"Hanya ke Bandung lah, aku kembali kepada cintaku yang sesungguhnya,". Itulah sepenggal kalimat dari sang proklamator Indonesia, Ir Soekarno kala dirinya mengingat Bandung yang banyak diilhami oleh generasi muda kini.
Bukan tanpa alasan, wilayah yang berada tepat di pusat peradaban Bumi Pasundan ini dipercaya mampu memberi sejuta arti bagi setiap individu yang mengunjunginya, termasuk bagi para pelancong.
Lebih lanjut, mereka juga mengungkapkan berbagai kalimat puitis nan romantis tentang Kota Kembang yang menghiasi ruang maya. Tak jarang, berseliwerannya konten-konten tersebut memancing amarah para warlok alias warga lokal yang merasa tidak sependapat, dan memilih untuk membuka aib dari Bandung seluas-luasnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Salah satunya, kata 'Kenapa Bandung' yang tengah ramai diperbincangkan warganet sejak pertengahan Maret lalu. Bermula dari perspektif seorang pendatang terhadap Bandung, kata tersebut perlahan-lahan menjadi ajang kritik terhadap pemerintah. Serta, muncul pula tudingan jika pemerintah kabur menangani sejumlah masalah krusial, dan cenderung lebih sibuk mempercantik tata kota agar memikat perhatian turis.
Namun demikian, mungkin detikers bertanya-tanya bagaimana kata 'Kenapa Bandung' ini bisa tercetus hingga memancing riuh masyarakat di dunia maya?
Jawaban dari 'Kenapa Bandung'
detikJabar lantas berbincang dengan Ardan Achsya, sang content creator yang mencetuskan pertama kali istilah 'Kenapa Bandung.' Selama kurang lebih satu jam, pemuda yang akrab disapa Ardan ini mengisahkan bagaimana dirinya menjadi sorotan usai pernyataan 'Kenapa Bandung' menjadi viral di media sosial serta menuai pro dan kontra di masyarakat.
Bermodalkan hobi travelling serta menyelami makna kehidupan yang beragam, mulanya Ardan ingin rehat dari dunia konten dan memilih untuk berkelana dan menemukan keistimewaan dari satu kota di Tanah Air selama sebulan penuh. Bahkan, Ia sempat berencana untuk memilih Kota Yogyakarta sebagai destinasi pertamanya.
Akan tetapi, hasrat untuk memulai perjalanan di Kota Pelajar itu berakhir pupus di tengah jalan. Walau demikian, Ardan tetap bersikeras ingin kabur dari hingar-bingar metropolitan sesegera mungkin yang membuat akhirnya Ia langsung menjatuhkan pilihan kepada Bandung.
"Kenapa Bandung itu penginnya dibuat sebagai dokumenter yang serius. Jadi, itu tuh pengin dibikin dokumenter pribadi yang kayak (perjalanan) gua di setiap kota punya dokumenternya masing-masing," ucap Ardan saat berbincang dengan detikJabar, Senin (29/4/2024) malam.
Hingga kini, kata 'Kenapa Bandung' masih terbesit dalam benak Ardan usai salah satu rekannya menanyakan alasan Bandung sebagai destinasi pilihan. Terlebih lagi, pemuda yang sudah aktif sebagai content creator sejak tahun 2018 ini menanyakan hal serupa kepada sesama pendatang luar Bandung. Lalu, hasil dari setiap jawaban itu bakal diolah menjadi suatu video dokumenter bersama cerita perjalanannya di Kota Kembang.
"Eh, ternyata baru nyampe berapa orang (aku wawancarai) itu sudah ramai. Akhirnya, ya sudahlah banting setir lah gitu," tambah Ardan.
![]() |
Mencintai Diri Sendiri
Perlu diketahui, Ardan pertama kali mengunggah konten 'Kenapa Bandung' melalui media sosial TikTok-nya pada akhir Desember 2023 lalu, dan disusul oleh konten-konten serupa. Terbagi atas 8 video pendek, baik itu Ardan maupun para pendatang menilai Bandung dengan suasana alam yang syahdu, cocok sebagai tempat pelarian, hingga memiliki pergerakan yang santai atau slow living.
Menurut Ardan, pernyataan dirinya dalam konten tersebut merupakan ungkapan jujur dan tulus dari hati sebagai seorang pendatang. Bahkan, ketika muncul anggapan Bandung adalah kota yang romantis layaknya di film atau serial ternama, Ardan turut pula merasakan hal itu.
"Gua tuh orang yang selalu merasakan terhadap hal-hal sekitar, dan gua selalu menggambarkan hal itu entah dalam tulisan ataupun sekarang konten. Mungkin salah satu penyebab (konten) Kenapa Bandung ini bisa ramai juga (ya), karena benar-benar dari hati," ucapnya.
Tak hanya itu, selama hampir 9 bulan menjadi anak rantau di Kota Kembang, Ardan pun turut merasa nyaman dan menemukan arti cinta dalam kehidupan. Uniknya, berkat Bandung ia justru lebih mampu untuk mencintai diri sendiri karena ada suatu nyawa yang menemani di setiap langkah, ataupun di saat merasa gundah dan kesepian.
"Kayak malam-malam kadang di rooftop gitu ngelamun, lagi ngerokok (sambil) ngopi. Itu tuh langsung kayak (berpikir) 'Kok, Bandung itu kayak (terasa) dekat ya? Padahal kan, Bandung itu luas tapi ada nyawa tersendiri," ungkap Ardan.
