Sivitas akademika Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya berduka menyusul insiden meninggalnya Raffha Al Ayubi (20), mahasiswa semester 2 jurusan Teknik Sipil.
Raffha meninggal dunia ketika menempuh pendakian Gunung Cakrabuana Tasikmalaya untuk mengikuti pendidikan latihan dasar (Diklatsar) Korps Sukarela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI), Sabtu (8/6/2024) malam.
Pihak kampus menyatakan dugaan penyebab kematian korban akibat kelelahan saat mengikuti kegiatan yang menguras kekuatan fisik itu. Di sisi lain aparat Polres Tasikmalaya masih melakukan penyelidikan atas kasus tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun demikian ada beberapa fakta yang didapat detikJabar dari peristiwa yang sempat menyita perhatian publik Tasikmalaya itu.
1. Jalani Pemeriksaan Kesehatan Sebelum Mendaki
Kegiatan Diklatsar UKM Korps Sukarela (KSR) PMI Unsil yang diikuti Raffha, dimulai sejak Jumat (7/6/2024) siang. Para peserta termasuk korban mengikuti karantina dan pemeriksaan kesehatan sebelum menuju lokasi di Gunung Cakrabuana. Pada Jumat malam itu, semua peserta menginap di kampus.
Menurut Wakil Rektor III Unsil, Asep Suryana Abdurrahmat pada masa karantina itu sempat dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap seluruh peserta dengan melibatkan tim medis dari Puskesmas Tawang.
Dari total 21 peserta hanya 20 orang yang dinyatakan sehat dan diperbolehkan berangkat mendaki gunung. Korban menjadi salah satu yang dinyatakan sehat, meski tim medis memberikan catatan mengenai korban yang ditengarai memiliki riwayat menyakit diabetes militus (DM).
"Total peserta 21 orang, malam sebelum kegiatan salah seorang tidak diizinkan karena dinyatakan kurang sehat. Jadi semua yang 20 itu ada keterangan sehat dari dokter, semuanya lengkap. Saya baca sendiri semua normal kondisi kesehatannya. Kalau korban memang ada catatan riwayat DM, mungkin karena kegemukan," kata Asep.
Meski hasil pemeriksaan menunjukan adanya penyakit diabetes, Asep mengatakan hasil komunikasi, pihak keluarga membantah atau tidak mengetahui riwayat penyakit korban tersebut. "Tapi tadi saya komunikasi dengan keluarga tidak ada riwayat DM. Jadi mungkin hasil pemeriksaan di Puskesmas, yang bersangkutan ada riwayat DM," kata Asep.
2. Pagi Naik Gunung Sore Kritis
Peserta Diklatsar UKM KSR PMI Unsil berangkat pada Sabtu (8/6/2024) pagi. Dari kampus mereka menuju Alun-alun Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut dengan menumpang mobil. Rencananya mereka akan mendaki gunung Cakrabuana dari wilayah Malangbong Garut, kemudian usai acara akan turun di wilayah Pagerageung Tasikmalaya.
Sekitar pukul 09.00 WIB, korban bersama rombongan mulai melakukan pendakian gunung Cakrabuana. Selanjutnya sekitar pukul 14.00 WIB, di tengah rute pendakian, korban mengeluhkan kondisi kakinya yang mengalami keram akibat kelelahan.
Korban kemudian diistirahatkan, kakinya diberi balsem. Setelah 15 menit istirahat korban kembali melanjutkan perjalanan.
"Menurut keterangan panitia, yang bersangkutan merasakan kelelahan sekitar jam 2 siang. Diistirahatkan karena kram kaki. Nah maksud diistirahatkan dikasih minum dan diberi balsam di kaki, supaya sehat lagi," kata Asep.
Namun setelah beberapa ratus meter melanjutkan pendakian, korban kembali meminta istirahat akibat merasa tak kuat dan kakinya kram kembali. Kali ini kondisinya semakin parah. Korban mulai menunjukan gejala hilang kesadaran.
3. Sempat Dibungkus Alumunium Foil
Semakin sore kondisi kesehatan Raffha semakin memburuk. Panitia sendiri sudah meminta bantuan Tim SAR untuk evakuasi korban, namun untuk menjangkau lokasi tak mudah, butuh waktu berjam-jam.
"Makin sore kondisinya makin memburuk, ditanya kadang nyambung kadang enggak. Mulai gejala begitu, akhirnya diputuskan tak mungkin di bawa ke atas. Tapi mau diturunkan ke bawah, rute sudah jauh. Akhirnya diputuskanlah menunggu tim SAR itu," kata Asep.
Dalam rentang waktu penantian tim SAR, panitia Diklatsar sendiri berupaya keras untuk menyelamatkan korban meski dengan kondisi dan situasi serba terbatas, mengingat keberadaan mereka di jalur pendakian.
"Sambil menunggu tim evakuasi, korban diintruksikan untuk dibungkus tubuhnya dengan alumunium foil untuk menjaga suhu tubuhnya agar tidak turun, termasuk juga dibuat perapian di dekat tubuh korban," kata Asep.
4. Dievakuasi Menjelang Tengah Malam
Sekitar pukul 23.00 WIB, tim SAR akhirnya berhasil menjangkau lokasi korban. Mereka langsung berusaha membawa korban turun dari lokasi pendakian. Kondisi medan terjal membuat proses evakuasi tidak mudah. Tim evakuasi berhasil membawa korban turun dari gunung sekitar pukul 05.30 WIB.
"Mulai evakuasi 20.30 WIB, perjalanan sekitar 2 jam, sampai sekitar jam 23.00 WIB. Setelah itu turun, dari jam 23.00 WIB sampai setengah 6 pagi tiba di pinggir jalan. Itu pun setelah mendekati Subuh tim evakuasi kelelahan, beruntung sudah dekat permukiman warga sehingga dibantu," kata Asep. Setelah itu korban segera di bawa ke RSUD dr Soekardjo dan dinyatakan telah meninggal dunia.
5. Keluarga Terpukul dan Menolak Autopsi
Kejadian ini tentu saja menggoreskan kesedihan mendalam bagi keluarga mahasiswa asal Perum Telaga Pasiraya, Kecamatan Serang Baru, Kabupaten Bekasi itu. Keluarganya tiba di kamar mayat RSUD pada Minggu (9/6/2024) siang. Setelah berkomunikasi dengan pihak kampus, panitia Diklatsar dan pihak kepolisian, keluarga korban akhirnya memutuskan untuk membawa pulang jenazah ke Bekasi pada Minggu malam. Mereka tak mengizinkan jenazah Raffha diotopsi.
6. Polisi Periksa 7 Orang Saksi
Meski pihak keluarga menolak otopsi jenazah korban, namun polisi masih tetap melakukan penyelidikan. Langkah polisi adalah untuk mencari tahu ada tidaknya unsur pidana dalam kejadian itu.
Kasatreskrim Polres Tasikmalaya Kota AKP Fetrizal menjelaskan hingga saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut. "Iya sekarang masih dilakukan penyelidikan," kata Fetrizal, Senin (10/6/2024).
Selain mengumpulkan keterangan di lokasi kejadian dan memeriksa jenazah korban, pihaknya juga tengah melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi yang berkaitan dengan kasus itu. Setidaknya sudah ada 7 orang saksi yang diperiksa oleh polisi. "Sudah ada 7 orang yang dimintai keterangan, tujuannya untuk menentukan apakah ada perbuatan pidana atau tidak," kata Fetrizal.
7. Unsil Pastikan Kegiatan Diklatsar Resmi
Pihak kampus Unsil menegaskan bahwa kegiatan yang diikuti korban merupakan kegiatan resmi yang mendapatkan izin. Wakil Rektor III Unsil, Asep Suryana Abdurrahmat mengatakan kegiatan itu merupakan kegiatan resmi kampus, sebagai bagian dari kegiatan UKM KSR PMI. Panitia telah meminta izin dan pihak kampus memberi izin. "Surat pengajuan kegiatan mereka awal Mei, kita telaah, lalu tanggal 14 Mei surat izin kegiatan kami keluarkan. Mereka berangkat Sabtu pagi dari kampus," kata Asep.*
(yum/yum)