Nestapa dialami warga Kampung Cirangkong, Desa Pasanggrahan, Kecamatan Tegalwaru, Kabupaten Purwakarta. Sejumlah rumah rusak hingga akses jalan desa terputus imbas pergerakan tanah.
Pergerakan tanah sendiri terjadi dimulai pada Jumat (19/4) lalu. Kerusakan meluas hingga membuat rumah-rumah warga rusak dengan kategori ringan hingga berat.
Jalan penghubung antar desa pun terputus akibat amblas. Warga terpaksa harus memutar lebih jauh meski rumahnya terlihat dari titik amblas.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga yang melintas pun perlu berjalan kaki dengan medan yang turun dan menanjak. Sebab, jalan sudah tidak bisa dilintasi kendaraan roda empat bahwa kan roda dua sekalipun.
"Jalan kaki lumayan jauh, ada sekitar 100 meter, perlu turun dulu terus nanjak lagi karena rusak," ujar Hermawan (51) warga setempat, Kamis (02/05/2024).
Aktivitas Hermawan yang kesehariannya sebagai petani pun terganggu. Apalagi dia harus membawa hasil padi.
"Jadi perlu jalan kaki, kalau mau bawa mobil harus muter jauh lagi. Sekarang jalan kaki bawa muatan lumayan capek," katanya.
Sementara, berdasarkan hasil asesmen Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Purwakarta, bencana pergerakan tanah ini terjadi akibat curah hujan dengan intensitas tinggi di kampung tersebut. Akibat bencana pergerakan tanah tersebut, sebanyak 20 unit rumah dilaporkan mengalami kerusakan.
"14 rumah alami kerusakan berat, kemudian enam rumah dalam kategori rusak ringan. Total ada 22 kepala keluarga dengan total 86 jiwa yang terdampak," ucap Kepala Pelaksana BPBD Purwakarta Heryadi Erlan.
Selain itu, akses jalan antar Desa Pasanggrahan dan Desa Sukamulya terputus sehingga tidak bisa dilalui kendaraan baik roda dua dan roda empat.
"Kondisi jalan yang rusak masih tidak bisa dilalui kendaraan roda empat maupun roda dua. Kemudian, lokasi tersebut masih berpotensi terjadi gerakan tanah susulan," katanya.
Adapun penyebab pergerakan tanah yang terjadi di Kampung Cirangkong sambung Erlan disebabkan kampung tersebut berada di zona kerentanan gerakan tanah menengah.
"Lokasi bencana berbatasan dengan lembah sungai, gawir, dan tebing jalan serta memiliki lereng yang mengalami gangguan. Curah hujan yang tinggi dapat memperburuk kondisi wilayah tersebut. Lalu, gerakan tanah yang terjadi adalah tipe rayapan, dimana tanah bergerak secara terus menerus," pungkasnya.
(dir/dir)