Berbagai cara dilakukan sekelompok orang untuk melestarikan kebudayaan daerah. Salah satunya yang dilakukan warga Desa Kondangjajar, Kecamatan Cijulang, Kabupaten Pangandaran, Jawa Barat, menggelar tradisi membaca sejarah Kacijulangan.
Kitab sajarah Kacijulangan itu dibacakan setiap momen bulan Muharram dan Tahun Baru Islam. Tradisi ini masih dibacakan bersama tokoh budaya, masyarakat dan pemerintah setempat.
Selain Muharam atau sura, membaca sejarah Kacijulangan juga rutin dilakukan pada bulan Maulid. Babad Cijulang merupakan naskah sejarah yang bentuknya manuskrip yang berusia diperkirakan satu abad lebih.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketua Lembaga Adat Pangandaran Erik Krisna Yudha mengatakan prosesi pembacaan kitab Kacijulangan saat ini bertepatan dengan milangkala ke-45 Desa Kondangjajar. Selain itu, pembukaan pembacaan sajarah ini diawali dengan Babarit atau hajat bumi.
"Jadi perwakilan masyarakat di Desa Kondangjajar, duduk bersama dengan membawa hasil bumi, salah satunya pertanian. Kami gelar syukuran hajat bumi dilanjutkan membaca sajarah Kacijulangan," kata Erik, Selasa (23/7/2024).
Meski demikian, tidak dilakukan di wilayah Nusawiru yang rutin setiap tahun dilaksanakan pembacaan kitab di lokasi tersebut. Erik mengatakan Desa Kondangjajar masih menjadi bagian dari sejarah Cijulang.
![]() |
"Karena dulu tahun 1978 itu merupakan Desa Cijulang kemudian dimekarkan menjadi Desa Kondangjajar," ucapnya.
Menurutnya, tradisi ini hampir punah lantaran minimnya pelaku pembaca kitab Kacijulangan. Untuk itu dia dengan tokoh budaya di Pangandaran mempertahankan agar tradisi kuno tersebut tetap lestari.
"Pembacaan tradisi kuno membaca kitab sejarah Kacijulangan biasa dilakukan pada Muharam dan Mulud, supaya tetap lestari maka kami dilakukan secara rutin per tahun," ujarnya.
Pembacaan sejarah Kacijulangan tidak sembarang dibacakan dan mempunyai ketentuan tersendiri. Di antaranya harus berdasarkan perhitungan sunda kuno dan hanya boleh dibacakan pada waktu tertentu.
Sementara itu, tokoh budaya di Cijulang Dede Suhendar mengatakan, kitab Kacijulangan membeberkan bagaimana terbentuknya peradaban di Kabupaten Pangandaran, khususnya di Cijulang. "Isinya tercantum bagaimana silsilah dan purwadaksi masyarakat Cijulang dijelaskan secara tutur," ucapnya.
Dia mengatakan tradisi pembacaan kitab ini harus terus dipertahankan dan lestari menjadi adat desa. Jangan sampai terputus di generasi selanjutnya. "Ini termasuk budaya, jangan punah," katanya.
Kepala Desa Kondangjajar Mukarom mengatakan sangat bersyukur masih banyak yang peduli dan mau untuk mempertahankan tradisi kolot ini. "Ya harus terus berlanjut tongkat estafet kelestarian maca sajarah ini. Alhamdulillah para pelaku budaya masih melestarikan," ucapnya.
(sud/sud)