Cerita Dadang Sang 'Pemburu' ODGJ Telantar di Tasikmalaya

Feature Story

Cerita Dadang Sang 'Pemburu' ODGJ Telantar di Tasikmalaya

Faizal Amiruddin - detikJabar
Sabtu, 04 Mei 2024 08:00 WIB
Kawasan panti rehabilitasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), milik Yayasan Mentari Hati
Dadang Heryatdi (60) dan ODGJ yang dirawatnya (Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar)
Tasikmalaya -

"Ada waktunya kita belajar kepada orang gila, di saat orang waras sudah tidak bisa memberikan contoh yang baik,".

Kutipan berbentuk mural itu tampak mencolok ketika memasuki kawasan panti rehabilitasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), milik Yayasan Mentari Hati di Jalan Letjen Mashudi, Kelurahan Mulyasari Kecamatan Tamansari Kota Tasikmalaya.

Pesan moral untuk belajar kepada orang gila itu, dicetuskan Dadang Heryadi (60), pengelola panti sekaligus pendiri Yayasan Mentari Hati.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Saya banyak sekali memetik pelajaran hidup dari mengurus ODGJ. Orang gila yang selalu terpinggirkan nyatanya mereka membawa pesan, membawa pelajaran bagi kita yang mengaku waras," kata Dadang, Kamis (2/5/2024).

Mengurus ODGJ memang bukan hal baru bagi Dadang, pria asal Cikalong Tasikmalaya Selatan ini, sudah 16 tahun melalui hari-hari mengurus mereka yang sakit jiwa.

ADVERTISEMENT

Saat ini ada sekitar 254 ODGJ yang dirawat di panti rehabilitasi itu. "Kalau ditotal sejak awal mungkin sudah ada sekitar 1.000 orang yang dirawat. Sudah ada ratusan yang sembuh, ada yang meninggal dunia, ditemukan keluarganya, dan lain sebagainya," kata Dadang.

Yang menjadikan panti ini unik adalah komitmennya yang mengkhususkan diri merawat ODGJ yang terlantar di jalanan. Dadang tidak mau menerima pasien yang sengaja berobat atau pasien ODGJ yang masih memiliki keluarga. "Saya khusus menangani yang terlantar saja, tidak menerima titipan atau yang sengaja berobat dititipkan keluarganya," kata Dadang.

Alasan utamanya, Dadang mengaku tidak memiliki keahlian khusus untuk menyembuhkan ODGJ. Yang dia lakukan selama ini adalah merawat, atau dia menyebutnya memanusiakan ODGJ.

"Saya bukan ahli, saya tak punya ilmunya. Yang saya lakukan hanya merawat mereka dengan kasih sayang, memanusiakan mereka. Biarlah Allah SWT yang menyembuhkannya," kata Dadang.

Sehingga bagi mereka yang berniat mengobati keluarganya yang gangguan jiwa, Dadang biasanya merekomendasikan untuk membawanya ke rumah sakit jiwa untuk diobati atau ke panti rehabilitasi yang memang menerima titipan pasien.

"Kalau ada yang datang saya selalu menyarankan dibawa berobat ke rumah sakit jiwa, kalau yang keluarganya tidak mampu saya beri tahu caranya memanfaatkan fasilitas BPJS," kata Dadang.

Terkait komitmennya ini, Dadang mengaku pernah mendapatkan godaan yang menggiurkan.

Beberapa tahun lalu dia didatangi oleh seorang warga Sulawesi yang sengaja datang untuk menitipkan salah seorang anggota keluarganya yang sakit jiwa akibat Narkoba.

"Jadi orang itu tahu saya dari konten-konten Youtube, dia sampai mau membelikan saya mobil baru. Serius saya mau langsung diajak ke dealer, dengan syarat saya harus merawat saudaranya yang sakit. Bahkan dia sampai mau membangun ruangan khusus untuk merawat pasien itu.Sudah saya sarankan ke RSJ atau ke panti yang lain, tapi dia tetap memaksa. Tapi saya pun tetap menolak, akhirnya mereka pulang lagi," kata Dadang.

Kawasan panti rehabilitasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), milik Yayasan Mentari HatiOrang dengan gangguan jiwa (ODGJ) yang dirawat di Yayasan Mentari Hati Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar

Selain itu Dadang juga mengatakan di kawasan Kota Tasikmalaya saat ini ada 27 ODGJ yang masih berkeliaran. Dia mengaku tidak mau merawat, karena setelah dilakukan penelusuran 27 ODGJ itu masih memiliki keluarga.

