Duka menyelimuti kediaman keluarga besar almarhum Letjen (Purn) Solihin GP. Bukan hanya keluarga, kenangan yang digoreskan almarhum memberikan jejak mendalam di setiap orang yang mengenalnya.
Berikut fakta-fakta seputar kepergian mendiang Solihin GP,
1. Tutup Usia di RS Advent Bandung
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Mantan Gubernur Jabar itu meninggal dunia pada Selasa dini hari di RS Advent, Kota Bandung. Sebelum dimakamkan, almarhum akan dibawa ke rumah keluarga besar di Jl Cisitu Indah, Dago, Bandung pada pukul 07.00 - 09.00 WIB.
Kemudian, jasad almarhum akan dibawa ke Mako II Kodam III Siliwangi di Jl Sumbawa No 22 Bandung sekitar pukul 09.30 hingga 12.30 WIB.
"Kabar itu A1, saya juga akan berada di rumah duka," ujar sumber detikJabar ketika dikonfirmasi.
2. Jejak Semasa Hidup Solihin GP
Solihin GP merupakan mantan perwira tinggi TNI dengan pangkat Letnan Jenderal. Solihin GP yang lahir pada 21 Juli 1926, juga pernah menjabat sebagai Gubernur Jabar tahun 1970 hingga 1975.
Dikutip dari berbagai sumber, Solihin GP mengawali karier militernya ketika masa revolusi sebagai komandan Tentara Keamanan Rakyat Kabupaten Bogor, kemudian bergabung dengan Divisi Siliwangi.
Salah satu kiprahnya yang mencuat, yakni ketika ia mengatasi krisis pangan di Indramayu dengan memasyarakatkan padi yang disebut dengan gogo rancah. Ia juga dikenal sebagai sesepuh Jawa Barat dan Siliwangi, pejuang lingkungan dan pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS).
Tokoh yang akrab disapa Mang Ihin ini juga pernah dipercaya menjadi Panglima Kodam XIV/Hasanuddin, Makassar 1964-1968, Gubernur Akabri Umum dan Darat Magelang 1968-1970, dan Sekretaris Pengendalian Operasional Pembangunan (Sesdalobang) 1977-1992.
3. Pemakaman Dihadiri Tokoh Penting
Ribuan orang mengantarkan jasad almarhum Letjen (Purn) Solihin GP ke tempat peristirahatan terakhirnya di Taman Makam Pahlawan (TMP) Cikutra, Kota Bandung.
Sejumlah tokoh penting hadir mengantarkan mendiang Solihin GP ke tempat peristirahatan terakhir di TMP Cikutra sekitar Pukul 13.10 WIB. Mantan Menteri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti, Pj Gubernur Jabar Bey Machmudin yang menjadi inspektur upacara, mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla (JK) juga memberikan kata sambutan mewakili keluarga.
Prosesi pemakaman dilakukan secara militer. Letusan senjata yang mengarah ke udara, jadi penanda tibanya jasad pria yang akrab disapa Mang Ihin itu.
4. Sosok Panutan Sesepuh Para Pejabat
Solihin GP atau yang juga akrab disapa Mang Ihin ini adalah tokoh berpengaruh di Indonesia. Mantan perwira Kodam III Siliwangi Letjen TNI (Purn) ini menjadi sesepuh yang banyak dimintai nasihatnya oleh tokoh publik.
Sebagai sesepuh Jawa Barat, Solihin GP kerap didatangi pejabat atau tokoh publik. Dia terus menerima kunjungan dari politisi terkenal setelah pensiun. Mereka yang sowan pada Solihin ingin meminta restu atau nasihat.
Banyak tokoh nasional, misalnya yang akan maju sebagai kepala daerah atau presiden yang mendatangi Mang Ihin. Terbaru misalnya, capres-cawapres Ganjar Pranowo-Mahfud MD juga bersilaturahmi pada Solihin GP sebelum pertarungan Pilpres 2024.
Jauh sebelumnya, Susilo Bambang Yudhoyono dan Jusuf Kalla, mantan presiden dan wakil presiden Indonesia juga sempat sowan pada Solihin GP pada Pilpres 2004.
Presiden Jokowi juga melakukan hal serupa pada tahun 2014 saat maju dalam ajang Pilpres bersama Jusuf Kalla. Bahkan setelah itu, Jokowi juga menunjuk Solihin GP sebagai Ketua Tim Pemenangan di Jabar di Pilpres 2019 hingga mengantar Jokowi menjadi presiden di pediode kedua 2019-2024.
Sosok Solihin GP telah menjadi panutan hingga para tokoh ini merasa perlu sowan untuk meminta nasihat dan restu dari sesepuh Jabar ini. Ia juga dikenal sebagai sesepuh Jawa Barat dan Siliwangi, pejuang lingkungan dan pendiri Dewan Pemerhati Kehutanan dan Lingkungan Tatar Sunda (DPKLTS).
5. Berjuang Melawan Sakit
Mendiang Solihin GP berjuang melawan penyakitnya di hari tua, hingga akhirnya menghembuskan nafas terakhir pada Selasa (5/3/2024). Ia sebelumnya menjalani perawatan sekitar 15 hari sebelum tutup usia.
Anak ketiga Mang Ihin, Satria Kamal mengatakan ayahnya tidak memiliki riwayat penyakit berat.
"Usia sudah 97 tahun. Nggak ada penyakit kronis, cuman dulu pernah kena stroke enam kali, terakhir sempat lumpuh tapi dengan upaya-upaya pengobatan akhirnya bisa berjalan, cuman karena usia akhirnya di kursi roda," kata Satria Kamal kepada wartawan, Selasa (5/3/2024).
Dalam beberapa waktu terakhir, Mamay sapaan karib Satria Kamal menyebut ayahnya sempat tiga kali masuk rumah sakit. "Tiga kali masuk Rumah Sakit Advent, pertama karena dehidrasi, ditangani dua hari dan diberi vitamin sehat kembali, lalu balik lagi ke rumah," ungkapnya.
"Kemudian masuk rumah sakit lagi, mungkin karena usia makannya jadi malas, akhirnya drop dan dibawa ke rumah sakit, itu pun hanya dua malam," tambahnya.
(dir/dir)