Solusi Bertani di Lahan Sempit Lewat Inovasi Paralon Vertikultur

Solusi Bertani di Lahan Sempit Lewat Inovasi Paralon Vertikultur

Faizal Amiruddin - detikJabar
Minggu, 07 Jul 2024 06:00 WIB
Yusep Yustiana menunjukan model inovasi Paralon Vertikultur untuk menyokong pertanian di kawasan perkotaan.
Yusep Yustiana menunjukan model inovasi Paralon Vertikultur untuk menyokong pertanian di kawasan perkotaan. (Foto: Istimewa)
Tasikmalaya -

Sebuah inovasi teknologi pertanian untuk menjawab tantangan pertanian di kawasan urban atau di lahan sempit diperkenalkan oleh Yusep Yustiana seorang penyuluh pertanian di BPP Kecamatan Cipedes Kota Tasikmalaya.

Inovasi yang diperkenalkan Yusep itu bernama Paralon Vertikultur. Secara sederhana Paralon Vertikultur diartikan sebagai teknik budidaya di lahan sempit yang menggunakan bidang vertikal sebagai lahan tumbuh.

Lebih detailnya lagi, ini adalah pemanfaatan sebatang pipa PVC yang diposisikan berdiri tegak di dalam ember berisi air, kemudian bagian pipa diisi media tanam berupa sekam dan tanah. Lalu bagian sisinya dilobangi atau dicoak sebagai tempat menanam benih. Jenis tanaman yang paling cocok adalah sayuran.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Inspirasinya memang karena terdorong situasi dimana alih fungsi lahan yang marak serta pertambahan jumlah penduduk yang tinggi. Hal itu membuat lingkungan perkotaan seperti di Cihideung, Tawang dan lainnya sangat minim lahan untuk bertani," kata pria yang akrab disapa Mang Mantri ini.

Dia mengakui konsep urban farming selama ini sudah banyak pilihan. Sudah ada konsep budidaya tanaman dalam polibeg, botol, hidroponik dan aeroponik.

ADVERTISEMENT

Namun dalam penelitiannya Yusep memilih sistem vertikultur yang dinilainya cocok sebagai solusi bagi petani atau masyarakat yang ingin memanfaatkan pekarangan sebagai sumber pangan keluarga.

"Dengan karakter perkotaan yang tidak punya lahan luas maka teknologi ini saya kira bisa jadi solusi," kata Yusep.

"Sebenarnya untuk bahan yang digunakan tak hanya paralon, bisa menggunakan bambu, kaleng bekas, bahkan karung bekas dan lainnya," imbuh Yusep. Namun paralon lebih mudah didapatkan dan bisa lebih fleksibel dalam sisi estetikanya.

Penelitian yang dilakukan Yusep bukan main-main, inovasi ini telah menjadi bahan penelitiannya saat menuntaskan pendidikan pascasarjana di jurusan Agroteknologi Universitas Siliwangi pada Maret 2024 lalu.

Inovasi tersebut dijadikan sebagai bahan kajian dan penelitian dalam tesis magister agroteknologi dengan judul "Pengaruh Media Tanam dan Interval Waktu Penyiraman terhadap Pertumbuhan dan Hasil Tanaman Selada pada Sistem Vertikultur".

Untuk lebih menyempurnakan inovasi itu dia juga membuat demplot dan kajian lapangan dengan menggandeng Kelompok Tani Tunas Harapan dan Kelompok Wanita Tani Srigalih Mukti di Kelurahan Kahuripan Kecamatan Tawang.

Di demplot itu dia menyosialisasikan inovasi itu kepada masyarakat dan mendapat respon positif karena dinilai efisien dengan hasil yang maksimal.

"Ini masuk ke dalam teknologi tepat guna, biaya investasi rendah, teknis perawatan simpel dan mudah direplikasi atau dibuat sendiri oleh masyarakat," kata Yusep.

Inovasi Paralon Vertikultur garapan Yusep ini juga berhasil menjadi juara 3 dalam lomba Inovasi Teknologi Tepat Guna (TTG) yang digelar Bapelitbangda Kota Tasikmalaya Tahun 2024.

Prestasi ini cukup spesial karena dia merupakan satu-satunya peserta lomba Inovasi TTG yang berasal dari kalangan non akademisi. Atas prestasinya itu, ia pun diusulkan Pemkot Tasikmalaya mewakili kota Tasikmalaya untuk mengikuti lomba ASN berprestasi tingkat Jawa Barat.*

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads