Menggapai kemandirian bagi anak berkebutuhan khusus (ABK) bukan perkara mudah. Sebab tantangan yang dihadapi oleh kalangan disabilitas relatif lebih berat untuk bisa berdikari menjalani kehidupannya.
Kesempatan di dunia kerja bagi para penyandang disabilitas sangat minim, sehingga diperlukan kreativitas di sektor wirausaha. Hal itu yang mendasari tiga pegiat disabilitas Tasikmalaya, Tata Tajudin, Aris Rahman, dan Iyan Yulianti.
Ketiganya bahu membahu secara swadaya menyewa sepetak lahan pertanian, untuk dijadikan tempat latihan alumni dan siswa SLB bercocok tanam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini berangkat dari keprihatinan kami, bahwa lulusan SLB kerap kali kesulitan untuk bisa mandiri. Makanya kami mencoba melibatkan para ABK ini di agrobisnis," kata Tata, Rabu (21/2/2024).
Tata mengatakan pihaknya selama ini telah berusaha memfasilitasi lulusan SLB ke dunia kerja. Meski beberapa ada yang berhasil masuk, namun jumlahnya masih minim.
"Yang masuk dunia kerja ada beberapa, 3 atau 4 orang. Mereka bisa bekerja di restoran, tapi memang daya serapnya masih terbatas, sehingga kita harus mencari bidang kerja lain," kata Tata.
Akhirnya Tata bersama Aris dan Iyan urunan menyewa lahan seluas 30 bata di Kelurahan Cilembang, Kecamatan Cihideung untuk dijadikan kebun cabai.
"Lahan ini akan digarap oleh alumni SLB, sementara untuk siswa SLB kebun ini menjadi tempat latihan atau workshop, total ada 40 ABK yang terlibat," ujar Tata.
Dia optimistis anak-anak atau kaum disabilitas ini mampu untuk menggarap lahan pertanian, meski perlu pendampingan dari ahli atau praktisi.
"Kalau untuk bertani teman-teman disabilitas pasti mampu, tinggal diberi keterampilan saja. Makanya orientasi pembangunan kebun ini sudah bisnis, artinya serius, bukan sekedar tempat belajar," jelas Tata.
Dia mengatakan kebun itu akan ditanami cabai domba, komoditas yang menurutnya cukup menjanjikan dan mudah dijual.
"Mudah-mudahan dukungan pemerintah bisa segera ada, terutama untuk pendampingan. Kemarin dari Dinas Pertanian ada yang sudah mengukur PH tanah," kata Tata.
Dia mengakui dirinya hanya memiliki semangat namun untuk keterampilan berkebun pihaknya masih perlu belajar, sehingga memerlukan pendampingan. "Kami hanya punya semangat saja, agar anak-anak disabilitas ini bisa punya bekal keterampilan hidup," kata Tata.
Asisten Daerah Pemkot Tasikmalaya Riza Setiawan yang hadir dalam acara penanaman benih cabai itu menyatakan apresiasi. Dia mengaku Pemkot akan memberikan dukungan terhadap langkah nyata para pegiat disabilitas ini.
"Dinas Pertanian dan penyuluh sudah kami instruksikan untuk mendampingi, supaya berhasil cocok tanamnya," kata Riza.
Selain itu, Riza mengatakan pihaknya akan menginventarisasi lahan-lahan tidur milik Pemkot untuk dimanfaatkan untuk garapan agrobisnis warga disabilitas.
"Kalau ini berhasil, bisa saja kita manfaatkan lahan tidur Pemkot, kan ada beberapa tuh. Saya kira itu bisa dimanfaatkan, ketimbang tak berguna," kata Riza.
Akbar salah seorang siswa SLB mengaku senang bisa diajari cara menanam benih di kebun. Penyandang tuna netra tersebut mengaku ini pengalaman pertamanya berkebun. "Sepertinya saya akan suka bertani, saya mau jadi bandar cabe, seru ya," kata Akbar.
(orb/orb)