Kisah Haru di Balik Kerja Keras Soni Merawat Pohon Jambu di Sukabumi

Kisah Haru di Balik Kerja Keras Soni Merawat Pohon Jambu di Sukabumi

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Senin, 05 Agu 2024 10:30 WIB
Soni merawat pohon jambu muliknya di Sukabumi
Soni merawat pohon jambu muliknya di Sukabumi (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Pohon jambu merah siap panen membentang di atas lahan seluas 1 hektar di Kampung Lembursawah, Kecamatan Cicantayan, Kabupaten Sukabumi. Soni Yuwloh, sang pemilik kebun, terlihat sibuk merawat ratusan pohon jambu ditemani pekerjanya.

Ada haru di balik kerja keras Soni merawat pohon jambu merahnya, ada tekad yang menggerakkan niatnya membangun bisnis jambu merah tersebut. Dari hanya dua pohon kini terdapat 250 pohon di kebun miliknya itu.

"Dulu mau tanam jambu itu karena adik saya punya leukemia, butuh jambu banyak karena setiap hari harus minum jus jambu banyak. Makanya saat itu saya tanam banyak," kata Soni kepada detikJabar, Jumat (2/8/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Adik Soni didiagnosis menderita leukemia. Dalam upaya untuk membantu adiknya menjalani terapi, kala itu kenalannya menyarankan selain pengobatan konvensional juga mengonsumsi jus jambu merah setiap hari, karena kandungan vitamin C dan antioksidan dalam buah tersebut dapat membantu memperkuat sistem kekebalan tubuh.

Namun, seiring berjalannya waktu, sang adik akhirnya berpulang. "Kondisi adik saya itu yang menggerakkan saya untuk tanam jambu, namun pohon sudah banyak adik saya meninggal dunia," lirihnya mengawali kisah menjadi petani jambu.

ADVERTISEMENT

Selepas itu, Soni terus merawat kebun jambu merahnya, dengan harapan bahwa buah-buahan yang dihasilkannya bisa memberi manfaat bagi orang lain yang membutuhkan sekaligus menambah pundi keuangan keluarganya.

Soni merawat pohon jambu muliknya di SukabumiSoni merawat pohon jambu muliknya di Sukabumi Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

"Dulu lahan ini saya buat sawah, tanam padi satu hektar dapat lima sampai enam ton dulu harga (gabah) Rp 3 ribu enggak ketutup buat sawahnya juga. Lalu tanam palawija, ternyata repot juga, setiap musim harus ditanam terus ganti lagi tanam lagi, harus ganti lagi. Harga jual cocok namun pola tanam kurang cocok buat saya," ujar Soni.

Lahan itu kemudian terbengkalai cukup lama, sampai akhirnya Soni menanam pohon jambu. Kondisi sang adiklah yang membuatnya coba-coba menanam jambu jenis tersebut. Ternyata pola tanam dan perawatan pohon itu dirasakan Soni tidak terlalu merepotkan, sampai akhirnya tidak terasa 16 tahun ia bergelut di dunia perkebunan.

"Jambu enggak pernah ganti bibit, tidak terasa sudah 16 tahun, jambu ini pemupukan hanya sekali satu musim, cuma memang harus dibungkus kalau sudah terlihat jambunya," tutur Soni.

Di atas lahan miliknya seluas 1 hektar, Soni menanam sebanyak 250 pohon. Penghasilannya sendiri ketika musim panen satu mobil bisa mengangkut antara 1,5 ton sampai 2 ton.

"Kalau kemarau seperti sekarang buahnya sedikit, harganya tinggi, buahnya sulit didapat. Biasanya harga meledak bisa sampai Rp 10 ribu per kilogram, itu di Pasar Induk. Kalau daerah lain yang juga suplai itu dari Bogor, dari Cianjur juga banyak," tuturnya.

"Kalau kemarau buahnya kecil-kecil, kalau hujan buahnya besar tapi biasanya harga murah karena dari daerah lain juga banyak yang suplai. Saya jualnya ke Jakarta karena kalau di Pasar Sukabumi enggak main, masuknya permintaan hanya satu kuintal dua kuintal. Jadi kalau mau habis (jualnya) ke pasar induk," sambung Soni.

Tangannya cekatan membungkus setiap butir buah jambu merah miliknya. Karena jika tidak dibungkus, dengan mudah hama bisa masuk dan membuat jambu busuk dan tidak berasa.

"Ribetnya memang harus dibungkus doang, harus ada pekerja banyak kalau jambu telat enggak dibungkus harus dibuang. Jadi ketika panen banyak, harus banyak juga pekerjanya. Kalau lagi sedikit dua sampai tiga orang, kalau harus dibungkus semua biasanya enam orang biar cepat selesai," ungkap Soni.

Satu harapan Soni, ia berharap jalan tol lekas selesai. Menurutnya, keberadaan tol bisa memangkas waktu angkut dari Sukabumi ke Pasar Induk di Jakarta.

"Mudah-mudahan seperti tol cepat beres supaya cepat ke induk. Dari sini ke induk 5 jam. Kemarin panen terakhir, waktu Tol Parungkuda longsor terpaksa lewat Cigombong, sampai 5 jam. Karena ini berpengaruh ke harga, di Pasar Induk itu kalau kiriman lewat tengah malam harga turun, jadi harus pagi atau siang agar harga mahal," pungkasnya.




(sya/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads