Sebelum dikenal punya hobi mengoleksi mobil-mobil antik, Solihin GP suka sekali berburu. Kijang adalah satu sasaran favoritnya. Tapi pada suatu hari, sebagai gubernur Jawa Barat dia mendapat laporan bahwa kawasan perkebunan kakao di Subang diserang hama bajing.
"Wah, daripada harus membayar orang untuk membasminya, lebih baik saya buat saja lomba berburu bajing," kata Solihin yang kami sapa Aki Ihin saat berbincang di kediamannya, 5 November 2014.
Ternyata peminatnya cukup banyak. Puluhan orang dari Jakarta dan Bandung. Penentuan juara tentu saja siapa yang paling banyak menembak si bajing. Eh, ternyata setelah dihitung bajing yang berhasil ditembak oleh Solihin mencapai 20 ekor.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Itulah yang terbanyak, alias juaranya. Sejak itu saya dijuluki 'Gubernur Bajingan' ha-ha-ha," tutur Aki Ihin.
Tapi di luar soal julukan itu, kasus yang sempat mendapat perhatian dari publik, baik masyarakat Jakarta maupun Jawa Barat adalah perseteruan Gubernur DKI Jakarta Ali Sadikin (Bang Ali).
Meskipun di dunia militer sama-sama bintang tiga, tapi sebagai gubernur dia lebih dulu. Lebih senior lah. Karena itu setelah dua minggu dilantik sebagai orang nomor satu di Jawa Barat pada 1970, Solihin berinisatif bersilaturahmi kepadanya.
Selain tetangga secara geografis, Bang Ali juga putra keturunan Sunda. Dia kelahiran Sumedang, sedangkan Solihin dari Tasikmalaya. Karena rencana pertemuan sifatnya informal, basa-basi, sambil membayangkan diselingi makan siang, dia ke Jakarta hanya berdua dengan sopir.
Eh, begitu memasuki wilayah perbatasan Jawa Barat-Jakarta, Solihin terkejut melihat sambutan yang luar biasa. Di sana sudah ada iring-iringan motor voorijder.
"Terus-terang, rasa waspada sebagai prajurit tiba-tiba bangkit. Hati saya berkata, 'Pasti bang Ali ada maksudnya nih. Hati-hati aing (saya)."
Ia kembali terkejut karena di ruang operasional gubernur, telah berkumpul para staf, pimpinan DPRD, dan sesepuh masyarakat Betawi. Setelah berbasa-basi, Bang Ali menurunkan tirai dan menampilkan sebuah peta.
Di sana tergambar sebagian dari Bekasi sudah masuk Jakarta. Begitu juga dengan sebagian dari Tangerang dan Bogor. Ia lantas berkata, "Saya ditugaskan oleh rakyat saya untuk memenuhi kebutuhan pengembangan Jakarta. Oleh karena itu daerah-daerah ini harus masuk wilayah Jakarta. Pembangunannya akan lebih cepat jika dilaksanakan oleh DKI. Toh Jawa Barat tidak bisa membangun.
Waduh, antara kaget, marah dan terhina campur aduk dalam batin Solihin. "Ini orang kurang ajar bener," ia membatin. Tapi ia membiarkan Ali terus bicara.
"Mang Ihin, mumpung Gubernur Jawa Barat putra Sunda dan saya Gubernur DKI putra Sunda, mari kita selesaikan masalah ini."
![]() |
Bang Ali juga menantang Solihin berdiri berdua di perbatasan saat malam minggu untuk melihat berapa mobil dari Jawa Barat yang masuk ke Jakarta. Sebaliknya, berapa mobil dari Jakarta ke Jawa Barat.
Wah ini sudah keterlaluan. Solihin tak bisa terus diam. Dengan lantang ia berkata, "Bang Ali, itu strategi yang kerdil. Saya kira Bang Ali pengatur strategi ulung yang besar. Kalau Jakarta dikembangkan seperti itu, secara strategis tidak akan membawa perkembangan yang luar biasa."
Solihin juga bilang, kalau bang Ali mau, satukan saja Jakarta dengan Jawa Barat.
"Akan saya serahkan. biar Ibukotanya di Jakarta dan Bang Ali menjadi gubernurnya. Kalau sepotong-sepotong seperti itu, no way. Kalau dikatakan Jawa Barat tak bisa membangun, Bang Ali harus lihat, 'Siapa dulu sekarang gubernurnya'," ujar saya seraya bangkit meninggalkan ruangan.
Pertemuan yang seharusnya diakhiri dengan makan siang itu akhirnya bubar lebih cepat. Hanya sekitar setengah jam.
"Sampai di Bandung saya segera kumpulkan staf. Saya instruksikan pembangunan wilayah perbatasan dengan Jakarta harus diprioritaskan dengan bersandar pada kekuatan alam. Supaya investor masuk, saya minta pajak direndahkan. Kebetulan saya berteman dengan Hadi Manansang, pimpinan Oriental Circus Indonesia yang didirikan pada 1967. Saya tanya apa yang bisa diperbuat buat Jawa Barat. Rupanya dia punya ide membangun Taman Safari di Cisarua, Bogor, tapi sulit mendapatkan izin lahan. Kami juga menggenjot pembangunan di kawasan Cisadane dengan mengundang para investor untuk membangun pabrik-pabrik tekstil. Juga ada pendirian pabrik semen di Cibinong. Untuk pariwisata kami berikan kredit kecil untuk pendirian homestay" ucap Mang Ihin.
"Beberapa tahun kemudian saya telepon Bang Ali. Saya bilang, 'Bang Ali ayo kita berdiri di perbatasan malam minggu sekarang. Berapa banyak mobil yang menuju Jawa Barat. Orang Jakarta pasti bosan atuh dansa dansi terus di diskotik."
Dipuji Ali Sadikin
Dalam biografi "Ali Sadikin Membenahi Jakarta Menjadi Kota yang Manusiawi," karya Ramadhan K.H, Bang Ali mengakui perseteruan dan persaingannya dengan Solihin.
Ia memuji sikap Solihin yang terbuka, tegas, jujur, dan berani mengambil risiko. Maklum, keduanya sama-sama lahir di bulan Juli. "Ia sparring partner yang menyenangkan buat saya. Banyak persamaan dengan saya, sampai-sampai selera melihat orang cantik pun sama. Cuma dia lebih tampan dari saya," ujar Bang Ali.
Materi ini dicuplik dari Majalahdetik edisi 10-16 November 2014.
(jat/yum)