Efek Kejut Sesaat Pungli di Area Wisata Sukabumi, Sadar Ketika Viral

#BasmiPungli

Efek Kejut Sesaat Pungli di Area Wisata Sukabumi, Sadar Ketika Viral

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Sabtu, 11 Mei 2024 19:00 WIB
Salah satu tiket ke tempat wisata di Sukabumi yang dipersoalkan.
Salah satu tiket ke tempat wisata di Sukabumi yang dipersoalkan beberapa waktu lalu (Foto: Istimewa).
Sukabumi -

Pungutan Liar (Pungli) di kawasan wisata Kabupaten Sukabumi sudah benar-benar membuat jengah wisatawan. Sempat ramai karena viral, praktik tersebut ternyata hanya hilang sesaat, lalu muncul lagi dengan modus yang baru.

Hal itu dirasakan, Aip Abdillah pegiat jasa travel yang pada tahun 2022 silam pernah membuat geger dunia pariwisata di Kabupaten Sukabumi karena unggahannnya soal pungli viral di jagat maya. Dua tahun berlalu, pria yang akrab disapa Abe ini mengaku, praktik tersebut masih terjadi, dengan modus berbeda.

"Baru-baru ini saya ke Ciletuh sekitar tiga mingguan yang lalu, kemudian ke kawasan wisata Cisolok seminggu yang lalu. Masih dengan modus yang sama, (misalnya) Cisolok tiket bisa beli pakai Qris, hanya tidak semua orang ngerti pakai Qris, ketika parkir posisi di lapangan ditarif sekian, elf kan saya bawa bayar Rp 30 ribu, ada oknumlah," tutur Abe.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Abe mengaku, sempat terlibat perdebatan dengan petugas yang memberikan tiket masuk menggunakan Qris tersebut karena sempat menyebut sedang eror. Meskipun pada akhirnya Qris tersebut bisa digunakan untuk membayar.

"Ia sempat alasan katanya Qris eror, setelah agak berdebat akhirnya bisa dipakai Qrisnya," imbuh Abe.

ADVERTISEMENT

Hal serupa juga dirasakan Abe saat ke kawasan Ciletuh, lokasi yang disebut rawan pungli berada di belokan pertigaan arah menuju Ciletuh. Terutama di sekitaran Loji ada sejumlah orang yang kerap memintai uang dengan sedikit memaksa.

"Pas mau ke Ciletuh di Loji. Dikasih Rp 5 ribu (mobil) dihalangin, katanya masa mobil begini harus kasih Rp 5 ribu mobil begini. Saya kan ada dua Hiace, kalau saya sudah biasa, sopir (mobil) depan baru kasih Rp 20 ribu, katanya dipegat mau bagaimana lagi," tutur Abe.

"Posisi saat ke Ciletuh mungkin pas tanggal ramai. Jadi orang itu bertugas biasanya yang satu belokin, nah yang kemarin sampai ada yang ngehalangin mobil, sampai berhenti jadi ada yang cegat kemarin itu," tambah Abe.

Abe juga menyebut, ketika pungli viral di media sosial hanya semacam efek kejut sesaat. Setelah itu ada saja modus yang dilakukan pelaku pungli di lokasi wisata.

"Seperti kemarin Sukabumi, hanya efek kejut sesaat. Saya masih ingat, katanya di setiap tempat parkir di desa akan dibuat banner tentang besarnya iuran parkir yang harus dibayar sama wisatawan. Sampai sekarang saya nggak pernah nemu (banner). Waktu kita islah sama pelaku (tahun 2022 silam), itu akan dikasih di desa yang saya pegang akan dikasih itu, akan dibuat banner, karena kenyataannya tetap saja (ada pungli)," ungkap Abe.

Abe mengaku, tidak mempersoalkan besaran tarif masuk bahkan tarif parkir di lokasi wisata selama sesuai aturan, layanan dan peruntukan.

"Pelayanan harus jelas, ngejaga kendaraannya jelas. Di kita kan enggak begitu, terima duit udah saja ditinggalin. Contoh di Yogyakarta, ada tempat parkir di jagain, diberesin ada apa-apa tanggung jawab," pungkasnya.

(sya/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads