Aksi pelajar menyeberangi sungai dengan cara berenang untuk mendapatkan pendidikan di Sukabumi akan segera berakhir. Sebab, relawan bergerak untuk membangun jembatan.
Kabar itu disampaian Andri Kurniawan, dari Relawan Sehati Gerak Bersama. Pihaknya mengungkapkan siap untuk menyiapkan bahan dan keperluan jembatan gantung, namun hanya sebanyak 60 persen dari total keperluan dan itupun berupa material.
"Alhamdulillah, kami mendapatkan kepercayaan dari Gunung Capital salah satu perusahaan di Jakarta untuk menyalurkan CSR mereka, berupa material keperluan untuk jembatan gantung. Apabila ditotal itu hanya bisa mengcover sebanyak 60 persen dari keseluruhan kebutuhan jembatan," kata Andri kepada detikJabar, Jumat (9/2/2023).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Rencana jembatan yang menghubungkan Kampung Cikadaka, Desa Cidadap dengan Kampung Naringgul, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi itu mulai dibangun pada 19 Februari nanti. Hal itu menurut Andri untuk menghindari kepentingan politik.
"Kita kebut setelah pencoblosan, karena pengalaman kita sebelumnya pernah ada jembatan yang kita bangun ketika akan peresmian malah dipasangi bendera partai. Padahal murni pembangunan kita tidak ditumpangi kepentingan politik apapun," beber Andri.
Andri juga mengingatkan soal konsep pentahelix yang pernah diutarakan Bupati Sukabumi, Marwan Hamami dalam sebuah kesempatan bersama Relawan Sehati. Menurutnya pembangunan yang memang bersifat sosial bisa melibatkan para relawan.
"Kami dari dulu mengajak ke pemerintah, melalui kepala dinas dan pejabat lainnya untuk menguatkan konsep pentahelix yang selama ini disampaikan oleh pak bupati. Bahwa melakukan kegiatan di masyarakat berupa bersifat sosial atau apapun untuk mengusung pentahelix," jelas Andri.
"Namun faktanya, selama ini kami tidak begitu mendapatkan bantuan tersebut terutama untuk kebutuhan materi pelaksanaan pekerjaan. Walaupun pernah saat pembangunan Jembatan Cilele dengan bentangan 100 meter kita resmikan kami dibantu dana pribadi Pak Bupati Marwan sebanyak Rp 20 juta," tambah Andri.
Andri juga mengungkap banyaknya pemberi harapan palsu ketika proses pekerjaan dimulai. "Kami pernah kesal, dijanjikan untuk mendapatkan support dana dari pemerintah daerah sekian juta. Namun saat kami datang ternyata malah nggak pernah ada, kami di PHP, padahal kami sudah menunggu dari mulai proses pembangunan sampai peresmian tidak ada respon sama sekali. Akhirnya warga yang mencairkan solusi, mereka patungan untuk m emberi relawan kami makan dan minum selama proses pembangunan," tuturnya.
(sya/sud)