Jengah Warga Tanjungsari Puluhan Tahun Hadapi Banjir Langganan

Jengah Warga Tanjungsari Puluhan Tahun Hadapi Banjir Langganan

Faizal Amiruddin - detikJabar
Jumat, 26 Apr 2024 11:00 WIB
Kondisi banjir di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya.
Kondisi banjir di Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya. (Foto: Faizal Amiruddin/detikjabar)
Tasikmalaya -

Bencana banjir melanda Desa Tanjungsari, Kecamatan Sukaresik, Kabupaten Tasikmalaya, sejak Kamis malam hingga Jumat (26/4/2024) pagi.

Masyarakat dan pemerintahan desa setempat berharap pemerintah pusat mau membantu kesulitan yang mereka hadapi. Pasalnya banjir di Desa Tanjungsari ini terus berulang sejak puluhan tahun lalu. Setiap diguyur hujan deras durasi lebih dari 3 jam, maka sekitar 1.500 kepala keluarga (KK) di desa ini menderita akibat banjir.

"Kami sudah jengah, sudah capek. Pemerintah, BBWS Citanduy, seakan tidak peduli. Apa mau ditenggelamkan saja desa kami ini atau bagaimana?" kata Kepala Desa Tanjungsari Amas.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Amas memaparkan dalam sepekan terakhir sudah tiga kali banjir. Namun banjir pada Jumat ini jadi yang terparah. Ketinggian air mencapai 1 meter dan 1,5 meter di titik terdalam.

Dia menjelaskan penyebab banjir berasal dari luapan Sungai Citanduy dan Sungai Cikidang. Posisi perkampungan ini relatif sejajar dengan permukaan sungai, sehingga mudah banjir.

ADVERTISEMENT

Amas mengaku sudah berkali-kali membahas masalah ini dengan Pemkab Tasikmalaya, Pemprov Jawa Barat dan Pemerintah Pusat melalui BBWS Citanduy. "Di awal tahun 2000-an sempat dibuatkan tembok atau benteng, tapi ternyata tidak menjadi solusi. Malah membuat banjir lebih lama," kata Amas.

Selanjutnya dibahas kembali sehingga muncul opsi membuat sodetan sungai dan melakukan normalisasi arus sungai. Namun dua opsi itu tak kunjung dilakukan. Amas menduga opsi itu tak dilakukan karena anggaran yang dianggap terlampau besar.

"Sempat dibahas di provinsi, katanya butuh Rp 110 miliar. Ya, kalau sayang sama rakyat Tanjungsari pemerintah pusat harusnya bisa melakukan itu. Ini menyangkut ribuan orang, tinggal pemerintah mau apa tidak menolong kami?," kata Amas.

Dia memaparkan total warga desanya sebanyak 1.650 KK, warga yang langganan banjir mencapai 1.500 KK. Dia mengaku sudah berkali-kali menagih rencana itu untuk direalisasikan, tapi tak pernah ada respons. "Membuat Bendungan Leuwikeris bisa, menolong rakyat yang kebanjiran kok nggak bisa," kata Amas.

Adi Hidayat (65), salah seorang warga membenarkan banjir di kampungnya sudah terjadi sejak puluhan tahun lalu. Letak geografis kampung yang sejajar dengan sungai menjadi penyebabnya.

"Iya dari dulu, tapi kalau dulu itu banjir cepat datang tapi cepat surut. Kalau sekarang sulit surutnya, sejak ada benteng," kata Adi.

Dia mengaku sudah terbiasa dengan kondisi tersebut. Bahkan dia mengaku sudah hapal betul mitigasi bencana ini. "Sudah biasa, kalau ada hujan langsung persiapan. Mengamankan keluarga mengamankan barang berharga," ucap Adi.

Usai memastikan keluarganya aman, Adi langsung mengambil jala untuk menangkap ikan di genangan banjir. Hal itu juga dilakukan oleh warga lainnya, sehingga jalanan kampung dipenuhi oleh warga yang menjala ikan.

Selain itu, anak-anak kampung tampak tak terlalu ketakutan dengan banjir ini. Mereka malah terlihat asyik berenang dan bermain air. "Sekolahnya libur dulu, bantu ibu dulu beres-beres rumah kebanjiran," kata seorang bocah usia SD.

Sementara itu, tim gabungan BPBD, TNI dan Polri pun melakukan patroli perahu menembus banjir. Mereka membantu warga Lansia atau yang sakit keluar dari lokasi banjir.

Salah seorang warga yang dievakuasi adalah Ustaz Encas warga Kampung Bojongsoban, dia yang sedang sakit berhasil dievakuasi oleh tim gabungan. "Pak Ustaz ada sakit di bagian pahanya, dia terjebak banjir di rumahnya. Tadi kami evakuasi ke Puskesmas," jelas salah seorang petugas.




(orb/orb)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads