Mahasiswa Unsil Tewas Saat Diklatsar, 7 Saksi Diperiksa Polisi

Mahasiswa Unsil Tewas Saat Diklatsar, 7 Saksi Diperiksa Polisi

Faizal Amiruddin - detikJabar
Senin, 10 Jun 2024 12:16 WIB
Rekan korban berkumpul di sekitar kamar mayat RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya.
Rekan korban berkumpul di sekitar kamar mayat RSUD dr Soekardjo Tasikmalaya. (Foto: Faizal Amiruddin)
Tasikmalaya -

Polisi masih melakukan penyelidikan terkait penyebab kematian Raffha Al Ayubi (20) mahasiswa Universitas Siliwangi (Unsil) Tasikmalaya. Mahasiswa jurusan teknik sipil itu meninggal dunia di jalur pendakian Gunung Cakrabuana Tasikmalaya, Sabtu (8/6/2024), saat mengikuti kegiatan pendidikan latihan dasar (diklatsar) UKM Korps Sukarela (KSR) Palang Merah Indonesia (PMI).

Kasatreskrim Polres Tasikmalaya Kota AKP Fetrizal menjelaskan hingga saat ini pihaknya masih melakukan penyelidikan terkait kasus tersebut. "Iya sekarang masih dilakukan penyelidikan," kata Fetrizal, Senin (10/6/2024).

Selain mengumpulkan keterangan di lokasi kejadian dan memeriksa jenazah korban, pihaknya juga tengah melakukan pemeriksaan terhadap saksi-saksi yang berkaitan dengan kasus itu. Setidaknya sudah ada 7 orang saksi yang diperiksa oleh polisi. "Sudah ada 7 orang yang dimintai keterangan," kata Fetrizal.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menambahkan rangkaian penyelidikan itu dilakukan polisi untuk membuat terang kejadian ini termasuk menyelidiki ada tidaknya unsur pidana yang menyebabkan korban meninggal dunia.

"Tujuh orang yang dimintai keterangan, tujuannya untuk menentukan apakah ada perbuatan pidana atau tidak," kata Fetrizal.

ADVERTISEMENT

Sementara itu terkait pemeriksaan mendalam terhadap jenazah korban, Fetrizal mengatakan bahwa pihak keluarga menolak dilakukan otopsi. Jenazah mahasiswa semester 2 itu telah dibawa oleh pihak keluarga untuk dikuburkan.

"Sementara pihak keluarga menolak untuk dilakukan otopsi dan jenazah langsung dibawa ke Bekasi untuk dikebumikan," kata Fetrizal.

Sebelumnya berdasarkan keterangan pihak kampus, Raffha diduga meninggal dunia akibat kelelahan saat menempuh rute pendakian menuju lokasi Diklatsar di kawasan Gunung Cakrabuana Tasikmalaya.

Korban dikabarkan sempat mengalami kram kaki dan kelelahan, sehingga tak bisa melanjutkan pendakian.

Ironisnya posisi korban saat itu berada di separuh rute perjalanan, sehingga untuk menuju puncak jauh dan turun kembali pun jauh.

"Kami sempat mengobrol dengan dokternya tadi secara sepintas memang harus ada pemeriksaan lebih lanjut kalau memang mau lengkap, pemeriksaan dalam dan segala macam. Dalam pemeriksaan awal dalam tanda petik ya, saya belum melihat berkasnya, tapi tadi komunikasi dengan dokter itu, meninggalnya korban meninggal wajar," kata Wakil Rektor III Unsil, Asep Suryana Abdurrahmat, Minggu (9/6/2024).

Asep juga menegaskan pihaknya akan bersikap terbuka terkait masalah ini, termasuk berkoordinasi dengan pihak kepolisian untuk melakukan penyelidikan.

"Pokoknya kita dari kampus terbuka, segala macam informasi yang dibutuhkan keluarga, kita akan jelaskan," kata Asep.

Wakil Rektor bidang kemahasiswaan itu menegaskan bahwa lokasi korban meninggal dunia berada di separuh perjalanan menuju lokasi Diklatsar.

