Sabarnya Ajat Hadapi Pengendara Nakal di Perlintasan KA Garuda Bandung

Serba-serbi Warga

Sabarnya Ajat Hadapi Pengendara Nakal di Perlintasan KA Garuda Bandung

David Kristian Irawan - detikJabar
Selasa, 27 Feb 2024 16:30 WIB
Seorang sukarelawan penjaga perlintasan, Ajat Supri terlihat sedang mengatur lalu lintas di Jalan Garuda.
Seorang sukarelawan penjaga perlintasan, Ajat Supri terlihat sedang mengatur lalu lintas di Jalan Garuda. Foto: David Kristian Irawan/detikJabar
Bandung -

Ibarat bermain sebuah game petualangan, kemacetan merupakan misi utama yang harus dipecahkan para pengendara ketika melintasi setiap sudut jalan di Bandung Raya. Mereka harus beradu argumen hingga saling sikut-sikutan agar dapat terbebas dari 'perangkap' jalanan yang membelenggu.

Bukan hanya terpaku pada jomplangnya volume kendaraan dan kapasitas ruas jalan. Keberadaan sejumlah perlintasan kereta api ternyata juga menyumbang kepadatan di jalan raya. Salah satunya, perlintasan Stasiun Andir Bandung atau yang lebih akrab dikenal dengan perlintasan kereta api Jalan Garuda.

Terletak di antara Jalan LMU. Nurtanio (Garuda) dan Jalan Abdurahman Saleh, perlintasan ini selalu ramai pengendara yang hendak beraktivitas menuju pusat kota. Akan tetapi, hal tersebut justru berdampak buruk bagi kelancaran arus lalu lintas serta diperparah oleh pembangunan jalan layang (flyover) Nurtanio yang telah berlangsung sejak 23 Januari 2024 lalu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Tak sedikit pengendara nekat melanggar aturan lalu lintas di kawasan itu, seperti melawan arus maupun menerobos perlintasan kereta. Sejumlah masyarakat sekitar secara sukarela terjun untuk mengingatkan pengendara agar mematuhi aturan.

Seperti yang dilakukan oleh Ajat Supri, salah seorang warga Kelurahan Garuda, Kecamatan Andir, Kota Bandung. Ia terlihat sedang mengayunkan tangannya ke sana-kemari di tengah teriknya panas matahari. Bahkan, Ia sesekali meniup dengan keras peluit hijau yang menjadi senjata manakala antrean kendaraan menyebabkan arus lalu lintas menjadi tersendat.

ADVERTISEMENT

Kepada Tim detikJabar, pria yang akrab disapa Ajat ini mengaku sudah menjalani profesi sebagai sukarelawan penjaga perlintasan selama setahun lebih. Mulanya, Ajat merupakan seorang sopir becak yang saban hari beraktivitas di wilayah Garuda dan sekitarnya selama puluhan tahun.

"Dulu mah saya ngebecak, cuma karena udah nggak adaan (sepi penumpang) geus wéh (ya sudah) jaga di sini," ucapnya.

Meski profesinya kerap dipandang sebelah mata, namun Ajat begitu senang dan tidak pernah lelah untuk menjaga lalu lintas di perlintasan kereta setiap harinya. Sekalipun, penghasilan yang kini didapat tak lagi sama seperti ketika dirinya mengais rezeki dengan mengayuh becak.

"Nggak tentu sih, paling gede (juga) 50 (ribu) kalau lagi untung. Tapi, alhamdulillah wéh cukup buat perut sama nabung mah," ucap Ajat.

Seperti yang diungkap sebelumnya, kedua matanya tak pernah henti mengawasi tingkah laku para pengendara dari segala macam arah. Jika dibandingkan tahun-tahun sebelumnya, Ajat mengaku kondisi lalu lintas di perlintasan kereta api Jalan Garuda saat ini sudah semrawut dan minim pengawasan dari pihak berwenang.

Terlebih sebagai salah satu perlintasan yang setiap waktu dilintasi oleh berbagai macam jenis kereta, kemacetan pun jelas makin tak terhindarkan. Oleh karena itu, Ajat mengaku resah melihat tingkah para pengendara yang tak sabar menunggu kereta selesai melintas. Sampai-sampai dirinya pun harus beradu mulut dengan para pengendara di tengah-tengah kemacetan.

"Sok kesel bapak mah! Kalau ada yang coba nerobos terus sama saya diingetin, eh dianya bodo amat. Malah, ada juga yang dimarahin balik sama dianya (pengendara)," ucap Ajat.

Maka tak jarang, Ajat pun beberapa kali menyaksikan sejumlah pengendara yang nyaris mati konyol akibat tertabrak semata-mata hanya untuk bisa lebih cepat sampai di tujuan.

Alhasil, Ajat pun menyerukan agar para pengendara untuk dapat lebih bersabar saat menghadapi perlintasan kereta. Serta, tidak melulu mementingkan ego pribadi dan mengabaikan aturan lalu lintas, walau kemacetan jelas membuat hati dan pikiran menjadi gelisah.

"Makanya, kalau nyetir téh tong sok hayang pangheula-heulana (jangan saling ingin dulu-duluan). Nggak tau kan kalau amit-amit kejadian (kecelakaan), nanti yang rugi kita sendiri juga," pungkasnya dengan suara yang menggebu-gebu.

(sud/sud)


Hide Ads