BMKG Ungkap Kecepatan Small Tornado di Rancaekek Capai 36,8 km/Jam

BMKG Ungkap Kecepatan Small Tornado di Rancaekek Capai 36,8 km/Jam

Bima Bagaskara - detikJabar
Jumat, 23 Feb 2024 13:15 WIB
Small tornado atau angin puting beliung di perbatasan Bandung-Sumedang, Rabu (21/2024)
Small tornado atau angin puting beliung di perbatasan Bandung-Sumedang, Rabu (21/2024) (Foto: istimewa/tangkapan layar).
Bandung - Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menegaskan, angin yang menerjang kawasan perbatasan Kabupaten Bandung dan Sumedang pada Rabu (21/2) sore bukan terjangan angin tornado, melainkan angin puting beliung yang biasa terjadi di Indonesia.

Hal tersebut disimpulkan dari data kecepatan angin yang didapat BMKG melalui catatan Automatic Weather Station (AWS) di Jatinangor. Dari catatan AWS itu, kecepatan angin berada di angka 36,8 kilometer per jam. Sementara tornado, diketahui memiliki kecepatan minimum di atas 70 kilometer per jam.

Kepala Stasiun Geofisika Kelas I Bandung Teguh Rahayu menuturkan, berdasarkan indikator kecepatan angin pada kejadian Rabu kemarin, dapat disimpulkan jika bencana yang terjadi merupakan puting beliung, bukan angin tornado seperti yang ramai diperdebatkan.

"Kalo di kita menggunakan satuan km/jam itu satuan untuk kecepatan angin. Kalo misalnya itu yang dihebohkan sebagai tornado, ya pastinya dia (kecepatannya) jauh lebih tinggi dari 70 keatas, bahkan (bisa) ratusan km/jam," ucap Rahayu saat dikonfirmasi, Jumat (23/2/2024).

"Yang jelas kalo tornado kita liat mungkin mobil juga terangkat, bisa terbang-terbang, itu baru tinggi (kecepatannya)," sambungnya.

Rahayu memastikan, kecepatan angin saat kejadian bencana yang mengakibatkan kerusakan cukup parah beberapa hari lalu, tidak lebih dari data yang dicatat AWS. Karena itu, Ayu sapaannya, mengharapkan masyarakat untuk tidak perlu lagi memperdebatkan soal puting beliung dan tornado.

"Iya itu catatan dari alat kami yang ada di Jatinangor. Kita kan bicara berdasarkan data, 36,8 km per jam dan itu real data," ujarnya.

Lebih lanjut, dia mengungkapkan, kawasan di Bandung Timur seperti Rancaekek dan Jatingangor punya potensi lebih tinggi terjadi angin puting beliung. Menurutnya awan Cb lebih mudah terbentuk di daerah yang memiliki letak geografis seperti Bandung Timur.

"Puting beliung itu dampak ikutan dari pembentukan terjadinya awan Cb yang menimbulkan hujan lebat. Saat ini musim hujan, dan di daerah Rancaekek itu termasuk daerah cekungan ya, jadinya seperti itu, potensinya akan seperti ini di bandingkan daerah lain," jelasnya.

Karena itu, Ayu mengharapkan agar waspada meningkatkan kewaspadaan di musim hujan dan menjelang musim pancaroba pada Maret mendatang. Menurutnya angin puting beliung berpotensi terjadi di dua musim tersebut.

"Jadi intinya kewaspadaan di musim hujan ini apalagi nanti Maret sudah mau bergeser kita ke pancaroba, jadi biasanya puting beliung itu kan terjadinya di musim hujan dan akan bisa juga potensi terjadi di pancaroba itu," pungkasnya. (bba/mso)



Hide Ads