Keluarga MP (13) tak mampu menahan tangis saat jasad remaja kelas 1 SMP itu tertutup kain hijau di ruang pemulasaraan jenazah di RSUD Syamsudin, Kota Sukabumi. Dia merupakan korban dalam peristiwa dugaan duel antarpelajar.
Diketahui, peristiwa duel itu terjadi pada Sabtu (4/5/2024) di Kampung Babakan, Desa Parakanlima, Kecamatan Cikembar, Kabupaten Sukabumi. MP mengalami luka bacok di bagian kepala hingga tempurung patah. Luka tersebut diduga akibat terkena senjata tajam.
Sri Mulyani (43) ibu korban mengatakan, MP merupakan anak ketiga dari empat bersaudara. MP yang merupakan warga Jampang Tengah berpamitan pergi meninggalkan rumah pada pukul 16:00 WIB selepas ashar. Ia berpamitan untuk bermain bersama teman-temannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Kira-kira jam 4 abis ashar dia bilang mau main sebentar kata ibu teh dilarang, jangan a (panggilan kepada anak laki-laki di Sunda) sudah sore gitu ya. Nggak tahu dia teh terus ke depan rumah. Saya mah ke belakang mungkin sudah disamper (dijemput) atau gimana ya dia berangkat," kata Sri kepada detikJabar, Minggu (5/5/2024).
"Saya nanya, Dede, Aa ke mana? Sudah berangkat Bu, katanya kata adiknya. Ah sudah ibu lemas badan teh, ya ibu teh tiduran saja. Masyaallah anak teh teu benang dicaram (anak nggak bisa dilarang)," sambungnya.
Lebih lanjut, selepas magrib, Sri kedatangan ibu dari teman anaknya yang mengabarkan jika MP dan AF berada di klinik. Tanpa pikir panjang, dia pun langsung menuju klinik di sekitar tempat kejadian perkara.
"Nyampe rumah sakit, ini yang nanganin katanya dijahit lima jahitan terus pendarahan, nggak sadar. Terus tulang kepalanya ada yang patah. Posisinya waktu itu sudah dirujuk ke Bunut (RSUD Syamsudin)," ujarnya.
Sesampainya di rumah sakit, MP sudah dinyatakan meninggal dunia. Sri Mulyani yang datang bersama keluarganya seketika menangis histeris.
"Saya langsung ke sini, sampai sini sudah nggak ada. Dia mah nggak bawa motor, handphone saja nggak punya karena rusak lagi diperbaiki ayahnya," ungkap Sri.
Sepatu Baru
Sri Mulyani mengatakan, sehari-hari MP bersikap sebagaimana anak seusianya. MP biasa bermain di sekitar rumahnya dan pulang sebelum magrib. Saat kejadian, ibunya pun sudah memiliki firasat karena MP tak kunjung pulang.
"Ini magrib belum pulang ya Allah emang saya ini kalau apa-apa saya larang terus, sayang sama anak," kata Sri.
Selain itu, MP juga disebut anak yang rajin salat dan mengaji. Di lingkungannya, dia dikenal mudah bergaul. Namun nahas, kejadian memilukan ini melibatkan anaknya hingga meninggal dunia.
"Nggak tahu ibu juga, mau tanya ke teman-temannya, tapi pas sampai di rumah sakit sudah pada pulang," ucapnya.
Sri mengatakan, anaknya itu sempat meminta dibelikan sepatu baru. Bahkan, Sri sudah memesankan sepatu tersebut lewat marketplace. "Siangnya itu lelendean ke ibu, minta dibelikan sepatu, 'Mah hoyong sapatu, wios anu KW oge' (mah mau sepatu, nggak apa-apa yang KW juga). Sudah dipesankan sepatunya," kata Sri sambil menirukan permintaan terakhir korban.
Pihak keluarga berharap, polisi dapat segera mengungkap perkara tersebut. Dia juga meminta agar pelaku ditangkap dan diberikan efek jera.
"Iya kalau bisa pelakunya ditangkap supaya jera. Supaya jangan sampai kejadian ini keulang lagi seperti terjadi lagi kayak anak ibu ya," tutupnya.
(sud/sud)