Di tengah gemuruh jalanan Cikaledong Nagreg, Kabupaten Bandung, terdapat kisah tersembunyi dari para pedagang asongan yang berjuang di bawah bayangan kemacetan. Mereka dengan semangat berjualan dari satu mobil ke mobil lainnya.
Tak jarang mereka pun menumpang ke angkutan umum demi sampai ke tempat jualan yang diinginkan. Barang yang dijual adalah camilan seperti tahu Sumedang, cimol, kacang goreng, telur puyuh, hingga buah-buahan. Harga satu jenis makanan tersebut rata-rata Rp 5 ribu.
Pedagang Asongan asal Limbangan, Garut, Ade Kusnadi (40) mengatakan dalam kesehariannya kerap berjualan di Rumah Makan Pananjung, Limbangan. Kemudian pada musim Lebaran dia menyusur jalan hingga Nagreg.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Iya udah 15 tahun jualan. Kalau macet panjang, bisa sampai sini (Nagreg) jualannya," ujar Ade, kepada detikJabar, Sabtu (6/4/2024).
Ade mengatakan barang dagangannya mengambil dari orang lain kemudian dijual kembali dengan keuntungan yang bervariatif. "Kalau musim lebaran kaya gini bisa dapet keuntungan sampai Rp 1 juta. Kalau hari-hari biasa mah paling Rp 100 ribu atau Rp 200 ribu," katanya.
Ade kerap menjual dagangannya hingga malam hari. Namun, jika dagangannya habis lebih cepat, dia bisa langsung pulang. "Jualan biasanya sampe malem kalau gak habis mah. Jualannya ya kalau lagi macet aja ke sini. Kalau udah landai lagi mah saya balik lagi ke Limbangan," jelasnya.
Ade mengungkapkan kerap berjualan hingga arus balik Lebaran. Bahkan pada hari H Lebaran pun masih berjualan. "Pas hari H Lebaran suka jualan. Jadi habis minal aidzin sama keluarga, sekitar jam 10-an langsung ke jalan lagi jualan. Lumayan soalnya suka ada pemudik lokal yang macet juga," ucapnya.
Dari hasil berjualan tersebut dirinya telah menyekolahkan anak pertamanya hingga ke jenjang kelas tiga SMP. Kemudian anak keduanya masih berusia dua tahun.
"Alhamdulillah udah punya anak dua. Yang paling besar kelas 3 SMP. Jadi lumayan lah walau kecil, tapi terus aja dijalanin," pungkasnya.
(iqk/iqk)