Satu keluarga di Cipetir, Sukabumi tewas karena diracun menggunakan arsenik yang dicampur di dalam gula jawa (gula kelapa). Si pelaku sempat berdalih keluarga itu tewas karena terkena serangan teluh atau ilmu hitam.
Kisah kematian seorang pria bernama Nadi, istri dan dua putrinya berusia 13 dan 10 tahun menarik perhatian publik hingga dua media yang terbit di era kolonial Het De Limburger 21 Juli 1931 dan De Locomotief 22 Juni 1931 mengangkat kisahnya.
Dikutip detikJabar dari media berbahasa Belanda itu, satu keluarga dikabarkan tewas di sekitar Cipetir, tragedi merenggut nyawa Nadi, istri dan dua putrinya, perempuan berusia 13 dan 10 tahun. Media itu menulis mereka dibunuh oleh seseorang bernama Djoechri.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Seorang pria berusia 45 tahun, yang telah diperlakukan sebagai teman keluarga oleh keluarga selama separuh hidupnya, yang akhirnya berhasil ia manfaatkan untuk melakukan kejahatannya, diracun," tulis media tersebut.
Persoalan itu bermula saat Nadi meminjami Djoechri uang senilai 4 Gulden. Namun saat pengembalian ia hanya menerima uang dengan nilai tiga gulden dan lima sen. Suatu ketika, Nadi mengingatkan uang tersebut secara baik-baik kepada Djoechri, namun nampaknya Djoechri tersinggung dan malu karena ditagih uang oleh Nadi.
"Ketika Djoechri, setelah diingatkan dengan tenang, ingin menghilangkannya dengan bayaran setengah gulden, padahal menurut pertemuan temannya dia sangat membutuhkan uang dan mempunyai cukup uang tunai, Nadi mencelanya karena hal itu," kutip detikJabar masih dari media tersebut.
Diam-diam, Djoechi berniat membalas dendam dengan cara yang mengerikan. Namun kal itu dia tidak menunjukkan dendamnya dan tetap menjalin hubungan baik dengan Nadi. Sampai kemudian, tiba-tiba Djoechri datang membawa sebungkus gula jawa.
Dalam media itu, tidak ditulis siapa yang lebih dahulu tewas. Namun kematian satu keluarga itu menarik perhatian pihak kepolisian.
"Beberapa hari kemudian, perhatian pemerintah dan polisi lapangan tertuju pada empat kematian, berturut-turut dan dalam fenomena aneh, di rumah Nadi. Saat ia melakukan penyelidikan, para kepala administrasi dalam negeri dan komandan detasemen polisi lapangan di Soekaboemi mengambil keputusan besar untuk mengklarifikasi masalah tersebut," tulis koran Het De Limburger.
Kepolisian menemukan jejak yang mengarah pada Djoechri, namun mereka berpura-pura percaya bahwa penyebab kematian mungkin disebabkan oleh kekuatan teluh. Kala itu memang tersebar kabar adanya kematian disebabkan karena ilmu hitam tersebut. terlebih Djoechri membumbui kisahnya dengan sesuatu yang dia sebut sebagai jimat untuk melindungi diri dari teluh tersebut.
"Untuk melindungi dirinya dari teloeh, Bapa telah mengubur telur dan seekor ular derik di belakang rumahnya, sebuah jimat, seperti yang kemudian diyakinkan oleh polisi itu dengan wajah serius setelah ditemukan," tulis media tersebut.
Namun polisi tidak semudah itu percaya, seiring dengan berjalannya investigasi dan penyelidikan. Sampai akhirnya Djoechri ditangkap.
"Pembunuhnya membuat pengakuan penuh di Soekaboemi, di hadapan polisi lapangan, setelah melalui interogasi yang ketat. Gula Jawa yang ditawarkan dicampur dengan arsenik. Ia mengaku tak hanya marah karena diingatkan, tapi juga marah karena Nadi, teman lamanya, lalai mengajaknya mengikuti slamatan," tulis media tersebut.
Alasan-alasan ini tampaknya cukup baginya untuk membalas dendam pada seluruh keluarga, hal ini menjadi sebuah tragedi pembunuhan yang kejam karena dendam Djoechri kepada Nadi membuat istri dan dua putrinya yang tidak berdosa ikut tewas.
(sya/orb)