Namun demikian di balik keunikan nama Kampung Kontolbangkong, terdapat nilai-nilai kearifan lokal yang berkembang di masyarakatnya. Sejumlah masyarakat mengatakan agar nama itu tak menjadi bahan candaan atau guyonan, kendati namanya memang tak lazim.
"Iya memang benar namanya itu, tapi jangan 'diheureuykeun' (dijadikan bahan candaan/olok-olok). Bukit ini telah memberi banyak manfaat bagi masyarakat, di bukit ini juga terdapat makam-makam para kiai," kata Ai (45) warga setempat, Selasa (16/7/2024).
Bukit yang dimaksud Ai adalah sebuah bukit yang berada di selatan kampung. Bukit ini berkaitan erat dengan nama kampung, karena bukit itu pun bernama Bukit Kontolbangkong. Dia menjelaskan salah satu manfaat keberadaan bukit itu adalah keberadaan mata air Cikahuripan. Air jernih yang keluar di kaki bukit ini kerap dimanfaatkan warga.
"Air Cikahuripan ini tidak pernah kering walau pun kemarau panjang, bermanfaat sekali bagi masyarakat," kata Ai.
Di dekat sumber mata air tersebut, pemilik lahan membangun sebuah musala atau surau kecil yang dijadikan tempat salat dan istirahat para petani di kampung tersebut. Beberapa warga memanfaatkan air itu untuk memasak dan mencuci pakaian.
Tempat ini pun cukup menarik untuk disinggahi, betapa tidak keberadaan surau kecil, mata air jernih, hamparan pesawahan, membuat orang singgah betah berlama-lama di surau ini.
Kampung bernama unik ini belakangan mendapat perhatian dari publik Tasikmalaya. Banyak yang baru mengetahui jika kampung tersebut ternyata memiliki nama unik.
Terkait toponimi Kontolbangkong, Ade salah seorang warga mengatakan nama itu disematkan oleh orang tua dulu karena di sebuah bukit dekat kampung terdapat batu besar yang menyerupai kelamin katak. Meski demikian Ade sendiri mengaku tak tahu bagaimana rupa atau bentuk kelamin katak.
"Di lihat saja sendiri itu bukitnya masih ada, yang jelas cerita orang tua dulu memang begitu. Nama Kontolbangkong tidak terlepas dari keberadaan bukit itu," kata Ade.
Saat coba diamati, batu yang berada di bukit tersebut relatif asimetris, bentuknya pun tidak terlalu mirip katak atau rupa kelamin jantan. Namun demikian ada patung katak yang dipasang di dekat batu besar itu.
Di beberapa titik kampung ini juga dipajang patung katak, salah satunya di gapura kampung yang sudah ditata dengan bagus. Kawasan pinggiran sungai di Kampung Kontolbangkong ini rupanya pernah tersentuh program penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas (PLPBK). Namun dari patung-patung katak itu tidak ditemukan adanya tulisan Kampung Kontolbangkong.
Sejumlah warga setempat juga membenarkan bahwa kampung tersebut bernama Kontolbangkong. Tapi tak sedikit dari mereka yang mengaku canggung untuk melafalkan terutama kepada warga luar atau warga yang belum mengetahui. (sud/sud)