Sejarah Berdirinya Ponpes Pagelaran III Subang di Lingkungan Komunis

Sejarah Berdirinya Ponpes Pagelaran III Subang di Lingkungan Komunis

Dwiky Maulana Vellayati - detikJabar
Senin, 18 Mar 2024 18:00 WIB
Ponpes Pagelaran III Subang
Ponpes Pagelaran III Subang (Foto: Dwiky Maulana Vellayati/detikJabar)
Subang -

Pondok Pesantren Pagelaran III yang terletak di Desa Gardusayang, Kecamatan Cisalak, Kabupaten Subang, Jawa Barat, menjadi Ponpes tertua di kota nanas. Berdirinya Ponpes ini tentunya menyimpan sejarah-sejarah yang belum diketahui banyak masyarakat.

Ponpes Pagelaran III sendiri sudah ada sejak tahun 1962 yang didirikan oleh salah satu tokoh agama atau ulama di Jawa Barat yaitu Kiayi Haji Muhyiddin. Ponpes Pagelaran III ini pun sekarang sudah berkembang pesat dan terkenal di masyarakat khususnya di Subang.

Menurut pengasuh Ponpes Pagelaran III Kiayi Haji Arie Gifary, Ponpes yang didirikan oleh Kiayi Haji Muhyiddin tersebut terdiri menjadi III dengan di antaranya Ponpes Pagelaran I yang terletak di Cimeuhmal, Tanjungsiang, Subang, Ponpes Pagelaran II berada di Kabupaten Sumedang, serta Ponpes Pagelaran III di Cisalak, Subang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Jadi sebelum didirikan Pagelaran III sudah didirikan Pagelaran I dan II. Pagelaran I didirikan padah tahun 1918 sudah satu abad lebih, Pagelaran II 1950 dan yang terkahir di Pagelaran III ini. Kiai Haji Muhyiddin ini terkenal sebagai ulama yang kharismatik di Jawa Barat dan seorang pejuang kemerdekaan," ujar Arie kepada detikJabar belum lama ini.

Arie mengatakan, bukan hanya menjadi ulama di Jawa Barat, sosok dari pendiri Ponpes Pagelaran Kiayi Haji Muhyiddin ini juga merupakan salah satu pejuang tanah air yang ikut andil dalam mempertahankan kemerdekaan Republik Indonesia.

ADVERTISEMENT

"Beliau dulu bergabung dengan Hizbullah dalam rangka mempertahankan kemerdekaan Indonesia dan telah diajukan menjadi salah satu pahlawan nasional di Provinsi Jawa Barat karena telah berjuang bersama dengan santri-santrinya pada saat pertempuran di Bandung," katanya.

Arie menceritakan, berdirinya Ponpes Pagelaran III ini berawal dari Kiayi Haji Muhyiddin yang diminta oleh masyarakat Cisalak Subang untuk mendirikan sebuah Ponpes untuk memperbaiki akhlak masyarakat sekitar. Sebab, bukan tanpa alasan, dari sejarah yang ada di lokasi tersebut merupakan salah satu basis dari komunis.

Oleh karena itu, Kiayi Haji Muhyiddin yang saat itu masih tinggal di Ponpes Pagelaran II Sumedang hingga akhirnya menyetujui untuk pindah ke Cisalak, Subang dan mendirikan Ponpes Pagelaran III.

"Karena memang di daerah sini dulunya basis komunis sehingga dibutuhkan seorang tokoh atau ulama untuk memperbaiki akhlak masyarakat yang berada di Cisalak ini. Pada tahun 1962 Kiayi Haji Muhyiddin berkenan untuk pindah ke sini dan menamai Pondok Pesantren Pagelaran III, dan allhamdulilah sampai dengan hari ini sudah lebih dari 52 tahun Pondok Pesantren ini masih eksis berdiri," ucapnya.

Setelah Ponpes Pagelaran III berdiri, lanjut Arie, seiring berjalannya waktu Ponpes Pagelaran III ini pun menjadi salah satu Ponpes yang terbilang berkembang dengan sangat cepat. Hingga saat ini, Ponpes Pagelaran III masih mengusung Ponpes tradisional dengan basis kitab kuning sistem sorogan atau pembelajaran kitab secara individual.

"Jadi Pondok Pesantren Pagelaran III yang didirikan oleh Kiayi Haji Muhyiddin ini merupakan Pondok Pesantren tradisional. Pesantren tradisional ini mengedepankan dengan konsep pendidikan berbasis kitab kuning dengan sistem sorogan dan bandongan lah kalau bahasa dulu. Jadi itulah yang diajarkan," kata dia.

"Selain itu juga mengembangkan kegiatan majlis taklim dan pendidikan ke masyarakat. Seiring perjalanannya dan Kiayi Haji Muhyiddin wafat pada tahun 1973 dan dilanjutkan oleh salah satu putranya Kiayi Haji Abdul Qoyum itu kebetulan ayah saya almarhum. Pada jaman Kiyai Haji Abdul Qoyum perkembangan pesantren begitu pesat dan mulai didirikan pendidikan-pendidikan normal," ungkapnya.

Arie menuturkan, perkembangan dari dunia pendidikan pun terus berjalan. Kini, Ponpes Pagelaran yang telah memiliki ratusan santriwan maupun santriwati tersebut telah mendirikan sekolah formal dengan tingkat SMP, SMA hingga SMK dengan sistem mondok atau boarding.

"Jadi sistem yang didirikan dan yang dilaksanakan di sini adalah sistem pesantren salafiyah yang mengedepankan pendalaman kitab-kibat tradisional atau kitab-kitab kuning hasil karangan-karangan para ulama Indonesia atau di Dunia," tuturnya.

"Yang ke dua kita juga sudah mendirikan sekolah formal itu setingkat SMP, SMA, dan SMK tapi semuanya sistemnya boarding atau wajib mondok. Sehingga menjadi sebuah perpaduan antara sistem pendidikan umum dan pendidikan tradisional dan sekolahnya tentu berbasis pesantren atau SDP disebutnya," sambungnya.

Dengan memadukan antara pendidikan umum dan tentunya pendidikan akhlak dari para santri, segi pendidikan di Ponpes Pagelaran III pun menjadi komprehensif karena dilaksanakan di lokasi yang berbeda akan tetapi dengan tujuan yang sama.

"Model perpaduan ini tentunya menjadi pendidikan yang komprehensif di mana pendidikan umumnya dilaksanakan di sekolah dan pendidikan akhlak pesantrennya dilaksanakan di pesantren. Sehingga membuat perpaduan dengan kurikulum yang sudah kita kemas sehingga bisa menghasilkan lulusan-lulusan terbaiknya yang allhamdulilah saat ini sudah menyebar di Indonesia," pungkas Arie.




(dir/dir)


Hide Ads