Pemilihan Wali Kota (Pilwalkot) Bandung 2024 memang masih hitungan bulan. Meski tahapannya belum dimulai, sejumlah nama diyakini bakal ikut memanaskan peta persaingan untuk bisa ditunjuk maju dalam persaingan menjadi orang nomor satu di Kota Kembang.
Beberapa nama yang mencuat, bahkan sudah memberikan sinyal akan ikut meramaikan Pilwalkot Bandung 2024. Sebut saja nama Atalia Praratya, politikus Golkar yang sekaligus istri Ridwan Kamil itu disebut punya peluang untuk melanjutkan karier suaminya di Kota Kembang.
Apalagi, Golkar memang memberikan mandat kepada Atalia untuk maju di Pilwalkot Bandung. Dosen Fakultas Komunikasi (Fikom) Universitas Islam Bandung (Unisba), Muhammad E Fuady pun menilai Atalia menjadi kandidat potensial karena punya popularitas yang tak perlu lagi dipertanyakan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain Atalia yang kerap akrab disebut Bu Cinta, kandidat potensial lainnya yang bisa memanaskan bursa Pilwalkot Bandung adalah M Farhan. Mantan pembawa acara dan penyiar radio itu memiliki rekam jejak politik menjabat anggota DPR RI pada tahun 2019. Sempat terlihat beberapa baliho menampilkan foto dirinya sebagai Cawalkot Bandung, diusung oleh Partai Nasdem.
"Kalau menurut saya untuk calon Wali Kota Bandung, tampaknya sama dengan beberapa tempat lainnya yang nama-nama populer itu lebih banyak muncul. Mungkin ada Ibu Atalia, kemudian kita juga pernah mendengar Farhan, itu kan sudah punya pengalaman di media massa belasan hingga puluhan tahun," kata Fuad saat dihubungi detikJabar, Rabu (13/3/2024).
Selain Atalia dan Farhan, ada 4 nama potensial yang bisa diusung partai bernaungnya di Pilwalkot mendatang. Sebut saja PKS, yang dalam hajat Pilkada bisa memberikan kejutan mengingat partai ini sekarang masih menjadi partai pemenang Pileg 2024 di Kota Bandung.
Kata Fuad, PKS selalu percaya diri mengusung nama-nama yang tidak populer, sebab memiliki 'mesin politik' yang sangat ampuh. Dalam Pilwalkot Bandung tahun ini, Ketua DPRD Kota Bandung Tedy Rusmawan diperkirakan diusung oleh PKS.
"Sepengetahuan saya ada nama-nama lain ya, melihat dari pengalaman di Bandung itu biasanya partai-partai politik akan memunculkan nama yang bukan populer seperti publik figur atau selebritis. Di PKS ada Pak Tedy yang sekarang menjabat sebagai ketua DPRD," ucapnya.
"PKS tuh sejak dulu memang bisa memunculkan calon sendiri dan bisa mengimbangi calon-calon lainnya. Saya masih ingat dulu (Pilwalkot Bandung 2008) ada Taufikurahman, alumni ITB dengan Pak Abu Syauqi melawan petahana, Dada Rosada. Kemudian di level Jawa Barat, PKS memunculkan calon sendiri juga ya, Mayjen Sudrajat (berpasangan dengan Presiden PKS/Wakil Walkot Bekasi, Ahmad Syaikhu) melawan Pak RK," lanjut Fuad.
Nama lain yang menjadi jagoan partai, namun bisa dibilang bukan karena tingkat popularitasnya ialah Ketua DPC Partai Kebangkitan Bangsa (PKB) Bandung, Erwin. Mantan Anggota DPRD Kota Bandung itu, menurut Fuad, diusung PKB seiring dengan isu perubahan yang digaungkan.
"Intinya memang bukan hanya calon-calon yang lebih dahulu populer, tapi juga calon jagoan-jagoan dari partainya masing masing itu akan bermunculan. Seperti PKB, di level kota Bandung pun isu perubahan juga digaungkan. Kan kita punya persoalan kemacetan, sampah, lapangan kerja, terutama kemacetan ya. Nah ini yang mungkin bisa disesuaikan frekuensi perubahan antara isu di level nasional ke tingkat daerah," tutur Fuad.
Selain nama-nama tersebut, hadir satu kandidat yang cukup segar dengan usia yang masih terbilang muda. Ialah Andri Gunawan, Ketua Karang Taruna Kota Bandung. Fuad menilai, Andri punya potensi untuk maju Pilwalkot diusung oleh PDI Perjuangan.
"Sebenarnya ada juga calon dari orang-orang muda, kandidat yang relatif masih muda itu Andri Gunawan. Kebetulan itu mahasiswa saya dulunya, semasa kuliah aktif di organisasi. PDIP pernah memunculkan figur potensial, di antaranya Andri Gunawan," ujarnya
Terakhir, nama Ema Sumarna tak jarang disebut-sebut bakal maju Pilwalkot Bandung 2024. Sekretaris Daerah Kota Bandung itu, menurut Fuad sebetulnya punya potensi yang mumpuni untuk maju sebagai Cawalkot Bandung.
Sebab, Ema memiliki track record meniti karir di Pemerintahan Kota Bandung. Hanya saja, belum ada partai yang melirik sosoknya untuk maju sebagai orang nomor satu di Bandung.
"Bagaimana pun pasti variabel yang paling penting adalah partai sebagai pengusung. Dulu (Pilwalkot Bandung 2013) pernah juga Pak Edi Siswadi (mantan Sekda Kota Bandung) jadi Calon Wali Kota. Mereka yang berkiprah, sudah punya pengalaman di bidang sebagai birokrat atau pemerintahan itu, ada kalanya juga tidak dilirik ya," ujar Fuad.
"Tapi kalau misalkan itu dilirik oleh partai kemudian menjadi calon, sebenarnya kan bagus. Membuka peluang bagi banyak kandidat gitu. Kontestasi ini kan bagusnya memang diikuti banyak variasi kandidat. Nggak hanya calon yang sudah lebih dulu populer, tapi juga calon-calon yang memang dia sudah tahu persis di lapangan seperti apa. Ibaratnya nggak memulai dari nol," tambahnya.
Namun uniknya, siapapun itu kandidatnya, kata Fuad salah satu hal ikut jadi potensi kemenangan ialah bukan cuma populer atau paham pemerintahan. Namun, karakteristik warga Kota Bandung juga menilai seberapa religius calon Walkotnya.
"Di Bandung itu menurut saya aspek religius itu cukup utama ya. Jadi memang kandidat harus menampilkan sisi religiusitasnya. Kalau menurut saya Pak Ridwan Kamil pada masa itu memang relatif religius. Almarhum Mang Oded juga betul-betul menampilkan hal itu. Tampaknya publik di Bandung akan juga melihat aspek itu ya," katanya.
Selain itu, dua faktor lain yang mempengaruhi ialah relawan atau mesin politik yang bekerja dan media politiknya. Cawalkot nantinya harus mampu meraih perhatian publik melalui media sosial.
"Apalagi pemilih milenial dan gen Z itu kurang lebih ada 55%, ini harus diraih oleh para kandidat sedari sekarang. Harus bisa membuat konten-konten yang meraih para calon pemilih ini. Gen Z dan milenial ini memang menjadi faktor yang dominan, mungkin penentu juga untuk memenangkan kontestasi," pungkasnya.
(ral/orb)