Berkah di Tengah Kesederhanaan Penjual Bubur Ayam Bandung

Serba-serbi Warga

Berkah di Tengah Kesederhanaan Penjual Bubur Ayam Bandung

Naufal Nabilludin - detikJabar
Selasa, 07 Mei 2024 04:30 WIB
Mang Heru penjual bubur ayam di sekitaran Pasar Cikaso, Cibeunying, Kota Bandung
Mang Heru penjual bubur ayam di sekitaran Pasar Cikaso, Cibeunying, Kota Bandung (Foto: Naufal Nabilludin/detikJabar)
Bandung -

Diantara banyaknya penjual sarapan di sekitar Pasar Cikaso, Cibeunying Kidul, Kota Bandung, ada satu gerobak bubur sederhana berwarna putih dengan tulisan "Bubur Ayam 5.000".

Gerobak bubur yang mangkal persis di pertigaan antara Jl. Madhapi dan Jl. Citamiang itu menarik perhatian. Pasalnya, penjual bubur itu memasang harga di bawah rata-rata penjual bubur di sekitarnya.

Pria berbadan kurus dengan rambut yang terlihat memutih itu akrab disapa Mang Heru. Pria kelahiran 1963 ini mengaku baru berjualan bubur belum lama ini. Sebelumnya, ia sudah mencoba banyak jenis usaha di bidang kuliner.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jualan bubur masih baru, sebelumnya pernah jualan soto dan ayam goreng, tapi harga ayamnya naik terus. Bingung juga mau jualannya kalau terlalu mahal. Kalau bubur, alhamdulillah, selalu habis setiap hari," katanya saat berbincang dengan detikJabar belum lama ini.

Tidak banyak bubur yang dijual Mang Heru, ia hanya membuat 1 hingga 1,5 kilogram bubur, atau sekitar 40 porsi setiap harinya.

ADVERTISEMENT

"Kalau jualan bubur, jam 2 subuh sudah bangun terus mulai masak. Dorong gerobak ke sini (tempat mangkal) sekitar jam 5, alhamdulillah jam setengah 8 atau jam 8 pagi sudah habis," ujarnya.

Walaupun harga beras sempat melambung tinggi, Heru enggan menaikkan harga bubur ayamnya. Menurutnya, walaupun keuntungan dari jualan bubur menipis, ia yakin pasti ada rezeki lain yang datang.

"Kasian yang beli kalau dinaikin harganya. Buat saya masih ada sisanya (untung), walau gak seberapa. Rezeki ada dari mana saja," katanya sambil sesekali melayani pembeli.

Setelah selesai menjual bubur, Mang Heru tidak langsung istirahat di rumahnya. Walaupun usianya tidak lagi muda, ia masih sanggup mengambil pekerjaan lain, terutama yang berurusan dengan bangunan.

"Selesai jualan bubur, langsung cari (kerja) yang lain lagi. Apa saja yang ada dikerjain, biasanya sih bangunan," ujar pria 61 tahun itu.

Mang Heru banyak bercerita soal betapa uniknya Tuhan dalam mendatangkan rezeki kepada hambanya. Dari hasil usahanya, kadang ada orang yang menggunakan jasanya tidak membayar sesuai dengan standar, namun banyak juga yang malah membayar lebih dari harga seharusnya.

"Rezeki itu unik, kadang ada orang yang harusnya bayar Rp300 ribu tapi cuma ngasih Rp100 ribu. Ada banyak juga yang ngasih lebih, harusnya cuma bayar Rp100 ribu tapi ngasih 500 ribu. Makanya saya berusaha ikhlas aja kalau ada yang ngasih sedikit, toh banyak juga yang ngasih lebih," ungkapnya.

Heru berharap ke depannya ia bisa mengembangkan usahanya di bidang kuliner dan membuka kios atau ruko untuk berjualan.

"Ke depannya, semoga bisa punya kios atau ruko untuk berjualan. Bukan hanya bubur, tapi juga makanan lainnya," harapnya.

(iqk/iqk)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads