Tragedi Maut Pesawat Superjet 100 Jatuh di 'Lembah Sukhoi'

Jabar X-Files

Tragedi Maut Pesawat Superjet 100 Jatuh di 'Lembah Sukhoi'

Siti Fatimah - detikJabar
Minggu, 30 Jun 2024 08:00 WIB
Ilustrasi pesawat hilang (dok detikcom)
Foto: Ilustrasi pesawat hilang (dok detikcom)
Sukabumi -

"TERRAIN AHEAD, PULL UP, AVOID TERRARIN, AVOID TERRAIN, AVOID TERRAIN, AVOID TERRAIN, AVOID TERRAIN, AVOID TERRAIN".

Itulah suara peringatan Terrain Awareness Warning System (TAWS) yang muncul pada 38 detik sebelum pesawat Superjet 100 Sukhoi menghantam tebing Gunung Salak. Pesawat buatan Rusia tahun 2009 ini diketahui tengah melakukan penerbangan dengan tujuan demonstrasi kepada calon pembeli tepat pada 9 Mei 2012.

Sebelum jatuh di tebing Gunung Salak, pilot pesawat terekam beberapa kali melakukan komunikasi dengan Jakarta Approach. Pada pukul 14:24 WIB sang pilot yang mengangkut 37 penumpang dan 8 awak memberikan informasi bahwa pesawat telah berada pada radial 200 HLM VOR dan telah mencapai ketinggian 10.000 kaki. Kemudian, pada pukul 14.26 WIB, pilot meminta izin untuk turun ke ketinggian 6.000 kaki.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jakarta... Romeo Alfa Three Six Eight Zero One request descend from 10.000 feet to 6.000 feet," kata Aleksandr Yablontsev, sang pilot Sukhoi, saat meminta menurunkan ketinggian kepada petugas di menara Jakarta Approach, Bandar Udara Soekarno-Hatta.

Usai menurunkan ketinggian, kecepatan pesawat di menara Jakarta terpantau 290 knot atau 537 kilometer per jam, separuh dari kecepatan maksimum. Saat itulah, Yablontsev terakhir kalinya berbicara dengan petugas menara pemantau.

ADVERTISEMENT

Permintaan agar pesawat berbelok ke arah kanan tak mendapat tanggapan. Seketika, pesawat Superjet 100 itu hilang dari radar pemantau.

"Calling Romeo Alfa Three Six Eight Zero One.... Calling Romeo Alfa Three Six Eight Zero One." Tiga kali dipanggil, pilot Yablontsev tak juga menyahut.

Pilot tak mengetahui jika pesawat yang ia kendalikan mengarah dalam bahaya. Komite Nasional Keselamatan Transportasi (KNKT) berhasil membuka rekaman kotak hitam (black box).

Sebelum pesawat jatuh, Alexandr Yablontsev terdengar sempat berbincang dengan pilot asal Indonesia yang tidak diketahui identitasnya. Saat sedang berbincang, Yablontsev diduga mengabaikan peringatan bahaya dari dalam kokpit termasuk permintaan kopilot Alexandr Kochetkov tentang cuaca.

Saat itu, Yablontsev hanya punya waktu 38 detik untuk menghindari gunung di depannya. Bahkan, dia tak pernah menduga bahwa ada ancaman bahaya di depan.

"Tujuh detik menjelang tabrakan terdengar peringatan berupa suara 'landing gear not down' yang berasal dari sistem peringatan pesawat," kata Ketua KNKT Tatang Kurniadi saat itu, dikutip detikJabar, Rabu (26/6/2024).

Suara peringatan itu dihiraukan Pilot in Command (PIC). Bahkan ia mematikan TAWS karena menduga suara peringatan tersebut bersumber dari database yang bermasalah.

Sejurus kemudian, pesawat meledak menghantam dinding puncak satu Gunung Salak. Sukhoi baru dinyatakan hilang setelah empat jam kecelakaan.

Keesokan harinya, 10 Mei 2012, pesawat itu dinyatakan jatuh bersamaan dengan penemuan titik lokasi jatuhnya pesawat. Pesawat itu ditemukan dalam kondisi hancur dengan menewaskan 45 orang, terdiri dari 37 penumpang dan 8 awak pesawat.

9 Mei 2012 jadi terakhir kalinya pesawat Superjet 100 Sukhoi mengudara di langit Gunung Salak, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Proses pencarian para korban memakan waktu tiga hari di lembah yang kini bernama 'Lembah Sukhoi.'

Jabar X-Files merupakan rubrik khas detikJabar yang menyajikan beragam kejadian kriminal atau kejadian luar biasa yang pernah menyita perhatian publik.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads