Pilu Siswa SD di Pelosok Cianjur, Kelas Ambruk-Belajar di Tenda Terpal

Pilu Siswa SD di Pelosok Cianjur, Kelas Ambruk-Belajar di Tenda Terpal

Ikbal Slamet - detikJabar
Rabu, 15 Mei 2024 07:30 WIB
Siswa SDN Ciawitali belajar di tenda karena bangunan ambruk
Siswa SDN Ciawitali belajar di tenda karena bangunan ambruk. Foto: Ikbal Slamet/detikJabar
Cianjur -

Puluhan anak di dua Sekolah Dasar Negeri (SDN) di Desa Bojongkaso, Kecamatan Agrabinta, Kabupaten Cianjur terpaksa belajar dalam kondisi yang memprihatinkan. Mereka bersekolah di bawah terpal di antara reruntuhan bangunan sekolah.

Sekolah tempat para siswa itu belajar yakni SDN Ciawitali dan SDN Budisetra yang lokasinya berada di pelosok Cianjur, sekitar 158 kilometer dari pusat kota Cianjur dengan waktu tempuh sekitar 8 jam perjalanan. Akses menuju kedua sekolah itupun begitu ekstrem dengan jalan penuh bebatuan dan terjal.

Untuk sampai ke SDN Ciawitali terdapat beberapa tanjakan yang dipenuhi rumput liar. Bahkan jika ingin menuju SDN Budisetra kita harus melalui jalanan menanjak dari batu cadas yang licin. Jalur ekstrem itu yang setiap harinya dilalui para siswa untuk bersekolah. Tanpa menggunakan kendaraan, para siswa ini berjalan kaki dari rumah menuju sekolah menyusuri jalan yang dikelilingi hutan serta lereng gunung.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tidak hanya jalurnya yang ekstrem, bangunan dua SD Negeri di pelosok Cianjur itu jauh memprihatinkan. SDN Ciawitali yang semula memiliki empat ruang kelas, kini hanya tersisa satu bangunan kecil berukuran sekitar 4x5 meter dengan kondisi yang sudah tidak layak.

Sedangkan untuk tiga ruang kelas lainnya sudah hancur, rata dengan tanah. Sekolah yang didirikan sejak 1979, dan belum pernah direnovasi membuat struktur bangunan tak lagi mampu bertahan.

ADVERTISEMENT

Ruangan kelas terakhir yang sempat digunakan siswa belajar pun ambruk pada dua pekan lalu. Beruntung ambruknya bangunan tejadi di saat seluruh siswa sudah pulang.

Kondisi yang tak kalah memprihatinkan juga terlihat di SDN Budisetra, di mana tiga ruang kelas Sudak rusak parah. Kayu penyangga atap sekolah yang didirikan pada 1992 itu pun sudah patah dan sewaktu-waktu dapat ambruk.

Dinding ruang kelas juga Sudak terak dan bolong. Yang lebih memprihatinkan, lantai kelas bukan lagi keramik, tetapi berupa tanah.

Akibatnya, sejak pekan lalu siswa di dua sekolah ini terpaksa belajar di bawah tenda darurat. Siswa SDN Ciawitali belajar di bawah terpal di tengah reruntuhan kelas sedangkan siswa SDN Budisetra belajar di bawah tenda terpal yang dibangun di tengah lapang.

Suherman, Kepala SDN Budisetra dan Ciwawitali mengatakan kedua sekolah tersebut memang sudah rusak parah dan belum mendapat perbaikan.

"Dari dulu belum ada perbaikan. Kalau SDN Budisetra bangunannya retak sehingga sudah tidak memungkinkan untuk belajar. Kalau SDN Ciawitali memang bangunannya sudah ambruk seluruhnya," kata dia, Selasa (14/5/2024).

Siswa SDN Ciawitali belajar di tenda karena bangunan ambrukSiswa SDN Ciawitali belajar di tenda karena bangunan ambruk Foto: Ikbal Slamet/detikJabar

Kredit Terpal

Menurut dia, dengan kondisi bangunan tersebut guru dan orangtua berinisiatif membuat tenda darurat dari terpal. "Daripada siswa tidak bisa belajar, dibuat terpal ini. Apalagi kan kelas 6 sedang ujian akhir semester, jadinya kita dirikan tenda sementara," kata dia.

Bahkan, pejabat pendidikan yang membawahi dua sekolah ini terpaksa kredit terpal untuk para siswa belajar. "Terpal ini saya beli dengan cara kredit. Dibayar per bulan selama tiga bulan. Karena memang tidak ada anggarannya," kata dia.

Suherman mengaku dirinya sudah sering mengajukan perbaikan dan pembangunan ulang sekolah, namun belum ada kabar akan dibangun.

"Kalau mengajukan sudah sering. Tapi masih menunggu kabar apakah masuk anggarannya atau belum. Minimalnya dua ruang kelas agar siswa bisa belajar. Karena siswanya juga tidak banyak, untuk SDN Budisetra hanya 37 siswa dan SDN Ciawitali hanya 27 siswa," kata dia.

Usman, guru SDN Budisetra, menuturkan keberadaan sekolah tersebut sangat dibutuhkan. Pasalnya dengan adanya sekolah tersebut tidak ada anak yang putus sekolah.

"Kalau tidak ada sekolah ini akan banyak anak yang putus sekolah. Sekolah ini sangat vital dan memberantas buta huruf di pelosok. Kami harap segera diperbaiki bangunannya," kata dia.

Sani, orangtua siswa, mengaku prihatin dengan kondisi sekolah tempat anaknya belajar yakni di SDN Budisetra. Apalagi kini siswa terpaksa belajar di bawah tenda darurat.

"Sedih kalau lihat anak-anak belajar di tenda, apalagi cuaca kan sedang panas. Kemarin juga ada yang sampai sakit siswanya. SDN Ciawitali juga kan dulu tempat saya sekolah, kondisinya lebih parah lagi," kata dia.

Dia berharap bangunan sekolah tersebut diperbaiki agar siswa bisa belajar dengan nyaman.

"Kami orangtua tentu berharap segera dibangun, kasian anak-anak. Jangan sampai semangat belajar mereka luntur dengan kondisi sekolah yang seperti ini," kata dia.

(sud/sud)


Hide Ads