Cerita Lokomotif Legendaris di Stasiun Kejaksan Cirebon

Lorong Waktu

Cerita Lokomotif Legendaris di Stasiun Kejaksan Cirebon

Fahmi Labibinajib - detikJabar
Minggu, 31 Mar 2024 07:30 WIB
Stasiun Cirebon tempo dulu
Lokomotif legendaris yang kini jadi pajangan di Stasiun Kejaksan Cirebon (Foto: Istimewa)
Cirebon -

Tidak jauh dari Balai Kota Cirebon, terdapat stasiun kereta api yang sudah beroperasi sejak zaman Hindia Belanda. Yakni, stasiun Kejaksan atau stasiun Cirebon. Sebelum masuk stasiun, di bagian depan tampak lokomotif kereta uap yang bertuliskan B1304 yang didatangkan langsung dari Pabrik Hanomag Jerman.

"Tinggal satu-satunya di Indonesia, milik perusahaan Staatsspoorwegen, didatangkan langsung dari Jerman tahun 1887," tutur Putra Lingga Lingga Pamungkas, pegiat sejarah dari Komunitas Cirebon History, Sabtu, (23/4/2024).

Dijelaskan Lingga, ada sekitar 11 unit lokomotif yang didatangkan. Kala itu, Hindia Belanda sedang membangun rute stasiun Cilacap hingga Jogjakarta. Dari ke 11 unit yang didatangkan, Cirebon mendapatkan satu lokomotif berjenis B1304.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, dari 11 unit lokomotif, hanya lokomotif di Cirebon yang masih tersisa dan dapat dilihat hingga hari ini. Meski berusia lebih dari seratus tahun, lokomotif dengan warna hitam pekat dengan dua bendera di bagian depan masih tampak kokoh berdiri. Saat masih beroperasi lokomotif tersebut digunakan untuk mengangkut barang dan penumpang.

Lokomotif kereta uap yang bertuliskan B1304 yang didatangkan langsung dari Pabrik Hanomag Jerman.Lokomotif kereta uap yang bertuliskan B1304 yang didatangkan langsung dari Pabrik Hanomag Jerman. Foto: Fahmi Labibinajib

Untuk spesifikasinya, lokomotif memiliki tinggi 3700 mm, panjang 8023 mm, berat 27 ton. Dengan kecepatan tempuh 60 km per jam. Lokomotif ini menggunakan bahan bakar yang berasal dari uap kayu. Pembuatannya membutuhkan waktu 7 tahun, dimulai 1879 sampai 1886.

ADVERTISEMENT

Karena usia yang sudah tua. Menurut Lingga, PT KAI, setiap satu bulan sekali membersihkan lokomotif agar tidak berkarat atau rusak. Dibandingkan dengan stasiun Kejaksaan. Usia lokomotif lebih tua, yakni sejak tahun 1887. Sedangkan stasiun Kejaksaan baru diresmikan 3 Juni 1912. Pembangunan stasiun tidak lepas dari kepentingan Hindia-Belanda untuk mendistribusikan sumber daya alam yang ada di Cirebon dan sekitarnya.

Stasiun Kejaksaan diarsiteki oleh seorang berkebangsaan Belanda bernama Pieter Adri-aan Jacobus Moojen dengan gaya arsitektur Art Deco. Pembangunan stasiun bertepatan juga dengan dibukanya jalur kereta Cikampek-Cirebon sejauh 137 Km.

Menurut Lingga, sebelum mendirikan Stasiun Kejaksaan, perusahaan Staatsspoorwegen (SS) sebagai perusahaan kereta api terbesar, mendirikan beberapa stasiun terlebih dahulu di Malang dan Surabaya pada tahun 1875.

Seperti bangunan dengan gaya art deco pada umumnya. Stasiun Kejaksan memiliki struktur bangunan yang simetris dan kokoh. Terdiri dari dua menara dengan bentuk segitiga yang mengapit bagian bangunan utama yang paling tinggi. "Ciri khas bangunan Belanda itu temboknya tebal-tebal dengan bahan yang dibuat sedemikian rupa. Sampai 100 tahun lebih pun masih bertahan," kata Lingga.

Stasiun Cirebon tempo duluStasiun Cirebon tempo dulu Foto: Istimewa

Terdapat pula kaca yang dilengkapi dengan lubang ventilasi yang membuat ruangan menjadi terasa sejuk. Selain agar terlihat indah dan sejuk, kaca juga berfungsi sebagai penerang alami. Jika malam tiba, penerang menggunakan lampu gantung antik yang ada di atap stasiun.

Sebelum bertuliskan kata Cirebon, di bagian sebelah kiri menara terdapat tulisan Kaartjes/karcis dan di sebelah kanan bagage/bagasi. "Di sisi kiri diperuntukan untuk para penumpang yang ingin menaiki kereta. Sedangkan di bagian sisi kanan bagian stasiun digunakan untuk angkut barang," tutur Lingga.

