.webp)
Di siang bolong dan di bawah teriknya matahari, tampak seorang kakek sedang menyusuri jalanan Braga, Kota Bandung. Pria berusia 80 tahun itu berjalan sambil mendorong gerobak kue donat. Sesekali ia berhenti untuk melayani pembeli donatnya.
Sarja, nama kakek tersebut sudah berjualan hampir 30 tahun lamanya. Ia bercerita tentang awal mula berjualan donat. Sarja mulai merintis jualan yang diolah sendiri itu berawal dari coba-coba.
Kini, ia benar-benar serius dengan jualan kue donat. Mengingat, salah satu anaknya berkeinginan untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di Kota Bandung.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Jualannya udah 30 tahun, awalnya coba - coba, terpaksa berlanjut," kata Sarja saat ditemui di Jalan Braga, Senin (26/2/2024).
"Dulunya (Sarja) kerja di rumah makan di Jakarta, pindah ke Bandung karena anak ingin sekolah ke UPI," sambungnya.
Biaya anaknya untuk melanjutkan pendidikan yang lebih tinggi di Universitas Pendidikan Indonesia merupakan hasil dagangannya. Sementara itu anaknya juga ikut membantu berjualan kue donat keliling pada saat malam hari ketika selesai perkuliahan.
"Biaya kuliah hasil dagang, anak saya juga dagang kalau tidak kuliah, dagang kue ini, tapi malem kelilingnya," ucapnya.
Setiap hari ia berjualan donat setelah shalat Subuh hingga sore hari ketika dagangannya sudah habis. Gerobak yang sering dibawanya itu didorongnya sambil berkeliling dari Pagarsih rumah tempat tinggalnya ke BIP, Braga hingga sampai kembali ke rumahnya.
"Dari jam 05.00 sehabisnya kira - kira jam 15.00, kelilingnya dari rumah sampai BPI lewat Braga sambil ini mau pulang," pungkasnya.
Selain donat, adapun beberapa jenis makanan yang dijualnya antara lain odading, gemblong, cakue dan nasi ketan. Dari segi harga cukup murah yaitu Rp 2.500 semua jenis makanan kecuali nasi ketan dengan harga Rp 5.000. Penghasilan yang didapat setiap harinya sekitar Rp. 100.000.
Sarja pun mengatakan dengan penghasilannya tidak seberapa yang penting dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Kini Sarja hanya tinggal berdua dengan istrinya.
(yum/yum)
