Memasuki usia ke-214, Kota Bandung masih dihadapkan pada permasalahan serius terkait sampah. Menurut Data Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Bandung, produksi sampah mencapai 1.069,76 ton per hari pada tahun 2023. Sampah plastik, dengan jumlah 268,83 ton per hari, menjadi salah satu permasalahan utama.
Sampah plastik, seperti botol kemasan, menjadi ancaman serius bagi lingkungan. Namun, hal ini juga menjadi motivasi bagi beberapa komunitas dan perusahaan, termasuk Olah Plastic di Bandung. Olah Plastic mengubah sampah plastik sulit terurai menjadi produk-produk unik, seperti yang dijelaskan oleh Rizal Aziz, Creative Director Olah Plastic.
Rizal menceritakan perjalanan Olah Plastic, mulai dari awalnya sebagai produsen kemasan hingga menjadi perusahaan daur ulang pada tahun 2020. Mereka memanfaatkan potensi sampah plastik yang melimpah, terutama saat pandemi COVID-19 meningkatkan penggunaan makanan dan kemasan plastik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Karena kita melihat potensinya (di waktu) awal, sampah plastik tuh ada dimana-mana. Itu yang paling concern bagi kita dan kita manfaatkan nih untuk menjadi sebuah potensi. Karena orang-orang ketika tahun COVID-19, banyaknya fokus kepada diri sendiri. Apalagi selama di rumah kita sering online, kita sering beli makanan dari temen-temen yang mulai bisnis. Ternyata, sampah-sampah dan packaging-nya itu semua dari plastik," ujar Rizal kepada saat diwawancarai detikJabar, Jumat (7/6/2024) sore.
Olah Plastic tidak hanya mengandalkan sampah plastik dari lingkungan sekitar, tetapi juga berkolaborasi dengan berbagai pihak seperti hotel, bisnis skincare, dan pemulung untuk mendapatkan bahan baku. Mereka berhasil mengembangkan jaringan pemasok sampah plastik di wilayah Jabodetabek hingga Purwokerto.
"Kita kontak-kontak semua nih yang punya bisnis, hotel, atau temen-temen deket deh yang terkadang biasanya (seperti) cewek-cewek punya skincare. Paling gampangnya skincare, (di mana) kalau skincare itu banyak yang kadaluarsa, atau ada yang nggak cocok sama mereka, atau udah habis itu kadang nggak dibuang. Akhirnya, yaudah kita maksimalkan tuh buat pengumpulannya," ucap Rizal.
Dari 1,5 ton sampah plastik yang dikumpulkan, Olah Plastic menghasilkan berbagai produk, termasuk peralatan rumah tangga dan aksesori dengan beragam warna menarik. "Saat ini, fokus utama Olah Plastic adalah menghasilkan material seperti papan atau pengganti triplek kayu. Selain itu, kami juga memiliki produksi lain yang menggunakan cetakan untuk membuat berbagai jenis barang," ungkapnya.
Selain menerima permintaan dari berbagai klien, Olah Plastic juga aktif dalam memberikan edukasi tentang pentingnya daur ulang dan upaya mengurangi sampah plastik. Sebagai hasilnya, karya-karya mereka banyak digunakan oleh arsitek, desainer interior, pengusaha di industri makanan dan minuman, fesyen, otomotif, serta event-event besar seperti Joyland Festival.
"Menariknya, banyak klien yang tertarik pada proyek-proyek kami karena kurang memahami masalah sampah. Oleh karena itu, selain menghasilkan produk, kami juga berusaha memberikan sedikit pendidikan tentang sampah," jelasnya.
Setelah melewati enam tahun perjalanan penuh tantangan, Rizal dan seluruh tim Olah Plastic tidak hanya menyadari bahaya dari sampah plastik, tetapi juga memahami kesulitan hidup para pemulung dalam mencari nafkah.
"Kami sering melihat mereka berjalan kaki setiap hari membawa karung. Kami tidak tahu apakah mereka bisa bertahan, menyekolahkan anak-anak mereka, atau mencapai cita-cita mereka. Ini menjadi poin penting bagi kami untuk meyakinkan bahwa apa yang mereka kumpulkan dapat diubah menjadi sesuatu yang lebih bernilai," tambah Rizal.
Rizal juga memberikan pesan kepada semua orang agar tidak hanya menjadi produsen sampah, tetapi juga memilahnya dengan baik menurut jenisnya.
(iqk/iqk)