Meski begitu, tampaknya Ardan tidak terlalu memberi banyak patokan dan lebih luwes dalam menjalani lika-liku kehidupan. Bagi Ardan, hidup adalah sebuah perjalanan yang menandakan bahwa dirinya akan terus mencari tujuan hingga menemukan titik akhir di masa yang tepat.
"Nanti ketika gua mati baru ketemu tuh, oh ternyata selama ini tujuan hidup gua tuh ini," ungkapnya.
Terus Konsisten
Seperti yang diungkapkan di atas, konten Ardan bertajuk 'Kenapa Bandung' lantas menuai perdebatan di antara warganet yang berlangsung sengit. Tak hanya berusaha membuka mata dan telinga para pendatang, banyak dari mereka juga mengajak sang kreator itu untuk merasakan langsung permasalahan pelik warga di lapangan.
Mendengar hal itu, Ardan mengaku sempat kaget dan takut karena kontennya menimbulkan pengaruh sedemikian masif di masyarakat. Terlebih lagi, pada waktu bersamaan banyak media massa ramai-ramai mengaitkan konten miliknya itu dengan upaya glorifikasi terhadap suatu kota secara berlebihan lewat kata-kata puitis nan romantis.
"Ternyata gua dari sekadar bikin konten yang cuma iseng, tapi justru media-media menggiringnya ke (ranah) politik dan menjadi sesuatu yang besar gitu, ya. (Padahal) ih gua siapa gitu harus ikut campur sama (urusan) politik di kota ini, lah gua juga pendatang," keluhnya.
Meski dicerca oleh banyak pihak, Ardan justru mendapat banyak pula dukungan agar tidak patah arang serta terus tancap gas untuk berkarya. Termasuk Pidi Baiq, salah satu seniman asal Bandung yang juga memberi kritik pedas terhadap warga Bandung yang masih cenderung kufur alias ingkar terhadap keindahan alam dari Sang Pencipta.
"Dan jawaban ayah (Pidi Baiq) cuman satu, Tuhan aja menutupi aib hambanya, kenapa elu malah ngebuka aib temen elu, aib elu sendiri? Dalam artian tuh kayak gua udah menutupi aib si Bandung dengan keromantisannya dengan keindahannya, kenapa warga aslinya Bandung malah ngebuka aib-aibnya Bandung," ucap Ardan.
Ardan pun juga tidak menutup mata terhadap permasalahan yang masih menghantui warga Bandung, seperti kemacetan, kriminalitas, dan lain-lain. Walau begitu, pada akhirnya Ardan berusaha untuk tetap berada untuk menyampaikan keindahan yang dimiliki oleh Kota Kembang. Serta, tak jarang menyelipkan nilai-nilai syukur dan kufur kepada khalayak.
"Ketika ingin mengubah sesuatu, lu ubah dari diri elu. Elu bilang Bandung macet, tapi elu juga yang menyebabkan kemacetan. Ya, mau sampai kapan Bandung (terus) macet. Elu teriak Bandung banjir, tapi elu-nya sendiri masih buang sampah kemana-mana. Nah, sebelum ke hal-hal yang lebih besar, kita fokus dulu ke hal-hal yang kecil," tegasnya.
Masih Punya Agenda
Terlepas dari kegaduhan yang ada, Ardan mengaku jika 'Kenapa Bandung' seperti memberikan suatu isyarat agar dirinya juga mengeksplorasi kota-kota lainnya. Akan tetapi, dirinya mengaku percaya terhadap intuisi hati jika masih ada sejumlah hal yang mesti dituntaskan.
"Karena ternyata, Tuhan nggak bakal menyelesaikan suatu urusan atau masalah elu, ketika (masih) masalah atau urusan itu belum selesai," ungkapnya.
Lebih lanjut, secara gamblang kepada detikJabar Ardan juga mengaku tengah menggarap sebuah trilogi buku yang merangkum seluruh perjalanan hidupnya di Bandung. Bahkan, seluruh karyanya itu direncanakan bakal rampung pada akhir tahun mendatang.
"Ada tiga (judul) trilogi, yang pertama 'Aku dalam Novel,' kedua 'Aku dalam Puisi,' dan yang ketiga 'Aku dalam Kata,' dan mungkin ini juga salah satu urusan yang harus selesai di Bandung," ungkap Ardan.
Selain itu, dirinya juga tengah mempersiapkan sebuah tur bertajuk Kenapa Bandung yang mengajak banyak orang dalam mengungkap sisi gelap dari Kota Kembang. Bahkan, Ardan juga berencana menggelar diskusi dengan sejumlah pakar maupun komunitas terkait agar bisa mengulik bersama-sama permasalahan yang hingga kini masih menggerogoti Bandung.
Alhasil, walau sempat menghebohkan jagat maya Tanah Air akibat konten yang dibuatnya, Ardan berharap agar Kenapa Bandung tidak hanya sekadar menjadi celotehan belaka. Namun, dirinya ingin para pihak terkait bisa sesegera mungkin membawa perubahan terhadap kota yang selama ini diagung-agungkan olehnya.
"Walau gua ngerasa nggak punya power di sana (ranah politik), tapi ya memang gua punya sedikit (harapan) agar ramainya si Kenapa Bandung kemaren mungkin bisa sedikit mengubah keadaan," pungkasnya.
(sud/sud)