Puluhan orang keracunan makanan di Desa Mangungharja, Kecamatan Ciparay, Kabupaten Bandung. Hal tersebut diketahui setelah ada beberapa orang yang mengeluhkan sakit perut di Puskesmas Ciparay DTP (Dengan Tempat Perawatan).
Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Kabupaten Bandung Yuli Irnawati membenarkan adanya peristiwa tersebut. Menurutnya peristiwa tersebut terjadi setelah selepas berbuka puasa.
"Iya benar kejadiannya kemarin (Sabtu 23 Maret 2024) setelah buka puasa," ujar Yuli saat dikonfirmasi detikJabar, Minggu (24/3/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Yuli menyebutkan di puskesmas tersebut mengalami peningkatan jumlah pasien. Para pasien mengeluhkan sakit yang sama di bagian perut.
"Adanya peningkatan jumlah pasien yang mencret-mencret, muntah. Diduga setelah buka puasa," katanya.
Yuli mengungkapkan saat ini puskesmas tengah melakukan pendataan terhadap beberapa pasien. Menurutnya hal tersebut dilakukan guna memisahkan pasien yang tidak disebabkan karena keracunan. Sampel muntahan juga diperiksa di laboratorium.
"Gejala ringan, jadi ada yang berobat, pulang, gitu aja. Sekarang lagi didata dulu dipisahin yang kira-kira bukan sakit biasa karena makanan takjil atau apa," jelasnya.
"Tadi pagi juga ada lagi yang dateng dengan gejala sama mencret. Ini takutnya masih nyambung yang kemarin atau bukan, kita lagi observasi dulu," tambahnya.
Kepala Puskesmas Ciparay DTP, Dadan Permana mengungkapkan beberapa orang dari dua RW mengalami keracunan. Dua RW tersebut diantaranya RW 16 dan RW 20 di Desa Mangungharja.
"Total sekitar 20, sampai subuh itu 23 kasus yang terdata di puskesmas. Sekarang belum didata lagi, hanya ada tambahan satu dua orang. Belum terdata," ujar Dadan, kepada detikJabar, Minggu (24/3/2024).
Dadan menjelaskan pasien pertama yang datang ke puskesmas sebanyak satu keluarga, Sabtu (23/3/2024) sore. Kemudian setelah itu mulai terdapat beberapa keluarga yang mengalami keluhan pada bagian perut.
"Mereka keluhannya panas, mencret, mual, sakit kepala," kata Dadan.
Menurutnya para pasien tersebut datang per satu keluarga. Kemudian pasien langsung dirawat di puskesmas.
"Mereka datang per keluarga karena curiga minumnya sekeluarga, makan. Per keluarga. Misal tadi sore jam 3 ada beberapa orang tiga orang, empat orang. Rata rata se keluarga," jelasnya.
Dadan mengungkapkan para pasien tersebut mengaku telah memakan takjil es kelapa. Hal tersebut diketahui dari penuturan para pasien.
"Dugaan sementara (es kelapa). Dari hasil kita belum kaji ke lapangan, tapi dari hasil informasi saja dari pasien atau masyarakat," bebernya.
Dia menduga para pasien tersebut memakan takjil tersebut pada Jumat 22 Maret 2024. Kemudian langsung mengeluhkan sakit perut pada esok harinya.
"Kita belum detail memastikan dari keluhan pasien yang mengkonsumsi. Tapi diduga itu takjil hari Jumat. Terus pasien pertama dateng kemarin Sabtu," ucap Dadan.
Dadan mengaku dari 23 pasien tersebut masih dilakukan observasi. Kemudian ada beberapa yang dirujuk ke rumah sakit. Namun dirinya belum bisa memastikan beberapa orang yang dirujuk.
"Ada beberapa diobservasi ada yang dirujuk ke rumah sakit untuk dirawat. Nah observasi lebih 6 jam baru dirawat," tuturnya.
Dia mengimbau masyarakat untuk memperhatikan makanan atau minuman yang akan dikonsumsi. Apalagi saat ini dalam kondisi bulan ramadhan.
"Pertama harus betul betul diperoleh dengan cara benar dan memiliki kepastian bahwa makanan itu sehat bergizi, aman. Aman salah satunya dari zat berbahaya atau keracunan," kata Dadan.
Baca juga: Pagilinggisik jeung Maung? |
Dia menambahkan saat ini kerap melakukan penyuluhan ke masyarakat. Sehingga masyarakat harus menjaga jajanan yang ada di luar.
"Penyuluhan kita lakukan semua sekolah, qadarullah ada makanan sekarang masyarakat harus waspada jajanan di luar," pungkasnya.
(orb/orb)