Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur menargetkan pada 2030 Kota Santri zero kasus baru HIV/AIDS. Selain itu, para pengidap HIV/AIDS juga akan didata secara menyeluruh agar mendapatkan penanganan medis secara teratur.
Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Cianjur Yusman Faisal, mengatakan berdasarkan data terakhir sejak 2001 hingga lahir 2023 lalu, tercatat ada 1.922 warga Cianjur terkonfirmasi mengidap HIV/AIDS.
Temuan kasus pertama pada 2001 dengan total 2 kasus. Setiap tahunnya ada temuan baru dan angkanya naik drastis sampai di atas 100 kasus baru per tahun. Bahkan temuan ODHA baru terbanyak terjadi di 2022 yakni sebanyak 219 orang.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Tahun ini masih pendataan, kemungkinan angkanya tidak terlalu berbeda. Setiap tahun banyak temuan ODHA baru," kata dia, Rabu (3/7/2024).
Baca juga: LGBT Dominasi Kasus HIV di Subang |
Menurutnya temuan kasus tersebut masih sekedar permukaan, sebab diduga masih banyak kasus yang belum terdeteksi.
"HIV/AIDS ini kan seperti fenomena gunung es. Kasus yang muncul ke permukaan lebih sedikit dibandingkan yang tidak terdata. Karena banyak yang enggan memeriksa kesehatan. Adapun yang sudah diketahui pun tidak mau melapor, karena menganggapnya aib. Sehingga tidak terobati secara teratur," kata dia.
Oleh karena itu, lanjut dia, Dinkes Cianjur bakal lebih gencar untuk melakukan penelusuran warga yang terkena HIV/AIDS.
Tak hanya itu, sosialisasi tentang bahaya HIV/AIDS dan informasi cara penularan juga dilakukan untuk mencegah peningkatan kasus.
"Kita gandeng salah satu kelompok untuk mendata siapa saja yang terjangkit HIV/AIDS. Supaya bisa tercatat seluruhnya dan terobati seluruhnya. Kita juga gencarkan sosialisasi terkait bahaya HIV/AIDS. Hal ini dilakukan untuk mengejar target Cianjur zero kasus baru dan zero pengidap HIV AIDS yang tidak terobati pada 2030," kata dia.
Untuk para pasien yang telah dideteksi, seluruhnya diedukasi untuk mengkonsumsi obat anti retroviral (ARV) di fasilitas kesehatan. Dengan mengonsumsi obat ARV, akan menekan risiko penularan HIV/AIDS dari pasien ke orang lain.
"Dengan pemberian obat ARV, mencegah penularan HIV/AIDS. Tubuh pasien pun lebih sehat karena virusnya ditekan, jadi bisa tetap beraktivitas. Kita juga edukasi pada mereka untuk meninggalkan pergaulannya, kita pahami juga kalau mereka ini tertekan masalah ekonomi, dan akhirnya mencari jalan pintas dan akhirnya terbawa ke pergaulan bebas," jelas Frida.
(yum/yum)