Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) memberikan penjelasan lengkap terkait perdebatan antara angin puting beliung dan tornado yang menerjang kawasan Rancaekek, Kabupaten Bandung hingga Jatinangor, Kabupaten Sumedang pada Rabu (21/2/2024) lalu.
Dalam keterangan tertulisnya, peneliti senior Pusat Riset Iklim dan Atmosfer BRIN Didi Satiadi menjelaskan, fenomena yang terjadi di Rancaekek merupakan kejadian cuaca ekstrem yang memperlihatkan karakteristik puting beliung yang sangat kuat.
Hal itu ditandai dengan area terdampak serta intensitas yang menyebabkan bangunan rusak, kendaraan terguling dan sebagainya. Dalam bahasa Inggris, menurutnya, istilah puting beliung dikenal sebagai microscale tornado atau tornado skala kecil daripada tornado yang biasa terjadi di daerah lintang menengah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Fenomena tornado menggambarkan suatu kolom udara yang berputar sangat cepat, mulai dari awan badai hingga mencapai permukaan tanah, dan biasanya berbentuk seperti corong," jelas Didi.
Didi mengatakan, hasil analisis awal menunjukkan, penyebab dari kejadian puting beliung di Rancaekek, kemungkinan adalah terjadinya konvergensi angin dan uap air di daratan sekitar wilayah tersebut pada sore hari yang menyebabkan pertumbuhan awan Cb kemudian membebaskan panas laten yang selanjutnya meningkatkan updraft (aliran udara ke atas).
Sebaliknya, kata Didi, updraft yang semakin kuat akan menumbuhkan lebih banyak awan. Siklus umpan balik positif ini, menyebabkan updraft menjadi semakin kuat dan dapat berputar karena adanya windshear (perbedaan arah/kecepatan angin).
"Kolom udara yang berputar semakin kuat dapat mencapai permukaan tanah dan menghasilkan puting beliung," katanya.
Dia juga mengungkapkan perbedaan antara angin puting beliung dengan tornado. Menurutnya tornado biasanya terjadi dalam awan badai yang terbentuk sepanjang front (batas antara dua massa udara yang berbeda) atau di dalam awan badai supersel.
Sedangkan puting beliung, terjadi karena proses konveksi lokal di dalam awan badai dan biasanya berkaitan dengan downburst/microburst (aliran udara ke bawah) yang kuat.
Dari segi skala, tornado biasanya lebih besar dan lebih kuat, dengan angin yang lebih kencang dan diameter yang lebih besar. Daripada puting beliung yang biasanya lebih kecil dan kecepatan angin yang lebih rendah.
"Sedangkan puting beliung kadang-kadang disebut sebagai microscale tornado karena lebih kecil daripada tornado yang terjadi di lintang menengah," ungkapnya.
Dari segi durasi, tornado biasanya berlangsung hingga beberapa jam. Sedangkan puting beliung berlangsung lebih pendek hingga beberapa menit. Selain itu, tornado terbentuk di wilayah lintang menengah dengan gradien/perbedaan temperatur yang tinggi.
Sedangkan puting beliung, biasanya terbentuk di wilayah tropis, di mana konveksi sangat aktif karena kondisi atmosfer yang hangat dan lembap.
"Dampak dari tornado biasanya lebih dahsyat dibandingkan dengan puting beliung. Walaupun puting beliung juga cukup berbahaya karena dapat menyebabkan kerusakan lokal terutama di wilayah padat penduduk," ucap Didi.
(bba/mso)