Sepenggal Kisah Momunen Ir H Djuanda di Tahura Bandung

Wisma Putra - detikJabar
Sabtu, 03 Feb 2024 17:30 WIB
Monumen Ir H Djuanda yang ada di Kawasan Tahura Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar
Bandung -

Sunyi dan sepi itulah suasana Taman Hutan Raya (Tahura) Ir H Djuanda, Cimenyan, Kabupaten Bandung pada, Jumat, 2 Februari 2024 sore.

Tahura, selain menjadi destinasi wisata yang dikenal di wilayah Bandung Utara, Tahura juga kerap disebut sebagai paru-paru Kota Bandung. Itu karena memiliki ribuan pohon yang umurnya mencapai puluhan hingga ratusan tahun.

Bagi sebagian kalangan, Tahura popular dikenal dengan Goa Belanda dan Goa Jepang saja. Tapi siapa sangka, di Tahura juga ada Monumen Ir H Djuanda yang sosoknya wajib diketahui para pengunjung, khususnya kaum milenial.

detikJabar berkesempatan berkunjung ke Monumen Ir H Djuanda. Setiba di kawasan Tahura, jika Anda ingin berkunjung ke monumen ini dari pintu masuk tinggal mengikuti jalan saja. Setelah bertemu dua persimpangan jangan belok ke kanan, karena itu mengarah ke Goa Belanda dan Goa Jepang.

Anda harus belok ke kiri, dan nanti akan bertemu Monumen Ir H Djuanda yang tegak berdiri gagah di bawah pohon beringin raksasa. Monumen tersebut juga berdiri dengan memiliki halaman yang luas, selain dapat digunakan untuk melepas lelah, tak jarang pengunjung yang datang ke kawasan tersebut berswafoto atau mendekati Monumen untuk membaca prasasti yang terpasang di bawah monumen tersebut.

Salah satu pengunjung asal Cimahi Banu Itsar (22) mengaku, jika ada Monumen Ir H Djuanda ada di kawasan Tahura.

"Tahu nama tempat ini Tahura Ir H Djuanda, tapi saya belum tahu ada monumennya. Dua kali ke sini, pas SMA tahunnya Goa Belanda dan Goa Jepang saja," ujar Banu.

Banu menyebut, pengunjung yang datang ke Tahura wajib mengetahui sejarah perjuangan Ir H Djuanda. "Ya minimal membaca tulisan yang ada di prasastinya, jangan lupakan sejarah, tak ada salahnya sambil rekreasi, pelajari juga sejarahnya," ucap Banu.

Sejarah Monumen Ir H Djuanda

Dikutip dari Laman Tahura Bandung, Presiden Soeharto meresmikan Monumen Ir H Djuanda pada tanggal 14 Januari 1985. Peresmian itu juga bertepatan dengan kelahiran Ir H Djuanda sekaligus sebagai tanggal berdirinya Tahura yang pertama di Indonesia.

Monumen itu, berdiri di atas tanah berbentuk simetris, dengan tujuan sebagai tanda penghormatan atas jasa beliau sebagai tokoh sekaligus pahlawan nasional yang lahir di Tasikmalaya, Jawa Barat.

Pada monumen ini terdapat patung kepala Ir H Djuanda. Monumen ini menjadi kebanggaan Tahura dan memberikan kesan anggun, indah, megah dan monumental.

Monumen Ir H Djuanda yang ada di Kawasan Tahura Bandung. Foto: Wisma Putra/detikJabar

Sosok Ir H Djuanda

Ir H Djuanda atau yang memiliki nama asli Ir Raden Djoenda Kartawidjaja lahir di Tasikmalaya. Pada 14 Januari 1911 Ir H Djuanda menjabat sebagai Perdana Menteri Indonesia ke-10 sekaligus yang terakhir. Beliau menjabat dari 9 April 1957 hingga 9 Juli 1959.

Dedikasi tinggi dalam masa jabatannya adalah Deklarasi Djuanda tahun 1957 yang menyatakan bahwa laut Indonesia adalah termasuk laut sekitar, di antara dan di dalam kepulauan Indonesia menjadi satu kesatuan wilayah NKRI, atau dikenal dengan sebutan sebagai negara kepulauan dalam Konvensi Hukum Laut United Nations Convention on Law Of The Sea (UNCLOS).

Pahlawan nasional ini wafat di Jakarta pada 7 November 1963 atau pada umur 52 tahun. Ir H Djuanda dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Jakarta.

Banyak jasa yang diberikan beliau semasa hidup, namanya pun di abadikan sebagai nama Tahura Ir H Djuanda yang merupakan Taman Hutan Raya pertama di Indonesia. Selain itu, nama beliau juga diabadikan untuk nama lapangan terbang yaitu Bandara Djuanda di Surabaya, Jawa Timur.

Untuk di Bandung sendiri, nama beliau diabadikan menjadi nama jalan yakni Jalan Ir H Djuanda atau Jalan Dago Kota Bandung.

Penghormatan dari Cicalengka

Dalam perjalanan hidupnya, Ir H Djuanda lama menetap di Kecamatan Cicalengka, Kabupaten Bandung. Nama Ir H Djuanda juga diabadikan dalam sebuah tugu yang ada di salah satu jalan di Cicalengka yang diresmikan Bulan Januari tahun 2009 lalu.

Dari catatan Sejarahwan Atep Kurnia yang bersumber dari sejumlah pustaka, Tugu Ir H Djuanda ada di pertigaan jalan ke arah Desa Cikuya yang ada di sebelah barat, ke sebelah timur Desa Waluya, dan ke arah Jalan Raya Cicalengka-Nagreg di sebelah utara, dan melewati perlintasan rel kereta api jalur Bandung-Garut.

Tugu itu juga memiliki tulisan, "Dengan Rahmat Tuhan Yang Maha Esa TUGU IR. H. DJUANDA Dibangun Oleh: Kepala Desa Cicalengka Kulon", lalu dibubuhi tanda tangan dan nama kepala desanya Usep Ridwan SP. MBA, yang diresmikan Januari 2009.

Tugu ini juga memiliki tanda ruas jalan dari tugu di Kampung Margahayu, Desa Cicalengka Kulon ke arah barat Desa Cikuya pun diberi nama sebagai Jalan Ir H Djuanda. Satu penanda lagi keberadaan Ambalan Pramuka Penegak di SMAN 1 Cicalengka yang diberi nama Djuantika, singkatan dari Ambalan Ir H Djuanda dan Ambalan Rd Dewi Sartika. Ambalan tersebut dibentuk pada 8 Agustus 1973 di Pendopo Kewedanaan Cicalengka.

Dari pustaka yang dibaca Atep Kurnia, Ir H Djuanda juga pernah bekerja di kantor Pengairan dan Perdjalan Djawa Barat (Seibu Doboku) Djakarta. Dia pernah menempuh pendidikan di Europeesche Lagere School atau ELS Cicalengka (tamat 1924), HBS V (1929) dan TH atau ITB sekarang (1933).

"Selain itu, Djuanda aktif sebagai anggota pengurus besar Paguyuban Pasundan antara 1933-1942," kata Atep.

Ir H Djuanda lahir dari ayah bernama Raden Kartawidjaja yang berprofesi sebagai seorang guru lulusan Kweekschool Bandung asal Leles, Garut, dan ibunya bernama Nyi Momot yang berasal dari Tasikmalaya.

"Pada Mei 1933, Djuanda lulus dari ITB. Ia menggondol ijazah sebagai insinyur sipil. Segera setelah lulus, keluarga Djuanda meminang Juliana dan pada tahun itu pula dipersiapkan dan dilakukan pernikahan antara Djuanda Kartawidjaja dengan Juliana Wargadibrata di Bandung," ucapnya.



Simak Video "Jabar Pilihan Episode 4"

(wip/sud)
Berita Terkait
Berita detikcom Lainnya
Berita Terpopuler

Video

Foto

detikNetwork