"Bahwa kejadian ini terjadi sebelum masuk lokasi pendidikan dasar. Masih dalam perjalanan. Jadi turun dari mobil di Malangbong, ini lewat dari separuh perjalanan menuju lokasi. Jadi belum sampai," kata Asep.

Kegiatan Diklatsar UKM Korps Sukarela (KSR) PMI Unsil ini dimulai sejak Jumat (7/6/2024) siang.

Para peserta termasuk korban mengikuti karantina dan pemeriksaan kesehatan sebelum menuju lokasi di Gunung Cakrabuana. Pada Jumat malam itu, semua peserta menginap di kampus.

Menurut Asep pada saat itu sempat dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap seluruh peserta dengan melibatkan tim medis dari Puskesmas Tawang. Dari total 21 peserta hanya 20 orang yang dinyatakan sehat dan diperbolehkan berangkat mendaki gunung.

Setelah karantina, pembekalan dan pemeriksaan kesehatan, peserta Diklatsar itu kemudian berangkat pada Sabtu (8/6/2024) pagi. Dari kampus mereka menuju Alun-alun Kecamatan Malangbong Kabupaten Garut dengan menumpang mobil. Rencananya mereka akan mendaki gunung Cakrabuana dari wilayah Malangbong, kemudian usai acara pendidikan akan turun di iwlayah Pagerageung Tasikmalaya.

Sekitar pukul 09.00 WIB, korban bersama rombongan mulai melakukan pendakian gunung Cakrabuana. Selanjutnya sekitar pukul 14.00 WIB, di tengah rute pendakian, korban mengeluhkan kondisi kakinya yang mengalami keram akibat kelelahan.

Korban kemudian diistirahatkan, kakinya diberi balsem. Setelah 15 menit istirahat korban kembali melanjutkan perjalanan.

"Menurut keterangan panitia, yang bersangkutan merasakan kelelahan sekitar jam 2 siang. Diistirahatkan karena kram kaki. Nah maksud diistirahatkan dikasih minum dan diberi balsam di kaki, supaya sehat lagi," kata Asep.

Namun setelah beberapa ratus meter melanjutkan pendakian, korban kembali meminta istirahat akibat merasa tak kuat dan kakinya kram kembali. Kali ini kondisinya semakin parah. Korban mulai menunjukan gejala hilang kesadaran.

"Makin sore kondisinya makin memburuk, ditanya kadang nyambung kadang enggak. Mulai gejala begitu, akhirnya diputuskan tak mungkin di bawa ke atas. Tapi mau diturunkan ke bawah, rute sudah jauh. Akhirnya diputuskanlah menunggu tim SAR itu," kata Asep.

Panitia mulai meminta bantuan kepada tim SAR, Tagana dan BPBD untuk melakukan evakuasi korban yang berada di tengah perjalanan. Tim SAR sendiri baru bergerak mendaki menyusul korban sekitar pukul 20.30 WIB dan tiba pukul 23.00 WIB.

Di sisi lain, selama penantian proses evakuasi itu kondisi korban semakin memburuk. Teman dan panitia Diklatsar sendiri berupaya keras untuk menyelamatkan korban meski dengan kondisi dan situasi serba terbatas, mengingat keberadaan mereka di jalur pendakian.

"Sambil menunggu tim evakuasi, korban diintruksikan untuk dibungkus tubuhnya dengan aluminium foil untuk menjaga suhu tubuhnya agar tidak turun, termasuk juga dibuat perapian di dekat tubuh korban," kata Asep.

Menjelang tengah malam tim evakuasi tiba dan langsung berusaha membawa korban turun dari lokasi pendakian. Kondisi medan terjal membuat proses evakuasi tidak mudah. Tim evakuasi berhasil membawa korban turun dari gunung sekitar pukul 05.30 WIB.

"Mulai evakuasi 20.30 WIB, perjalanan hampir 2 jam, sampai sekitar jam 23.00 WIB. Setelah itu turun, dari jam 23.00 WIB sampai setengah 6 pagi tiba di pinggir jalan. Itu pun setelah mendekati Subuh tim evakuasi kelelahan, beruntung sudah dekat permukiman warga sehingga dibantu," kata Asep.

Setelah itu korban segera di bawa ke RSUD dr Soekardjo dan dinyatakan telah meninggal dunia.

(yum/yum)


Hide Ads