Kisah Agam Mengolah Suara Jadi Senjata untuk Berkarya dan Setara

Kisah Agam Mengolah Suara Jadi Senjata untuk Berkarya dan Setara

Naufal Nabilludin - detikJabar
Senin, 06 Mei 2024 21:00 WIB
Agam saat menceritakan kisahnya.
Agam saat menceritakan kisahnya. Foto: Istimewa
Bandung -

Orang tua Agam Shandy Maoludin kaget ketika anaknya yang masih bayi tidak merespons mainan yang diberikannya, setelah diperiksa ke dokter, ternyata anak kesayangannya mengalami gangguan penglihatan.

"Saya terlahir normal sama seperti anak pada umumnya, orang tua baru tahu kalau saya mengalami gangguan penglihatan saat memberikan mainan ketika masih bayi. Namun tidak ada respons dari saya. Setelah diperiksa ke dokter, ternyata saya mengalami hambatan penglihatan. Sempat mau dioperasi pada saat itu, namun tidak bisa. Mungkin sudah jalannya seperti ini," kata Agam membuka percakapan saat diwawancarai detikjabar.

Walaupun terlahir dengan karunia kedua mata yang tidak bisa melihat, semangat dan prestasi Agam Shandy Maoludin perlu diacungi jempol. Pria kelahiran Kota Bandung, Jawa Barat ini tidak patah semangat dengan kondisinya. Justru ia mencoba mengasah dan terus mengembangkan kelebihan yang diberikan Tuhan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Agam percaya bahwa Tuhan tidak hanya memberikan kekurangan tapi juga kelebihan kepada semua makhluknya. Hal itu ia buktikan dengan mengembangkan kelebihan dalam bernyanyi. Agam pun merasakan hasil perjuangannya. Ia juara 1 dalam Festival dan Lomba Seni Siswa Nasional (FLS2N) tingkat Provinsi Jawa Barat pada tahun 2018 dan mewakili Jawa Barat untuk tampil di tingkat Nasional.

"Ketika kelas 1 SD, orang tua saya membelikan sebuah radio, dari situ awalnya saya mulai karaoke, nyanyi-nyanyi sampai akhirnya bisa dikembangkan. Di sekolah juga guru saya memberikan saran untuk mengikuti perlombaan nyanyi, itu sejak kelas 4 SD," ujarnya sambil mengenang masa lalu.

ADVERTISEMENT

"Prosesnya tidak mudah, sejak SD saya sudah mengikuti perlombaan, namun gagal. Mencoba lagi ketika SMP dapat juara 2 tingkat Provinsi Jawa Barat, dan ketika SMA kelas 1 bisa mendapat juara 1 FLS2N tingkat provinsi dan maju ke tingkat nasional," ungkapnya.

Hal penting dalam mengembangkan kelebihan adalah rasa percaya diri. Agam bercerita tidak mudah membangun rasa percaya diri sebagai disabilitas netra. Minder menjadi hal wajar yang dialami oleh semua orang, termasuk dirinya.

"Membangun rasa percaya diri itu butuh proses dan waktu. Saya pada awalnya kaget dengan keadaan, namun seiring berjalannya waktu dan berteman dengan teman-teman satu hambatan di sekolah, akhirnya mulai terbangun rasa percaya diri itu," kata pria kelahiran tahun 2002 itu.

Bersekolah di Sekolah Luar Biasa (SLB) A Pajajaran membuat semangat dan tekadnya dalam mengembangkan kelebihan semakin kuat. Menurutnya lingkungan dan pertemanan yang positif penting untuk mendukung mengembangkan kelebihannya.

"Saya sempat berpikir, 'kenapa saya diberikan hambatan seperti ini', namun seiring berjalannya waktu dan dipertemukan dengan lingkungan yang positif serta teman-teman satu hambatan akhirnya bisa menerima," ujarnya.

Semangat Agam dalam bermusik dan bernyanyi ia teruskan ke jenjang yang lebih serius. Tahun 2021 Agam diterima sebagai mahasiswa Jurusan Seni Musik di Universitas Pendidikan Indonesia lewat jalur Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN).

Awalnya ia tidak berencana untuk masuk jurusan seni musik, namun COVID-19 membuatnya menghabiskan waktu dengan belajar bermain musik sampai akhirnya tertarik untuk berkuliah di jurusan yang berhubungan dengan musik.

"Awal berkuliah juga menjadi tantangan tersendiri buat saya, apalagi ketika menjadi mahasiswa baru, kuliah masih dilakukan dari jarak jauh (daring). Teman-teman dan dosen belum semua tahu kalau saya memiliki hambatan ketunanetraan," ujarnya bercerita.

Mahasiswa semester 6 ini membuktikan bahwa hambatannya tidak menghalangi untuk mendapatkan pendidikan tinggi yang setara dengan orang-orang pada umumnya. Ia juga ingin memiliki kesetaraan, tidak dibeda-bedakan dengan yang lainnya.

"Kalau saya sendiri ingin disetarakan dengan orang-orang pada umumnya. Teman-teman disabilitas juga berhak untuk berkarya dan mengembangkan kelebihannya," ungkapnya.

Pria yang bercita-cita menjadi pengajar ini berpesan kepada sesama penyandang disabilitas untuk tidak takut untuk berkarya dan mengembangkan kelebihan yang dimiliki oleh setiap orang.

"Untuk teman-teman disabilitas tetap semangat, terus berkarya dan lawan rasa minder, dibalik kekurangan pasti ada kelebihan," katanya dengan suara serius.

Agam juga berharap kepada masyarakat untuk lebih luas lagi mengenal penyandang disabilitas, agar tidak memandangnya sebelah mata.

"Saya berharap masyarakat tidak membeda-bedakan teman-teman disabilitas. Karena disabilitas sendiri mempunyai kekurangan dan kelebihan, sama seperti orang pada umumnya," harapnya.

(sud/sud)


Hide Ads