Ada beberapa sumber daya alam yang diangkut di stasiun Kejaksan seperti gula, rempah-rempah dan kopi. Barang-barang tersebut pemerintah Hindia Belanda peroleh dari penduduk pribumi dengan sistem tanam paksa atau cultuurstelsel. Sistem tanam paksa diciptakan oleh gubernur Hindia Belanda Van Den Bosch sejak tahun 1830.

"Tanam paksa, dimana warga pribumi mengharuskan untuk menanam satu tanaman. Contoh kalau di Cirebon daerah pesisir itu tebu. Maka dari itu dibuat stasiun untuk kepentingan hilir mudik barang," tutur Lingga.

Stasiun Kejaksan saat iniStasiun Kejaksan saat ini Foto: Fahmi Labibinajib/detikJabar

Barang hasil tanam paksa tersebut dibawa dari stasiun Cirebon menuju pelabuhan untuk diekspor ke Belanda dan negara-negara Eropa. Dilansir dari jurnal Kereta Api SCS: Angkutan Gula di Cirebon karya Iwan Hermawan, nilai ekspor di Cirebon pada 1914 yang mencapai 12.698.400 gulden dengan 70,56% adalah produk gula.

Stasiun Cirebon tempo duluStasiun Cirebon tempo dulu Foto: Istimewa

Menurut Lingga, ada sekitar 22 pabrik gula yang ada di Karesidenan Cirebon. Pabrik gula tersebar dari mulai ujung Majalengka sampai Losari. Dan semuanya diangkut menggunakan kereta lalu di ekspor ke Belanda lewat Pelabuhan Cirebon. Untuk jenis tebu yang diekspor itu tebuireng yang memiliki panjang sekitar 4 meter.

"Bahwasanya dulu itu ada jalur sampai Majalengka. Karena di Majalengka terdapat beberapa pabrik gula, untuk mengangkut hasil bumi atau hasil tebu yang ada di Majalengka ke Cirebon, kemudian dikirim melalui Pelabuhan Cirebon untuk di ekspor," tutur Lingga.

Lingga juga menuturkan, pada saat perundingan Linggarjati tahun 1946, presiden Soekarno datang menggunakan kereta dan berhenti stasiun Kejaksan. Lalu Soekarno melanjutkan perjalanan menggunakan mobil untuk sampai ke gedung Linggarjati yang ada di Kuningan.

Di bagian dalam stasiun terdapat sebuah lingkaran dengan besi di bagian atas. Alat tersebut dinamakan turntable atau meja putar yang digunakan untuk memutar lokomotif. Alat tersebut sudah ada sejak tahun 1913. Diproduksi oleh perusahaan Plettery, Delft-Holland. Hingga hari ini, turntable tersebut masih digunakan untuk lokomotif yang memiliki satu kabin."Kalau keretakan tidak bisa parkir. Jadi pakai alat putar namanya turntable," tutur Lingga.

Aktivitas Stasiun Cirebon Zaman Hindia Belanda

Ada beberapa foto lawas koleksi perpustakaan Leiden yang memperlihatkan aktivitas di stasiun Cirebon, seperti foto yang berjudul De 1B-tenderlocomotief nr 208 van de Staatspoor- en Tramwegen van Nederlands-Indië op een draaischijf bij het spoorwegstation te Cheribon, terlihat lokomotif kereta sedang berada diatas turntable, di bagian bawah rel terdapat genangan air yang memenuhi lingkaran turntable, beberapa pegawai tampak sedang sibuk mempersiapkan lokomotif untuk diputar.

Meja putar kereta di Stasiun Cirebon tempo duluMeja putar kereta di Stasiun Cirebon tempo dulu Foto: istimewa

Di foto lain juga memperlihatkan aktivitas pengangkutan batu di stasiun Cirebon, seperti dalam foto berjudul Transport van stenen bij het spoorwegstation te Cheribon atau pengangkutan batu di stasiun kereta api Cirebon, tampak beberapa penduduk pribumi dengan kondisi tubuh yang ringkih dan kelelahan. Di sampingnya ada kereta barang yang mengangkut bebatuan.

Di sekitar rel kereta terdapat bangunan yang terbuat dari kayu. Dalam foto lain, memperlihatkan barang-barang yang sudah siap diangkut disusun lima baris. Letaknya tidak jauh dari rel kereta, dengan dikemas menggunakan susunan kayu di setiap sisinya.

Terletak Jalan Raya Siliwangi, Kebon Baru, Kecamatan Kejaksan, Kota Cirebon. Pada saat berdirinya di sekitar stasiun Kejaksaan, tidak dipenuhi oleh bangunan seperti sekarang, hanya ada hamparan tanah kosong dan pepohonan, seperti yang tergambarkan dalam foto yang dipotret tak lama setelah stasiun diresmikan. "Het door P.A.J. Moojen ontworpen spoorwegstation te Cheribon kort na de opening," tulis keterangan foto tersebut.

(yum/yum)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads