Penyakit yang Mendadak Jadi 'Tren' di Bandung

Penyakit yang Mendadak Jadi 'Tren' di Bandung

Anindyadevi Aurellia - detikJabar
Jumat, 19 Jul 2024 07:30 WIB
directly above Asian Chinese Woman lying on bed covered with blanket having  cold and flu measured her body temperature with digital thermometer
Ilustrasi orang sakit. (Foto: Getty Images/ Edwin Tan)
Bandung -

Beberapa pekan terakhir, udara dingin dan kering terjadi pada musim kemarau Kota Bandung. Subkoordinator Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung Agung SKM mengungkap ada sejumlah penyakit yang jadi 'tren' alias banyak terjadi akhir-akhir ini.

Selain demam berdarah dengue (DBD) yang kerap melonjak jika terjadi hujan skala besar, infeksi saluran pernapasan akut (ISPA) juga banyak terjadi. Apa penyebabnya?

"Dengan cuaca ini kan banyak penyakit menular seperti iSPA, DBD. Ini karena perubahan cuaca yang cukup signifikan ISPA, seperti batuk, flu, gitu kerap terjadi karena debu gitu kan semakin banyak di jalanan," ucap Agung di Pendopo Kota Bandung, Kamis (17/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Kalau kasus DBD Januari-Juni sebetulnya ada penurunan dibanding bulan Maret. Saat ini sudah di angka sekitar 200-100 kasus karena kemarau. Nah maka harus waspada dengan kondisi-kondisi hujan. Jadi pemberantasan sarang nyamuk (PSN) itu masih penting sehingga ketika musim penghujan itu tidak ada DBD," sambungnya.

Agung pun mengungkap guna antisipasinya, masyarakat perlu lebih perhatian dengan kondisi imun tubuh. Di cuaca dingin namun masuk dalam musim kemarau ini, masyarakat perlu mengimbangu dengan makanan gizi seimbang, bukan melulu makanan instan atau minim gizi.

ADVERTISEMENT

Meski kini dunia tak lagi mengalami masa pandemi, Agung mengatakan Pola Hidup Bersih dan Sehat (PHBS) masih penting untuk dilakukan. Sejak masyarakat mulai terbiasa dengan PHBS, Agung berharap masyarakat masih cukup awas dengan penyakit-penyakit menular lainnya.

"Kemudian semaksimal mungkin kita PHBS. Sebelum makan tetap cuci tangan, penggunaan masker misalnya ketika kita sakit, itu sangat berpengaruh. Jangan sampai yang sakit nggak pakai masker. Sehingga nanti dia bisa menularkan kalau nggak pakai masker," ucap Agung.

Penggunaan masker juga akan lebih baik lagi kalau dilakukan oleh masyarakat yang sekalipun tidak sedang sakit. Sebab pastinya akan terhindar dari ispa akibat debu atau virus.

"Sejauh ini di puskesmas tetap kita melaksanakan deteksi dini, edukasi ke masyarakat terkait dengan penyakit yang berhubungan dengan cuaca. Karena PHBS itu sesuatu hal yang mudah, tapi orang banyak lalai," kata Agung.

Meski tak menyebut data pastinya, Agung mengatakan penderita penyakit ispa dan DBD mulai meningkat karena musim pancaroba. Meski begitu, ia berharap tak ada angka peningkatan yang berarti.

Agung pun telah menyiapkan tim untuk antisipasi hal ini. Ia juga mengimbau agar di musim kemarau ini masyarakat tak melakukan aktivitas yang semakin memperparah penyebab penyakit.

"Ya, kita siapkan puskesmas, selalu disiapkan. Juga diharapkan juga masyarakat tidak melakukan pembakaran sampah karena selain juga berdampak kepada lingkungan, bisa terjadi kebakaran, polusinya juga itu mengganggu sistem pernapasan juga," ucap Agung.

"Kemudian juga akses-akses ke layanan kesehatan juga cukup dekat. Banyak rumah sakit, 80 puskesmas. Kemudian juga pengetahuan masyarakat juga cukup bagus, segera dibawa ke layanan kesehatan begitu," imbuh dia.




(aau/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads