Pasrah Perajin Gula di Tasik gegara Serangan Liar Monyet

Pasrah Perajin Gula di Tasik gegara Serangan Liar Monyet

Faizal Amiruddin - detikJabar
Senin, 08 Jul 2024 20:00 WIB
Perajin gula aren saat melayani warga yang membeli lahang atau nira sadapannya.
Perajin gula aren saat melayani warga yang membeli lahang atau nira sadapannya. (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

Para perajin gula aren di wilayah Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya mengeluhkan serangan monyet liar yang mengganggu kelangsungan usaha mereka.

Kawanan monyet liar penghuni kawasan Gunung Galunggung itu menyerang pohon aren garapan para perajin gula. Sehingga kerap kali menyebabkan kerugian. Kawanan monyet jenis ekor panjang ini menyerang dengan cara menggerogoti batang pohon aren, tempat keluarnya nira. Tak jarang monyet juga membuang batang bambu atau lodong sadapan yang dipasang petani untuk menampung tetesan nira.

"Kelakuan monyet di daerah sini sudah menjengkelkan sekali, lodong yang sudah kita pasang dibuang," kata Ade Uton (45) perajin gula aren warga Kampung Ngemplong Desa Sinagar, Kecamatan Sukaratu Kabupaten Tasikmalaya, Minggu (8/7/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Ade menjelaskan setiap pagi sekitar jam 7.00 WIB dia memasang lodong di pohon nira. Setelah ditinggalkan selama 10 atau 12 jam, Ade akan kembali mengambil lodong tersebut. Karena lodong dibuang atau jatuhkan oleh monyet, karuan pekerjaannya jadi sia-sia.

"Kalau sudah begitu ya sia-sia saja, nggak dapat lahang (nira)," kata Ade.

ADVERTISEMENT

Jika tak mengganggu lodong yang dipasang, Ade mengatakan monyet akan mengganggu dengan cara menggerogoti batang pohon yang menjadi sadapan. Kerusakan pada batang itu juga menyebabkan tetesan nira berkurang bahkan hingga tak bersisa.

"Digerogoti batangnya, luar biasa kekuatan gigitannya," kata Ade.

Tak jarang pula Ade memergoki perilaku monyet itu. Namun jenis primata yang satu ini seakan tak ada takutnya oleh manusia.

"Sering berpapasan di atas pohon, tapi dia bukannya takut, malah melotot. Monyet itu kan kawanan," kata Ade Uton.

Meski kerap berpapasan di atas pohon, Ade mengaku tak gentar. Menurut dia ada trik yang bisa dilakukan agar di momen itu monyet yang kabur. "Adu kuat saja, kita jangan menunjukan rasa takut. Bisa juga berteriak dan mengayunkan tangan," kata Ade.

Terkait upaya yang dilakukannya untuk mengatasi serangan hama itu, Ade mengatakan tak bisa berbuat banyak. Dia cenderung pasrah akan kondisi itu. Meski membuatnya jengkel, dia mengaku pasrah.

"Ya pasrah saja, monyet begitu mungkin karena kelaparan karena di hutan sudah tak ada lagi makanan. Mudah-mudahan saja mereka cepat pergi dari sini," kata Ade.

Dia menjelaskan upaya untuk mengusir monyet dipastikan akan memakan biaya, padahal pendapatannya pun minim. Ade juga mengaku tak sampai hati jika monyet-monyet itu sampai dibinasakan.

"Kadang kasihan juga walau pun sering membuat jengkel," kata Ade.

Gangguan monyet itu menurut Ade cukup mengganggu jalan usahanya, karena dia tergolong perajin gula skala kecil. Dalam sekali mengolah nira dia menghasilkan rata-rata 10 kilogram gula aren. Dia juga mengeluhkan harga jual gula aren yang sedang turun.

"Sekali olah paling sekitar 10 kilogram. Sekarang harganya lagi rendah, diterima bandar Rp 13 ribu per kilo," kata Ade.

Jika sedang beruntung, di perjalanan pulang menyadap Ade kerap dicegat wisatawan Gunung Galunggung yang ingin membeli air niranya. Uniknya, Ade tak mematok harga.

"Jarang jual lahang, jadi bingung harganya berapa. Seikhlasnya saja, tapi kadang mereka memberi lebih, jadinya lebih untung ketimbang dibikin gula," kata Ade.

Irma (40) salah seorang pedagang di kawasan pemandian Cipanas Galunggung mengaku kawanan monyet juga sering menjarah warungnya. Hal ini membuat para pedagang selalu menunggui dagangannya. Jika warung tutup, semua makanan atau dagangan dimasukkan ke dalam peti agar aman.

"Ke warung juga sering nyerang, dia pintar mencari celah untuk masuk ke warung. Makanya sekarang kalau tutup semua dagangan dimasukkan ke dalam peti," kata Irma. Dia menjelaskan warung sederhana miliknya tidak ditinggali setiap hari, sehingga sangat rawan dijarah monyet




(dir/dir)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads