Pasien Miskin di Sukabumi Ketar-ketir Cari Dana Cuci Darah, Begini Akhirnya

Pasien Miskin di Sukabumi Ketar-ketir Cari Dana Cuci Darah, Begini Akhirnya

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Selasa, 09 Jul 2024 17:15 WIB
Habib Fahmi (Berkopiah) dan Aneng Anggara (mertua Ujang) di kediamannya di tengah kebun pisang
Habib Fahmi (Berkopiah) dan Aneng Anggara (mertua Ujang) di kediamannya di tengah kebun pisang (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar)
Sukabumi -

Pencabutan UHC Non-Cut Off PBPU/BP BPJS, Pemda Kabupaten Sukabumi yang berlaku mulai 1 Mei 2024 lalu, mulai dirasakan dampaknya. Warga miskin, kini kesulitan mendapat akses pelayanan medis secara cepat.

Hal itu dirasakan Ujang Saepudin (46) warga Kampung Batusapi, Kelurahan/Kecamatan Palabuhanratu, Kabupaten Sukabumi yang mengalami gagal ginjal. Tetangga dan warga menggalang dana untuk pengobatan Ujang di rumah sakit.

"Menantu saya, kondisinya sakit dan memerlukan biaya pengobatan. Pekerjaannya buruh serabutan, kadang ngojek kadang buruh ngaspal jalan penghasilan enggak seberapa, kalau sekarang kondisi dirawat pasti butuh biaya tidak sedikit," kata Aneng Anggara (65) mertua dari Ujang kepada detikJabar di kediamannya, Selasa (9/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Aneng tinggal bersama menantu dan anaknya (istri Ujang) di sebuah gubuk yang jauh dari kata layak. Kediaman mereka berada di area kebun pisang, tanah yang mereka tempati saat ini juga tanah milik orang lain. Aneng menyandarkan kesehariannya dengan berkebun pisang.

"Kami tinggal sudah berapa tahun ya di sini, numpang di tanah orang. Seizin pemiliknya, hanya perjanjian kalau tanahnya laku kami harus pergi. Kalau keseharian ya seadanya saja, ini mah bukan rumah tapi saung," tuturnya seraya terkekeh.

ADVERTISEMENT

Rumah Aneng yang juga ditinggali Ujang dan istrinya beratap genting sebagian sudah dalam keadaan pecah, dinding kayu rumah dilapisi plastik bekas baligo. Satu ruangan disekat dibuat kamar, tidak ada dapur layak dan toilet atau WC.

"Bingung untuk biaya pengobatan Ujang, karena butuh uang sampai Rp 6 juta katanya cuci darah. Darimana uangnya, untuk sehari-hari makan saja bingung, saya kadang ngandelin kiriman dari anak yang kerja di luar itupun tidak seberapa," lirihnya.

Hal itu memantik respons dari tokoh masyarakat setempat, Habib Fahmi Assegaf yang berniat untuk menggalang dana biaya pengobatan Ujang.

"Kami mengajak beberapa teman termasuk dari Karang Taruna untuk aksi peduli kepada Ujang bagaimana menggalang dana, memberikan bantuan untuk biaya pengobatan Ujang dan bagaimana memberikan solusi untuk istrinya selama menunggu di rumah sakit," kata Habib Fahmi.

Menurut Habib Fahmi, ia dan ketua RT setempat membawa Ujang pada Jumat (5/7/2024) kemarin ke RSUD Palabuhanratu. Pihak rumah sakit menyebut biaya sebesar Rp 6 juta untuk cuci darah.

"Katanya ginjal apa gagal ginjal yang harus dioperasi. Untuk cuci darah saja harus beberapa kali. Awalnya kan mau umum karena Ujang tidak terdata memiliki Kartu Indonesia Sehat (KIS). Saat itu pihak rumah sakit ya wajar menanyakan ada enggak uang Rp 6 juta untuk biaya. Karena menggunakan umum, sementara kondisinya kan memang miskin, kalang kabutlah keluarga mendengar biayanya," tutur Fahmi.

Habib Fahmi kemudian mengabari Bupati Sukabumi, Marwan Hamami melalui pesan suara. Ia menginformasikan soal kondisi Ujang yang membutuhkan bantuan segera. Setelah menunggu beberapa saat, akhirnya Ujang mendapat penanganan medis.

Habib Fahmi (Berkopiah) dan Aneng Anggara (mertua Ujang) di kediamannya di tengah kebun pisangKondisi rumah Ujang Saepudin Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar

"Nah, kemudian itu alhamdulillah-nya kemarin dapat kabar dari ketua RT, katanya pihak rumah sakit mengatakan katanya tidak usah mempermasalahkan biaya. Katanya ada (utusan) bupati, untuk penanganannya selama di RSUD Palabuhanratu. Nah persoalan sekarang ini, kita juga bantu pembuatan KIS di kelurahan tapi harus menunggu selama 1 bulan agar bisa digunakan," ujar Fahmi.

"Persoalannya saya dapat info dari rumah sakit, biaya tidak sedikit untuk penyembuhan Ujang ini. Sementara untuk KIS yang bersumber dari APBD ini tidak langsung bisa dipakai, biayanya untuk nanti harus dirujuk ke RS lain begitu keluar dari RSUD Palabuhanratu, itu biayanya sekitar Rp 40 jutaan, katanya harus pasang ring segala nantinya agar benar-benar sembuh kondisinya. Makanya kami inisiatif mau galang dana untuk Ujang," sambungnya.

(sya/yum)


Hide Ads