Mengikuti proses pemungutan suara Pemilu 2024 menjadi pengalaman pertama bagi Bayu Firmansyah (19), warga Kampung Gunung Karikil, Kelurahan Tuguraja, Kecamatan Cihideung, Kota Tasikmalaya. Di pengalaman pertamanya itu, dia harus menyalurkan hak suara di TPS yang unik, atau cenderung memprihatinkan.
Betapa tidak akibat keterbatasan sarana, Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 36 Tuguraja Kecamatan Cihideung mendirikan TPS di lokasi WC umum. Empat lokal WC yang berderet dijadikan bilik suara, sehingga para pemilih harus masuk WC untuk menyalurkan hak pilihnya.
"Bau sih tidak, malah wangi cairan pembersih. Ya hanya agak sedih saja," kata Bayu, Rabu (14/2/2024).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dia mengaku, prihatin dengan kondisi lingkungan tempat tinggalnya yang berada di dalam permukiman padat penduduk dan tak punya fasilitas umum dan fasilitas sosial.
"Ya risiko tinggal di daerah gang perkotaan seperti ini, tak punya lapangan, jalan pun sempit," kata Bayu.
Dengan menyalurkan hak pilihnya di Pemilu 2024 ini, Bayu mengaku, menaruh harapan besar terhadap pemimpin-pemimpin yang nantinya terpilih, agar bisa memperhatikan ketersediaan fasilitas umum bagi masyarakat di kawasan urban atau permukiman padat penduduk.
"Ya semangat saya nyoblos. Mudah-mudahan Presiden atau Anggota Dewan yang terpilih bisa memperhatikan nasib kami masyarakat di dalam gang. Diperjuangkanlah, masak TPS saja harus di WC umum," kata Bayu.
Dia mengaku, sangat mendambakan memiliki tanah lapang atau fasilitas ruang publik yang bisa dimanfaatkan warga untuk menghelat kegiatan atau berolahraga.
"Kita ingin punya lapang untuk olahraga, lapang voli lah nggak usah besar-besar. Atau lapang untuk sekedar bermain anak-anak kecil. Mungkin bisa ya kalau Pemerintah membeli lahan terus dimanfaatkan oleh warga," kata Bayu.
Ilham (21) anak muda lainnya mengutarakan pengalaman pertamanya memilih pemimpin di TPS WC. "Pengalaman pertama nyoblos di TPS viral, TPS WC. Biasa aja, nggak bau. Tidak terlihat seperti WC kan sudah didekorasi," kata Ilham.
Terkait harapan terhadap pemimpin terpilih, Ilham mengaku tak berharap banyak. "Yang penting amanah saja, jangan korupsi," kata Ilham.
Sebagaimana diketahui sebanyak 257 warga RT 5 RW 7 Kampung Gunung Karikil Kelurahan Tuguraja Kecamatan Cihideung Kota Tasikmalaya terpaksa mencoblos di TPS yang sebenarnya merupakan WC Umum.
Ketua Kelompok Penyelenggara Pemungutan Suara (KPPS) TPS 36 Tuguraja, Hendrayana (43) membenarkan bahwa pemanfaatan WC komunal di lingkungannya akibat tak ada lahan atau area yang memungkinkan untuk mendirikan TPS.
"Kami membangun TPS di sini sejak Pemilu 2009. Sebelumnya ada lapang, tapi karena sudah dibangun, tak ada lagi tempat yang bisa dimanfaatkan. Sewa gedung juga tak memungkinkan," kata Hendrayana, Selasa (13/2/2024).
Opsi menjadikan gang sebagai lokasi TPS menurut dia dianggap tak memungkinkan, karena gang berbentuk memanjang. Untuk tata letak TPS, area memanjang dianggap tak memungkinkan. "Kalau di gang susah, layout-nya jadi memanjang," kata Hendrayana.
Dia mengakui menjadikan WC sebagai TPS tidak ideal, namun langkah ini dilakukan karena keadaan yang tak memungkinkan. "Ya memang tak ideal tapi mau bagaimana lagi, tapi kami upayakan agar pemilih tetap nyaman dan aman," kata Hendrayana.
Upaya yang dilakukan oleh KPPS adalah dengan menutup sementara 4 lokal WC umum ini. Penutupan dilakukan sejak hari Minggu lalu. Warga bergotong royong membersihkan WC, mengepel lantainya. Untuk klosetnya ditutup dengan karung berisi pasir lalu diberi bebatuan dan ditaruh pot tanaman. Sementara bagian bak mandi, bagian atasnya diberi rangka kayu, sehingga berubah menjadi meja.
Di bagian muka deretan WC seluas tak lebih dari 1,5 x 1 meter ini, diberi hiasan bentangan kain. Mirip dekorasi di tempat kenduri, tak lupa tulisan "bilik suara" turut menghiasi.
Hendrayana mengatakan perlu penanganan khusus untuk menghilangkan bau di tempat buang hajat itu. Panitia sudah menghabiskan berbotol-botol cairan pembersih WC, dan melakukan penyemprotan pewangi ruangan setiap satu jam sekali.
(mso/mso)