Waswas Guru Sukabumi Saat Hujan Turun-Siswa Pulang Berenang Lintasi Sungai

Waswas Guru Sukabumi Saat Hujan Turun-Siswa Pulang Berenang Lintasi Sungai

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Selasa, 06 Feb 2024 13:45 WIB
Siswa SDN Pasir Pogor
Siswa SDN Pasir Pogor (Foto: Syahdan Alamsyah/detikJabar).
Sukabumi -

Awan gelap menggelayut di sekitar SDN Pasir Pogor, Desa Loji, Kecamatan Simpenan, Kabupaten Sukabumi. Kondisi itu membuat sejumlah tenaga pendidik di sekolah was-was.

Salah satunya Erik, guru kelas VI sekolah tersebut. Tangannya meraih telepon seluler. Ia bergegas menghubungi sejumlah orang tua murid memberitahukan agar bersiap-siap menjemput anak didik mereka.

"Kalau sudah gelap, mau hujan besar kita pasti menghubungi orang tua murid, karena kondisi aliran Sungai Cidadap pasti membesar. Tidak mungkin siswa pulang sendiri," tutur Erik, Selasa (6/2/2024).

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Erik mengatakan, ada sekitar 15 orang pelajar SDN Pasir Pogor yang tinggal di Kampung Cikadaka dan Babakan Pendeuy, Desa Cidadap. Siswa dari dua kampung itu berangkat ke sekolah dengan cara menyeberangi sungai.

"Persoalan menyebrang sungai ini bukan hanya siswa kita ya, anak-anak yang dari Kampung Naringgul juga menyeberang ke Kampung Cikadaka untuk sekolah agama setiap harinya. Jadi sebetulnya banyak yang terpaksa menyeberangi sungai itu," ujar Erik.

ADVERTISEMENT

Erik menuturkan, hari ini kegiatan belajar mengajar hanya sampai sekitar pukul 10.00 WIB. Karena hujan deras, mengakibatkan aliran sungai meluap. Tidak hanya itu, jarak tempuh anak-anak tersebut berjalan kaki juga memakan waktu paling lama 30 menit.

"Kami sangat khawatir, kita sekolah hari ini sampai jam 10.00 WIB karena hujan besar sekali. Saya langsung komunikasi dengan orang tua, kalau anak-anak pulang sendiri kasihan, jalan kaki ke tempat penyebrangannya saja bisa sampai 30 menit," kata Erik.

Menurut Erik, persoalan menyebrang sungai bukan hanya untuk siswa dari Cikadaka tapi juga dari Babakan Pendeuy. Bahkan menurut Erik, siswa dari Kampung Babakan Pendeuy menghadapi lintasan sungai yang lebih lebar.

"Tadi orang tua murid dari Babakan Pendeuy mengabari tidak akan berangkat sekolah karena situasi sungai yang deras. Karena menyebrangnya lebih lebar ke Babakan Pendeuy kalau dari Kampung Cikadaka kan pendek hanya dalam. Kalau Babakan Pendeuy lebih lebar dan arus kecang,"

"Kalau Cikadaka bisa pakai ban dan tambang, kalau siswa dari Babakan Pendeuy lebih lebar, meskipun sungainya dangkal tapi arusnya deras," tambah Erik.

Kondisi semacam itu dikatakan Erik sudah berlangsung selama puluhan tahun, bahkan sejak SDN Pasir Pogor berdiri sejak tahun 1982. Erik sendiri menjadi pengajar sejak tahun 2012 atau sekitar 11 tahun.

"Kalau hujan begini tugas daring lewat aplikasi pesan, kalau dulu sebelum ada telepon seluler pelajaran sekolah dititip ke guru, atau siswa mendapat tugas ketika masuk. Kadang guru yang datang ke rumah siswa. Walaupun logikanya dalam setiap angkatan tidak lebih dari 15 orang dari kampung tersebut, tiap tahun ada murid baru yang riskan yang masih yang kecil, kadang diantar orang tua sampai kelas II," tutur Erik.

"Mudah-mudahan keinginan semua pihak tentang terbangunnya jembatan seger terwujud. Kami sudah lama dihantui kekhawatiran, enggak tenang. Kalau sudah musim awan hujan gelap semua guru sibuk nelepon orang tua," pungkasnya.

(sya/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads