Rabu (21/2/2024) sore itu, suasana mencekam dialami warga yang bermukim di perbatasan wilayah Bandung dan Sumedang. Angin puting beliung tiba-tiba datang dan memporak-porandakan material bangunan apa saja yang dilaluinya.
Saat kejadian, amukan puting beliung terekam kamera amatir warga dan videonya beredar di media sosial. Wilayah di sekitar PT Kahatex, dilaporkan menjadi lokasi paling paling terdampak saat angin kencang itu menerjang.
Tak hanya itu saja. Dahsyatnya terjangan angin juga membuat sejumlah truk yang berada di kawasan Industri Rancaekek Dwipapuri Abadi terguling. Kemudian, Amukannya turut membuat pohon dan reklame tumbang di Jl Raya Bandung-Garut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Angin Tornado Rancaekek yang Membawa Nestapa |
Detik-detik kengerian terjangan angin puting beliung ini pun masih hangat di ingatan Suminem. Warga Neglasari, Cangkuang, Rancaekek, Kabupaten Bandung itu bercerita, sebelum angin kencang menerjang, langit di sore tadi terlebih dahulu berubah menjadi warna hitam.
Dari arah kejauhan, Suminem menyaksikan amukan angin kencang datang mendekat. Lama-kelamaan, ekor anginnya pun sampai ke tanah dan memporak-porandakan bangunan apapun yang dilaluinya.
"Setelah itu seng, seng atap berhamburan, terbang ke atas kesedot angin. Ada yang rusak, tapi tak separah yang di pabrik," kata Suminem.
Selain itu, warga RT 04 RW 04, Yati mengatakan awalnya mendengar suara gemuruh angin. Lalu setelah itu angin tersebut berputar dengan kencang menyapu beberapa rumah.
"Saya lagi mandi, sore jam 16.00 WIB. Terus awalnya cuma dengar suara gemuruh angin dari belakang PT Sonotex. Eh gak tahunya angin puting beliung. Pas kita keluar ya udah pada semua melayang udah lah," ujar Yati, saat ditemui, Kamis (22/2/2024).
"Iya perasaan ketakutan, gak bisa apa-apa. Putaran angin, kencang. Material melayang kayu, seng, dan bahan rumah," lanjutnya.
Yati menjelaskan setelah keluar rumah dirinya kembali berlindung ke dalam rumah. Namun genteng yang ada di dalam rumahnya malah mengalami kebocoran.
Pasca kejadian, ratusan petugas gabungan pun diturunkan untuk melakukan pembersihan material reruntuhan di Kecamatan Rancaekek, Kabupaten Bandung tersebut. Pasalnya, ada banyak rumah mengalami kerusakan.
"Saat ini personil gabungan TNI, Polri, berserta BPBD ada sejumlah 150 yang turut membersihkan, baik itu di jalan raya maupun di perumahan-perumahan agar kehidupan masyarakat bisa segera pulih berangsur-angsur," ujar Kapolresta Bandung Kombes Kusworo Wibowo di Griya Permata Raya, Desa Nanjung Mekar, Rancaekek, Kamis (22/2/2024).
Pihaknya menyebutkan angin puting beliung tersebut melanda beberapa kecamatan di Kabupaten Bandung dan Kabupaten Sumedang. Angin tersebut berputar dengan kencang menimpa Kecamatan Jatinangor, Kabupaten Sumedang, Kecamatan Rancaekek, Kecamatan Cicalengka, kecamatan Cicalengka, dan Kabupaten Bandung.
Dipastikan wilayah Rancaekek terdapat ratusan rumah yang mengalami kerusakan. Berdasarkan datanya ada total 497 rumah yang rusak dalam bencana tersebut.
"Ada 223 rumah yang kategori rusak berat. Kemudian ada 208 rumah yang kategori rusak sedang dan 66 yang rusak ringan," jelasnya.
