pemanah dibabat habis. Abdullah bin Jubair pun syahid di tangan kafir Quraisy bernama 'Ikrimah bin Abi Jahal. Abdullah bin Jubair menepati janji kepada nabi dengan harga berupa nyawa.
Beda Abdullah bin Jubair dan Abdullah bin Zubair
Ja'far Assagaf, Dosen IAIN Surakarta, dikutip dari laman Al-Khairaat Ternate, menyebutkan ada sering salah penulisan antara Abdullah bin Jubair dan Abdullah bin Zubair. Yang pertama menggunakan J dan kedua menggunakan Z.
Dua nama tersebut merujuk kepada dua orang yang berbeda, dan berbeda pula masa hidupnya. Meski, dua-duanya tercatat dalam sejarah peradaban Islam.
Menurut Ja'far, banyak tulisan yang menyebutkan bahwa saat perang Uhud, komandan pemanah adalah Abdullah bin Zubair, padahal mestinya Abdullah bin Jubair.
"Meski ini sederhana beberapa sumber, tetap menulis Abdullah bin Zubair (beberapa blog sudah menulis benar, "Jubair" dengan huruf "ØŦ/J" bukan "Ø˛/Z")," tulisnya.
Ja'far menjelaskan, Abdullah bin Zubair adalah anak Zubair bin 'Awaam dari suku Quraisy, sementara Abdullah bin Jubair bin al-Nu'man dari suku Aus kaum Anshar.
"Ini yang paling urgen, Abdullah bin Zubair adalah bayi pertama dari kaum Muhajirin yang lahir di Madinah. Dikabarkan bahwa Abdullah bin Zubair lahir pada tahun pertama atau kedua Hijriah,"
"Sebab itu, tidak mungkin Abdullah bin Zubair adalah komandan di bukit Uhud saat terjadi perang tersebut, karena ia masih seorang bayi. Abdullah bin Zubair wafat pada 73 H. Adapun Abdullah bin Jubair adalah sahabat senior mengikuti Aqabah dan wafat pada perang Uhud saat ia bertugas sebagai komandan pemanah di bukit Uhud," tulis Ja'far.
(yum/yum)