Isu pencemaran DAS Sungai Citarum hulu menjadi perbincangan berbagai pihak. Kabar yang dikemukakan lewat penelitian Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) menyebut, Citarum terpapar obat paracetamol hingga amoxilin.
Menanggapi hal itu, Pj Gubernur Jawa Barat Bey Machmudin mengungkapkan, pihaknya sudah menindaklanjuti kabar pencemaran Sungai Citarum. Menurutnya, Satgas dan dinas terkait sedang melakukan penelitian dari mana pencemaran itu berasal.
"Kami masih teliti lagi bersama Satgas Citarum Harum, BBWS, dan DLH untuk dicek lagi di dari mana, sebelah mana," kata Bey, Sabtu (13/7/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam penelitiannya, BRIN menyebut, Sungai Citarum terkontaminasi bahan aktif obat atau APIs. Penelitian dilakukan dengan konsentrasi bahan aktif obat yang diminum, frekuensi obat, jumlah obat yang dikonsumsi, dan berapa lama masa sakit responden dalam setahun.
Hasilnya, didapat jika penggunaan antibiotik di DAS Citarum Hulu ternyata relatif besar, dengan penggunaan paracetamol di posisi tertinggi dengan jumlah 460 ton per tahun dan amoxilin 335 ton per tahun.
Bey sendiri menyatakan Pemprov Jabar terbuka dengan pihak-pihak yang melakukan penelitian terhadap kondisi Sungai Citarum. Namun pihaknya akan memastikan lebih dulu soal hasil penelitian BRIN.
"Ya kami terbuka untuk itu ya. Jangan sampai terjadi lagi seperti itu (pencemaran). Tapi kami masih cek dulu ya, memastikan dulu memastikan betul dari mana dan sebagainya," ujarnya.
Bey juga menegaskan, Pemprov Jabar akan memberikan tindakan tegas jika ditemukan pihak-pihak yang dengan sengaja melakukan pencemaran. "(Jika ditemukan pihak yang mencemari) pasti akan kami tindak," pungkasnya.
Sebelumnya, Peneliti Kelompok Riset Ekotoksikologi Perairan Darat, Pusat Riset Limnologi dan Sumber Daya Air BRIN Rosetyati Retno Utami mengatakan penelitian dilakukan dengan penghitungan banyak aspek mulai dari konsentrasi bahan aktif obat yang diminum, frekuensi obat, jumlah obat yang dikonsumsi, dan berapa lama masa sakit responden dalam setahun.
"Kemudian kami akan mengestimasi seberapa banyak dari rata-rata penggunaan itu, dengan ekstrapolasi terhadap jumlah penduduk di suatu DAS. Hasilnya untuk bahan kimia aktif dapat dilihat bahwa ternyata paracetamol dan amoxilin menjadi APIs dengan penggunaan paling besar di DAS Citarum Hulu," terang Rosetyati dalam keterangan di laman resmi BRIN seperti dikutip detikHealth, Senin (8/7/2024).
Rosetyati menjelaskan sumber-sumber kontaminasi bahan aktif obat yang mungkin masuk ke dalam Sungai Citarum bisa teridentifikasi dari banyak hal. Mulai dari kegiatan peternakan yang dinilai banyak menggunakan obat-obatan dan hormon untuk meningkatkan hasil peternakan, penggunaan obat rumah tangga dan industri, serta sistem pengelolaan limbah obat di rumah sakit yang mungkin terdapat kebocoran, sehingga mengakibatkan masuknya obat ke ekosistem akuatik.
Menurutnya, penanganan masyarakat setempat atas penggunaan bahan aktif obat dinilai masih kurang, sehingga menimbulkan risiko pada pencemaran ekosistem akuatik. Selain itu, penggunaan konsentrasi APIs yang tinggi, khususnya untuk paracetamol dan amoxilin, sangat mungkin akan menimbulkan dampak terhadap badan air, khususnya di Sungai Citarum jika dibuang sembarangan.
(bba/mso)