Sementara itu, Kasi Darurat Logistik BPBD Kabupaten Bandung Asep Mahmud mengaku tercatat setidaknya ada ratusan jiwa yang terdampak peristiwa tersebut. Kata dia, saat ini masih dalam penanganan dari petugas.
"Dari dampak tersebut seperti kita ketahui bahwa ada 1.308 jiwa, 422 KK, 223 bangunan rusak berat, 208 bangunan rusak sedang dan 66 adalah rusak ringan seperti itu," kata Asep.
"Untuk korban sementara dari hasil asesmen tadi malam itu dari 19 orang, Itu ada yang dirujuk ke RSUD 10 orang dan 9 diantaranya ke puskesmas terdekat," tambahnya.
Usai kejadian tersebut, Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) mengatakan kejadian bencana alam tersebut merupakan angin tornado.
Hal itu diungkap peneliti BRIN, Erma Yulihastin. Erma menyebut dari analisa BRIN terhadap fenomena alam yang melanda perbatasan Bandung dan Sumedang kemarin, bukanlah fenomena angin puting beliung.
"Dari analisis visual saja, kita bisa pastikan ini beda, ini bukan puting beliung yang biasanya terjadi di wilayah kita, yang sulit dideteksi. Karena mikro, ini bukan mikro lagi, ini meso. Tornado itu meso," kata Erma yang merupakan peneliti Pusat Riset Iklim dan Atmosfer di BRIN saat dikonfirmasi wartawan, Kamis (22/2/2024).
Bukan tanpa alasan Erma menyebut tornado melanda Rancaekek dan sekitarnya. Dia mengungkapkan ada beberapa faktor pembeda antara angin puting beliung dan tornado, salah satunya yakni dari kecepatan angin. Dia menuturkan, tornado memiliki kecepatan rata-rata 65-66 kilometer per jam.
"Selama ini kan kita hanya mengatakan angin puyuh atau puting beliung karena gak pernah bisa mencapai ambang batas kecepatan angin yang bisa kita katakan tornado level awal atau paling rendah, itu yang pertama dari skala kecepatan," jelasnya.
Erma menegaskan, angin kencang yang terjadi kemarin memenuhi semua faktor karakteristik angin tornado. Beberapa hal lain yang memperkuat penilaiannya itu yakni, fenomena angin kencang sangat terlihat jelas di satelit awan.
"Mata badainya terlihat dari satelit awan, ya berarti tornado dong. Karena kalau puting beliung gak bisa terdeteksi dari satelit awan, awannya itu gak kelihatan," pungkasnya.
Sementara itu, adanya alih fungsi lahan di kawasan Rancaekek turut disinggung oleh Profesor Riset Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN, Eddy Hermawan.
Katanya, Rancaekek merupakan kawasan yang terletak nyaris di tengah-tengah Pulau Jawa bagian barat. Kawasan ini semula merupakan kawasan hijau, yang ditandai dengan banyaknya pepohonan dengan kondisi lingkungannya yang masih relatif bersih. Namun sekarang, kawasan itu beralih fungsi, dari yang semula hijau, berubah menjadi kawasan industri. Eddy mengungkapkan, kawasan seperti itu rawan diterjang pusaran angin.
"Dengan kata lain, terjadi perubahan tata guna lahan yang semula hutan jati, kini berubah menjadi hutan beton," ucap Eddy, dalam keterangannya, Jumat (23/2/2024).
Baca juga: Rancaekek Samemeh Kaleled Angin Puyuh |
Ia pun berpesan, masyarakat untuk sadar terhadap kondisi lingkungan. Masyarakat diminta untuk tidak menambah kerusakan lingkungan dengan memperbanyak menanam pepohonan, back to nature agar laju global warming bisa diredam.
"Puting Beliung tidak bisa kita cegah (kita redam), namun tanda-tanda kehadirannya bisa kita lihat, mulai dari langit mulai gelap, kecepatan angin permukaan meningkat, suhu udara panas terik di siang hari, namun tiba-tiba mendingin di malam hari, dan lainnya," pungkasnya.
(aau/sud)