Peningkatan Karbon Dioksida di Bumi Kian Dahsyat

Kabar Internasional

Peningkatan Karbon Dioksida di Bumi Kian Dahsyat

Rachmatunnisa - detikJabar
Jumat, 17 Mei 2024 11:30 WIB
Ilustrasi Emisi Karbom
Ilustrasi emisi karbon (Foto: Dok. Unsplash.com).
Jakarta -

Perubahan iklim kian dirasakan nyata. Berbagai penelitian telah membuktikan saat ini tengah terjadi perubahan iklim.

Melansir detikInet, berdasarkan penelitian teranyar menunjukkan bahwa laju pelepasan karbon dioksida ke atmosfer kini tidak tertandingi secara alami selama 50 ribu tahun terakhir.

Para peneliti menganalisis gas yang terperangkap di es Antartika selama periode tersebut. Mereka menemukan bahwa dalam peningkatan alami terbesar terakhir, karbon dioksida meningkat sebesar 14 bagian per juta selama 55 tahun. Ini terjadi 7.000 tahun yang lalu. Peningkatan yang sama sekarang membutuhkan waktu antara 5 hingga 6 tahun.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kathleen Wendt, asisten profesor di College of Earth, Ocean, and Atmospheric Sciences, Oregon State University, mengatakan dalam sebuah pernyataan bahwa mempelajari masa lalu mengajarkan kita betapa berbedanya kondisi saat ini. Laju perubahan CO2 saat ini benar-benar belum pernah terjadi sebelumnya.

"Peristiwa Heinrich ini benar-benar luar biasa," tambah rekan penulis Christo Buizert, seorang profesor di departemen yang sama.

ADVERTISEMENT

"Kami menduga hal ini disebabkan oleh runtuhnya lapisan es di Amerika Utara secara dramatis. Hal ini memicu reaksi berantai yang melibatkan perubahan pada musim hujan tropis, angin barat di belahan Bumi selatan, dan semburan besar CO2 yang keluar dari lautan," ujarnya.

Potensi penting selama Peristiwa Heinrich adalah angin barat. Mereka memang mempengaruhi sirkulasi di laut dalam, dan selama peningkatan karbon dioksida, mereka tampak menjadi lebih kuat. Penguatan tersebut menyebabkan pelepasan CO2 yang cepat dari Samudra Selatan. Ini bisa menjadi kabar buruk bagi masa depan.

Penelitian sebelumnya menunjukkan bahwa krisis iklim membuat angin barat kembali kencang. Jika penelitian ini benar, maka di masa depan, kemampuan Samudra Selatan dalam memerangkap karbon dioksida yang kita keluarkan akan sangat berkurang.

"Kita bergantung pada Samudra Selatan untuk mengambil sebagian karbon dioksida yang kita keluarkan, namun peningkatan pesat angin selatan melemahkan kemampuannya untuk melakukan hal tersebut," ucap Wendt.

Artikel ini sudah tayang di detikInet, baca selengkapnya di sini.

(mso/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads