Ada Kampung Bernama Kontol Bangkong di Tasikmalaya

Ada Kampung Bernama Kontol Bangkong di Tasikmalaya

Faizal Amiruddin - detikJabar
Minggu, 14 Jul 2024 08:00 WIB
Kampung Kontol Bangkong di Kota Tasikmalaya
Kampung Kontol Bangkong di Kota Tasikmalaya. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Penamaan nama kampung atau wilayah di Jawa Barat tergolong unik-unik. Salah satu yang paling lumrah adalah penamaan diawali dengan kata "Ci" yang berarti cai atau air. Toponimi nama kawasan ini juga umumnya diwarnai oleh kisah asal-usul yang tak kalah menarik.

Namun, di Kota Tasikmalaya ada nama satu kampung yang kadar keunikannya sangat tinggi, bahkan sebagian orang menilai sudah di luar nalar. Betapa tidak, nama kampung tersebut adalah Kontol Bangkong.

Nyaris setiap orang akan mengerenyitkan dahi ketika mendengar nama kampung ini. Kontol Bangkong merupakan dua kata bahasa Sunda yang berarti kelamin atau penis katak atau kodok. Kampung ini berada di Kelurahan Bantarsari, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

detikJabar berkesempatan mengunjungi kampung tersebut pada Rabu (10/7/2024) siang. Sejak masuk ke wilayah Kelurahan Bantarsari, detikJabar mencoba menanyakan lokasi kampung tersebut kepada warga. Saat ditanyakan kepada warga yang berusia muda, usia di bawah 30 tahun, dia mengaku tidak mengetahui. Dia bahkan balik bertanya dengan ekspresi keheranan.

Namun saat ditanyakan kepada warga yang berusia agak tua atau lebih dari 50 tahun, dia dengan gamblang menunjukkan rute untuk menuju kampung dengan nama "jorang" atau cabul tersebut. Ekspresinya pun datar.

ADVERTISEMENT

Selidik punya selidik, kampung tersebut memiliki nama resmi Kampung Lengo Kidul, Kelurahan Bantarsari, Kecamatan Bungursari, Kota Tasikmalaya. "Ya memang nama kampung kami seperti itu, itu sudah sejak dulu. Namanya memang Kontol Bangkong," kata Ade Hidayat (82) warga setempat.

Kampung Kontol Bangkong di Kota TasikmalayaKampung Kontol Bangkong di Kota Tasikmalaya Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar

Ade mengaku dirinya lahir dan besar di kampung tersebut. Nama itu sudah dikenal sejak dia anak-anak. Bahkan nama itu juga disematkan kepada sebuah pesantren yang ada di wilayah itu.

"Dulu nama pesantren ini juga dikenal pesantren Kontol Bangkong. Ini pesantren besar yang terkenal di zaman dulu. Di sini adalah tempat pertemuan para kiai dari berbagai daerah, dari Tasikmalaya, Cirebon, Garut, semua berkumpul di sini. Pesantren ini dipimpin almarhum Kiai Khudlori ," kata Ade.

Namun demikian, pantauan detikJabar nama resmi dari pesantren itu adalah Pesantren Al Khudloriyyah. "Iya namanya memang diambil dari Mama Kiai Khudlori, sekarang dilanjutkan oleh cucu-cucunya," kata Ade.

Nama "jorang" itu menurut Ade adalah untuk penanda blok kampungnya, karena kampung ini menjadi bagian dari Kampung Lengo. "Kampung Lengo kan luas, jadi kalau ditanya Lengo mana, sebut saja Lengo Kontol Bangkong, pasti sampai ke sini. Coba saja naik ojek atau taksi online, sebutkan saja Kontol Bangkong, mereka sudah tahu," kata Ade.

Dia mengaku tak pernah canggung melafalkan nama kampungnya, baik di hadapan perempuan atau anak-anak. "Ya memang namanya seperti itu, jadi nggak kagok, ya biasa saja," kata Ade.

Terkait toponimi Kontol Bangkong, Ade mengatakan nama itu disematkan oleh orang tua dulu karena di sebuah bukit dekat kampung terdapat batu besar yang menyerupai kelamin katak. Meski demikian Ade sendiri mengaku tak tahu bagaimana rupa atau bentuk kelamin katak. "Di lihat saja sendiri itu bukitnya masih ada, yang jelas cerita orang tua dulu memang begitu. Nama Kontol Bangkong tidak terlepas dari keberadaan bukit itu," kata Ade.

Saat coba diamati, batu yang berada di bukit tersebut relatif asimetris, bentuknya pun tidak terlalu mirip katak atau rupa kelamin jantan. Namun demikian ada patung katak yang dipasang di dekat batu besar itu.

Di beberapa titik kampung ini juga dipajang patung katak, salah satunya di gapura kampung yang sudah ditata dengan bagus. Kawasan pinggiran sungai di Kampung Kontol Bangkong ini rupanya pernah tersentuh program penataan lingkungan permukiman berbasis komunitas (PLPBK). Namun dari patung-patung katak itu tidak ditemukan adanya tulisan Kampung Kontol Bangkong.

Sejumlah warga setempat juga membenarkan bahwa kampung tersebut bernama Kontol Bangkong. Tapi tak sedikit dari mereka yang mengaku canggung untuk melafalkan terutama kepada warga luar atau warga yang belum mengetahui.

"Memang benar nama kampung ini dikenal Kontol Bangkong, tapi terkadang saya suka canggung apalagi kepada anak-anak. Coba saja bayangkan ketika anak kita melafalkan kata itu, kan tidak enak didengarnya," kata Jajat Sudrajat, warga setempat.

Dia mengaku lebih senang menyebut kampungnya dengan nama Lengo Kidul, sehingga tidak canggung ketika berkomunikasi dengan orang luar atau orang yang baru dikenal. "Unik sih unik, tapi kan agak gimana gitu. Makanya kalau lawan bicara menyebut duluan, maka saya akan membenarkan," kata Jajat.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads