Hari Lupus Sedunia: Mitos Penyakit Kutukan, Sejarah, dan Warna Ungu

Hari Lupus Sedunia: Mitos Penyakit Kutukan, Sejarah, dan Warna Ungu

Dian Nugraha Ramdani - detikJabar
Kamis, 09 Mei 2024 20:30 WIB
Ilustrasi Penyakit Lupus.
Ilustrasi penyakit lupus (Foto: SOPA Images/LightRocket via Gett/SOPA Images).
Bandung -

Setiap tanggal 10 Mei diperingati sebagai Hari Lupus Sedunia. Lupus, adalah penyakit semacam rematik yang bisa menyerang semua bagian tubuh.

Penyakit ini belum diketahui penyebabnya, namun, gejala yang diakibatkan oleh lupus dapat terlihat, di antaranya ada ruam merah seperti kupu-kupu pada kulit wajah, nyeri pada sendi, dan seseorang terkena lupus mudah sekali merasakan lelah.

Karena bisa menyerang kapan saja dan lupus tidak bisa didiagnosa sebelumnya, banyak yang memandang penyakit ini sebagai misteri yang berbau horor. Situs Rumah Sakit Universitas Indonesia (RSUI) bahkan menyebutkan, ada anggapan masyarakat tentang penyakit lupus adalah penyakit kutukan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Padahal, itu tidaklah benar. Situs RSUI menjelaskan, lupus atau Systemic Lupus Erythematosus adalah penyakit rematik autoimun. Penyakit ini menyerang berbagai organ tubuh mana saja dengan gejala yang tidak tunggal.

Penyakit ini terjadi karena kesalahan sistem imun dalam mengenali sel di dalam tubuh manusia. Imun menganggap sel tubuh sebagai musuh. Meski, ini barulah hasil penelitian sementara.

ADVERTISEMENT

"Penyebab lupus belumlah jelas. Namun, seiring berkembangnya ilmu pengetahuan, lupus diketahui terjadi akibat berbagai macam faktor," tulis situs RSUI, dikutip Kamis (9/5/2024).

Misalnya, penyakit lupus itu bisa berbentuk ruam bentuk kupu-kupu di wajah, kejang, sariawan tak kunjung sembuh meski tidak sakit, sakit sendi tak sembuh-sembuh, dan lain sebagainya.

"Lupus sering disebut sebagai penyakit 1001 wajah," tulis situs itu.

Apakah Menular?

Selain banyak disangka sebagai penyakit kutukan, lupus juga dituding sebagai penyakit menular. Padahal, lupus berbeda dengan kusta yang bisa menular.

Situs lupus.org menyebutkan, penyakit lupus merupakan penyakit kronis jangka panjang dan bisa menyebabkan nyeri pada semua anggota badan serta menyebabkan peradangan.

"Lupus adalah misteri," tulis situs itu.

Penyakit lupus memang bisa diturunkan dari orang tua ke anaknya, namun, sergah situs RSUI, penyakit lupus perlu beragam faktor untuk bisa menyerang seseorang. Di antaranya kombinasi faktor keturunan, lingkungan, dan hormon.

Namun, jika seseorang terserang lupus, perlu jangka panjang untuk pengobatannya. Lagipula, pengobatan juga bertujuan bukan untuk kesembuhan total, namun supaya penyakit kronik itu tidak terlalu aktif merusak tubuh penderitanya. Kondisi penyakit kurang aktif dan dapat dikontrol itu disebut remisi.

Ini sebabnya, orang-orang di dunia mencurahkan perhatian dan rasa simpatinya kepada penderita lupus. Sebab, orang yang terjangkit penyakit ini sukar sembuh dengan alasan ini merupakan penyakit autoimun. Dan pengobatan dijalani sebagai upaya "remisi" itu.

Sejarah Hari Lupus Sedunia

Hari Lupus Sedunia diperingati sejak tahun 1977. Situs RSUD Bali Mandara, Provinsi Bali menyebutkan awalnya pada tahun tersebut peringatan hari lupus barulah Pekan Peduli Lupus Nasional, yang dilaksanakan pada bulan September, lalu dipindahkan ke Oktober.

Kepedulian ini terkulminasi dengan peringatan serupa dari belahan dunia lain. Pada tahun 2004, sekelompok orang di Kanada, mulai menyelenggarakan Hari Lupus Sedunia. Dan ini menjadi cikal bakal hari lupus diperingati setiap 10 Mei.

Yang dikampanyekan adalah kesadaran terhadap penyakit autoimun tersebut. Gerakan ini kemudian meluas ke berbagai negara di dunia. Pada tahun 2009, Yayasan Lupus Amerika menjadikan bulan Mei sebagai Bulan Peduli Lupus.

Warna Ungu

Sebagai penyeragaman, dikampanyekan warna ungu dalam bentuk pita atau desain lainnya, untuk memperingati Hari Lupus Sedunia ini. Warna ungu menyimbolkan suasana rileks pada saraf dan pikiran, dan warna yang menumbuhkan semangat.

Situs Pemerintah Kabupaten Ngawi melansir bahwa warna ungu dipilih sebagai simbol dalam peringatan Hari Lupus Sedunia, tiada bukan sebagai dukungan untuk para penyintas lupus agar tetap semangat, penuh optimisme, dan terus berjuang untuk melewati hari-hari dengan kondisi lupus.

(mso/mso)


Hide Ads