Pondok Pesantren Miftahul Huda Al-Burhani yang berlokasi di Tegaljati, Desa Cibogohilir, Kecamatan Plered, Kabupaten Purwakarta, punya strategi agar para santri punya bekal setelah keluar mondok. Mereka diajarkan tentang kerajinan bisnis interior.
Para santri diajarkan pengenalan aplikasi desain, mengaplikasikan hasil desain menjadi bentuk, hingga memproduksi interior modern berbahan kayu hingga berjualan. Hal tersebut dilakukan disela-sela kegiatan menuntut ilmu agama.
Pengurus pesantren Muhammad Hilman Aziz Nafis mengatakan program pembelajaran interior ini dimulai sejak 2020 lalu. Program ini untuk mematahkan pandangan orang jika santri hanya mampu belajar ilmu keagamaan saja dan mewujudkan santripreneur yang bisa berkarya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Alhamdulillah santri di sini bukan hanya sekedar agama tapi di sini duniawinya terus di didik supaya jadi santripreneur. Artinya bahwa kita hidup di dunia itu penting berbisnis karena apa, santri sering di pandang sebelah mata," ujar Hilman, ditemui di rumah produksinya di areal pondok pesantren, Minggu (17/03/2024).
Hilman menjelaskan, sejak awal para santri belajar secara otodidak tanpa diajarkan ahli yang profesional. Berkat ketekunan mereka mampu bersaing dengan profesional. Mereka diperkenalkan dengan keahlian keterampilan tangan, seperti mengukur, memotong, mengelem, menghaluskan, menyusun hingga memasang langsung.
"Kami dari mulai tahun 2020 bergerak di bidang interior terkhusus di furniturnya memakai bahan kayu dilapisi hpl, kami hakikatnya sedang mengaplikasikan ajaran Rasulullah, yaitu perbuatan lelaki dengan tangannya sendiri. Artinya kami menggambarkan dengan keterampilan tangan yang harus mempunyai keseriusan dan ketekunan atau bisa di bilang handy craft," katanya.
![]() |
Masih kata Hilman, keahlian ini dapat bermanfaat untuk kehidupan para santri di kemudian hari dan menjadikan santri mandiri dalam ekonomi. Beragam macam produk interior sudah berhasil diproduksi para santri, bahkan saat ini mereka banyak mendapat pesanan baik dari pondok pesantren, perkantoran, sekolah hingga rumahan. Produknya seperti kitchen set, living room, hiasan dinding, dan banyak lagi.
"Setelah omzet karena disebutkan oleh menteri agama, bahwa pesantren harus mandiri, sehingga pendapatan kami Alhamdulillah salah satunya dipakai untuk kemanfaatan pesantren, kemaslahatan para guru ngaji, ada yang kembali lagi pada anak-anak, sehingga anak-anak yang tidak mampu bisa digaji oleh pesantren," bebernya.
Pihaknya kini memanfaatkan sosial media untuk pemasaran. Pemesan pun datang dari luar kota, para santri memproduksi sesuai pesanan dengan sistem pre-order.
Sementara Muhammad Ardan Murdiansyah, santri asal Kecamatan Cibatu, Purwakarta yang sudah melaksanakan pesantren selama enam tahun mengaku beruntung bisa mempelajari dunia interior karena menjadi bekal kehidupan ketika keluar dari pesantren.
"Sekarang duduk di bangku kelas 2 SMA. Di sini saya belajar ilmu agama dan ilmu dunia juga ada, salah satunya seperti ini interior, kita diajarkan macam-macam bidang interior, contohnya hiasan dinding, wadah kitab, rak sepatu,lemari. manfaat pasti ada, di masyarakat kita tidak hanya mengamalkan ilmu agama saja tapi bisa mengamalkan bisnis seperti interior ini," ungkap Ardan.
(iqk/iqk)