"Yang saya sesalkan keluarga mereka abai, punya keluarga ODGJ dianggap beban, dianggap aib. Padahal kalau keluarganya peduli, mereka harusnya dirawat, jangan dibiarkan berkeliaran," kata Dadang.

Awal Perjalanan Dadang Menjadi Pawang ODGJ

Dadang Heryadi adalah anak dari pasangan pegawai negeri, ibunya guru bapaknya pegawai Kemenag. Sehingga masa kecil hingga masa mudanya relatif berkecukupan.

Tapi berbeda dengan saudaranya yang lain, Dadang tergolong anak gaul, cenderung nakal. "Ya baragajul sedikit lah, suka nongkrong, berantem. Berbeda dengan saudara-saudara saya," kata Dadang.

Meski demikian selepas menamatkan kuliah di Fakultas Pertanian, dia lalu bekerja di PT PLN wilayah Jawa Barat. Dia bekerja di bagian yang mengurusi pembangunan dan pemeliharaan SUTET. "Di PLN bagian Prokitring, itu yang mengurusi SUTET. Wilayah kerja saya Jawa Barat. Tahun 2007 saya sudah menikah dan punya 1 anak," kata Dadang.

Kawasan panti rehabilitasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), milik Yayasan Mentari HatiKawasan panti rehabilitasi orang dengan gangguan jiwa (ODGJ), milik Yayasan Mentari Hati Foto: Faizal Amiruddin/detikJabar

Kemudian di tahun 2007 itu ada sebuah momen ketika dia sedang sarapan di warung dekat kantornya di Bandung, Dadang melihat seorang gila sedang mengais-ngais makanan di tong sampah seberang jalan. Entah apa yang terjadi, Dadang saat itu tiba-tiba ingin mendekati orang gila itu. Hatinya seperti tersentuh sehingga badannya tergerak menghampiri orang gila itu.

"Ternyata dia sedang makan sampah, nasi campur belatung. Miris sekali, saya langsung balik lagi ke warung, membungkus nasi sama goreng ayam. Saya kasihkan, wah dia makan lahap sekali. Seketika saya merasakan bahagia campur sedih," kata Dadang.

Momentum itu tak berlanjut, karena Dadang harus bekerja keliling wilayah Jawa Barat. Namun dalam beberapa hari setelahnya, Dadang terus memikirkan kejadian itu. Kepeduliannya terhadap orang gila di jalanan tiba-tiba memuncak.

Hatinya seperti dipanggil untuk mengurus orang gila. Sehingga di akhir pekan, saat dia pulang ke Tasikmalaya, Dadang curhat kepada istrinya. Dadang mengutarakan niatnya untuk merawat orang gila yang terlantar. Karuan istrinya berkerut dahi, keheranan dengan niat suaminya. Namun demikian dia tetap mendukung niat baik Dadang. "Makanya saya selalu katakan, istri saya the best, waktu itu dia mendukung," kata Dadang.

Dadang mengaku tak bisa menggambarkan apa yang ada di pikirannya atau motivasinya saat itu, sampai berniat mengurus ODGJ dari jalanan. Dadang hanya menyebut takdir yang menjadi penyebabnya. "Makanya saya selalu katakan, takdir yang membuat saya seperti ini. Sudah jalan hidup saya, sudah pilihan hidup saya," kata Dadang.

Sejak saat itu, tanpa keahlian dan tanpa pengetahuan yang cukup, dia mulai "berburu" ODGJ yang berkeliaran di jalanan Tasikmalaya. Dadang hanya bermodal niat tulus dan nyali besar untuk menggiring orang gila yang dia temui.

Di tahun 2007 itu dia bisa mengamankan 5 ODGJ, lalu ditampung di rumahnya. "Rumah saya di Kawalu, jadi ada ruangan saya sekat, dikasih pintu, saya tampung di sana," kata Dadang.

Membawa 5 ODGJ untuk tinggal satu atap dengan anak dan istri, tentu bukan perkara mudah.

Tentu saja ada dinamika yang terjadi, ada culture shock di keluarga Dadang. Namanya orang sakit jiwa tentu perilakunya aneh-aneh, kemudian beban kebutuhan pangan 5 ODGJ pun harus dia tanggung sendiri. "Ah saya ikhlas saja, saya luruskan niat karena Allah SWT. Tak ada rasa takut, tak ada jijik, saya urus sendiri mereka, pakai biaya sendiri," kata Dadang.

Rupanya Aksi Dadang Pernah Ditentang oleh Orang Tuanya... KLIK DI SINI

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads