Cinta Terlarang Tuan Belanda, Terungkap Lewat Surat Terakhir di Karang Hawu

Lorong Waktu

Cinta Terlarang Tuan Belanda, Terungkap Lewat Surat Terakhir di Karang Hawu

Syahdan Alamsyah - detikJabar
Rabu, 24 Jan 2024 09:00 WIB
Lokasi pesanggrahan tempat Jaan Frederik van Koesveld dan Trussje Blonk memadu kasih
Lokasi pesanggrahan tempat Jaan Frederik van Koesveld dan Trussje Blonk memadu kasih (Foto: Dok JJS/RanggaPamungkas).
Sukabumi -

Kisah cinta terlarang Jaan Frederik van Koesveld dan Trussje Blonk berakhir tragis usai mereka memutuskan mengakhiri hidupnya. Jasad keduanya ditemukan tergeletak sejauh 10 meter dari bibir pantai di Karang Hawu, Kecamatan Cisolok, Kabupaten Sukabumi.

Van Koesveld diketahui memiliki istri dan dua anak, sementara Trussje merupakan remaja berusia 16 tahun. Kondisi itu, membuat orang tua Trussje melarang cintanya terhadap Van Koesveld. Meskipun sosok pria berusia 27 tahun itu cukup terpandang kala itu.

"Kisah keduanya terungkap dari dua buah surat yang ditemukan oleh polisi sebagai bukti. Satu surat tersimpan di mantel Van Koetsveld dan tampaknya surat tersebut ditulis oleh Truusje, di mana di kalimat surat yang terakhir, gadis itu meminta orang tuanya untuk tidak melapor ke polisi dan tampaknya surat itu hendak dikirimkan ke rumah orang tua sang gadis di Batavia, namun belum sempat terkirimkan," kata Rangga Suria Danuningrat, pegiat sejarah dari Sukabumi History dan Jelajah Sejarah Soekaboemi.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Rangga menukil kisah cinta terlarang itu dari sejumlah sumber pemberitaan, salah satunya kantor berita Algemeen Nieuws- en Telegraaf- Agentschap disingkat Aneta yang terbit pada Rabu tanggal 17 Agustus 1932.

"Surat lain ditemukan di Pasanggrahan Karang Hawu dan surat tersebut dipastikan ditulis oleh Van Koesveld sendiri. Pria beristri itu menulis bahwa penyebab tindakan putus asa itu harus ia tempuh karena sang gadis pujaan hantinya itu tak mendapatkan restu dari orang tuanya untuk menikah dengannya," ujar Rangga.

ADVERTISEMENT

Diduga surat terakhir itu sengaja dibuat di Karang Hawu saat pasangan sejoli dimabuk asmara itu memadu kasih. "Jika mereka tidak ditemukan pada malam hari, mereka harus menelepon rumahnya di Batavia," kalimat penutup dari surat tersebut.

Penyelidikan Polisi

Polisi saat itu melakukan penyelidikan, dari keterangan beberapa orang penduduk setempat mengaku mendengar sura letusan senjata. Namun kala itu masih banyak pemburu hewan liar yang berkeliaran di sekitar Karang Hawu.

"Warga saat itu tidak sempat memperhatikan karena mereka mengira seseorang sedang berburu di wilayah sekitar yang tak jauh dari Karang Hawu. Ketika beberapa jam kemudian, Wedana Pelabuhanratu mendengar tentang penemuan mayat dari penduduk setempat kemudian sang Wedana segera memberitahukan otoritas pemerintah Eropa di Sukabumi," kisah Rangga.

"Saat itu penyelidikan mendalam dilakukan atas kasus tersebut hingga Polisi akhirnya bisa mengungkap motif pembunuhan dan peristiwa bunuh diri itu. Tak lama kemudian, beberapa pejabat pemerintah Eropa dan pribumi datang dari Sukabumi," tambah Rangga.

Kedatangan mereka juga disertai oleh seorang dokter, jenazah kedua sejoli itu lalu dibawa ke Rumah Sakit di Sukabumi. Usai gelar kasus, jenazah Trussje diangkut dengan mobil jenazah ke Rumah Sakit Tjikini di Batavia.

"Tiba di rumah orang tuanya jasad gadis itu kemudian langsung dikuburkan. Gadis malang tersebut dikuburkan di pemakaman Meester Cornelis (Jatinegara-Jakarta) dan disaksikan oleh kedua orang tuanya dalam suatu tragedi yang sangat menyedihkan bagi keluarga Eropa tersebut hingga sang ibu begitu syok dan harus dibawa ke rumah sakit," tutur Rangga.

Sementara itu saudara dari Van Koetsveld, adalah seorang karyawan sebuah perusahaan di Tjibadak kemudian saudaranya tersebut menguburkan jenasah pria beristri yang sedang mabuk asmara itu di sebuah tempat di Sukabumi.

(sya/mso)

Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads