Kalangan artis mulai melirik profesi baru sebagai calon kepala daerah atau wakil kepala daerah. Bermodal popularitas, mereka dengan yakin bertarung dalam Pilkada 2024.
Di Kabupaten Bandung ada nama Sahrul Gunawan. Mantan pemain sinetron tersebut digadang-gadang akan kembali maju dalam Pilbup Bandung 2024.
Kemudian Bupati Bandung, Dadang Supriatna dipastikan maju kembali dalam pilkada nanti. Beberapa kalangan artis sudah merapat demi bisa mendampinginya. Diantaranya, Charly Van Houtten, Eksanti, hingga Ali Syakieb.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Melihat fenomena tersebut, Guru Besar Komunikasi Universitas Islam Negeri (UIN) Sunan Gunung Djati Bandung sekaligus pakar komunikasi politik, Profesor Asep Saeful Muhtadi turut memberikan pandangannya.
Pria yang kerap disapa Asep Samuh tersebut menilai fenomena tersebut bisa menjadi ujian bagi masyarakat. Kata dia, masyarakat akan diuji tingkat kecerdasannya.
"Jadi pemilih yang cerdas itu dia akan selektif, tidak semua artis itu bisa dipercaya misalnya. Bahkan banyak artis yang hanya populer saja tapi misalnya tidak punya keterampilan, tidak punya kecerdasan dalam pengelolaan pemerintah misalnya. Jadi ini akan berpulang pada kecerdasan pemilihnya," ujar Asep, saat dikonfirmasi, Jumat (28/6/2024).
Asep mengatakan keputusan partai politik meminang artis memiliki resiko yang tinggi. Apalagi jika artis tersebut tidak memiliki pengalaman dalam pengelolaan pemerintahan.
"Saya ambil contoh di Bandung Barat, Hengky Kurniawan, dia itu pada awalnya bukan saya underestimate ya, dia itu tidak punya track record pemerintahan, tapi karena dia wakil bupati, bupatinya kena kasus, otomatis dia jadi bupati. Nah, itu di situ letak kerugiannya," katanya.
Menurutnya fenomena artis tersebut bukan hal baru dalam politik di Indonesia. Dengan itu suara masyarakat akan mudah tertarik dengan hanya modal popularitas.
"Kan yang sudah teruji punya popularitas itu ya para artis, jadi wajar para calon Gubernur, calon Bupati, calon Walikota itu menggandeng para artis karena untuk memperoleh elektoral yang lebih besar," jelasnya.
Asep Samuh melihat saat ini partai politik hanya ingin meraih simpatisan. Kata dia, partai politik seharusnya tugasnya melakukan pendidikan politik kepada kadernya atau masyarakat.
"Jadi ini sebenarnya tugas partai politik. Tugasnya ya mencerdaskan kehidupan politik bagi pemilihnya," ucapnya.
Dia menambahkan partai politik saat ini tidak fokus dalam pendidikan politik. Sehingga kader-kader dari partai tersebut bisa menjadi sosok yang siap bertarung dalam pemilu.
"Partai politik di kita belum maksimal memfungsikan peran kepartaiannya, makanya jangan heran situasinya seperti sekarang inilah. Partai politik nya juga tidak punya pengikat yang serius," pungkasnya.
(orb/orb)