Cerita Wawan Ikut Seleksi 'Pengendali' Kereta Cepat Whoosh

Cerita Wawan Ikut Seleksi 'Pengendali' Kereta Cepat Whoosh

Yuga Hassani - detikJabar
Rabu, 17 Jan 2024 18:30 WIB
Simulator kereta Whoosh
Simulator kereta Whoosh (Foto: Yuga Hassani/detikJabar)
Kabupaten Bandung -

Menjadi masinis Kereta Cepat Whoosh merupakan mimpi bagi sebagian masyarakat Indonesia. Namun, menjadi bagian dari itu tidaklah mudah. Butuh proses hingga seleksi yang ketat.

Wawan Setiawan salah satunya. Dia mengikuti serangkaian proses seleksi ketat guna menjadi masinis kereta Whoosh.

Wawan punya modal bekerja sebagai masinis di PT KAI Daop I Jakarta. Selama beberapa tahun, Wawan mengendalikan kereta api rute Jatinegara-Cipinang.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Wawan pun ingin naik level dalam karirnya. Dia ikut seleksi bagi calon masinis Whoosh. Berbagai pelatihan dia lakukan termasuk berlatih mengendalikan Whoosh menggunakan simulator.

Simulator tersebut memiliki fungsi yang sama dengan sarana yang nantinya akan digunakan yaitu Electric Multiple Unit tipe KCIC400AF. Beberapa interior, fitur, hingga fungsi pun turut disamakan.

ADVERTISEMENT

"Saya masuk di sini (seleksi masinis Whoosh) Januari 2023. Ada beberapa bulan pelatihan teori di Madiun. Kemudian ada panggilan pelatihan Januari tahun sekarang di Tegalluar," ujar Wawan, kepada detikJabar, Rabu (17/1/2024).

Wawan Setiawan calon masinis Kereta WhooshWawan Setiawan calon masinis Kereta Whoosh Foto: Yuga Hassani/detikJabar

Sebelum panggilan untuk mengikuti pelatihan di Depo Tegalluar, Wawan menimba ilmu teori di Polteknik Perkeretaapian Indonesia di Maduan. Selama enam bulan, Wawan menyerap ilmu teori.

"Di sana kita mempelajari teori terkait safety, teknis dan regulasi untuk mengoperasikan kereta cepat," katanya.

Lulus dari ujian teori, Wawan pun dapat panggilan untuk pelatihan praktik di Depo Tegalluar, Kabupaten Bandung. Wawan bersama 71 calin masinis lainnya pun mengikuti tahapan ini dengan menggunakan simulator.

"Di sini kita belajar tentang simulasi, simulator. Setelah dinyatakan lulus, baru kita melakukan jobtraining yaitu kita mengikuti di kabin. Setelah proses tersebut kita mengikuti untuk tes sertifikasi sebagai kompetensi bahwa kita layak sebagai masinis kereta cepat," jelasnya.

Wawan menuturkan selain menguasai teori dan praktik simulator, calon masinis Whoosh juga perlu memiliki pengalaman sebagai masinis di PT KAI dengan masa kerja minimal 10 tahun atau minimal sudah bekerja selama 3.000 jam. Wawan yang sudah bekerja di PT KAI sejak tahun 2013 tentu lolos persyaratan itu.

"Terus mereka juga harus sudah dengan kilometer masa pengoperasian lebih dari 100 ribu kilometer. Kemudian kita diadakan seleksi dan diambil 72 masinis dari KAI, baru kita lanjut pelatihan-pelatihan ini," ucapnya.

Wawan memberi alasan dirinya ingin menjadi masinis kereta Whoosh. Dia merasa tertantang untuk naik kelas di jenjang karirnya.

"Jadi alasan kami bergabung di sini, saya merasa tertantang dan juga ini kesempatan berharga bagi saya sebagai masinis. Apalagi kita adalah sebagai pelopor masinis kereta cepat pertama di Indonesia, bahkan di Asia Tenggara," tuturnya.

Wawan sedikit bercerita soal pengalamannya menggunakan simulator kereta Whoosh yang dibuat sedemikian mirip dengan aslinya. Menurutnya, ada perbedaan mencolok antara kereta konvensial dengan kereta cepat Whoosh. Terlebih dari sisi teknologi dan sistem yang digunakan.

"Jadi perbedaannya adalah, saat kita di kereta konvensional itu untuk persinyalan itu berada di luar. Itu mengandalkan mata kita untuk melihat sinyal tersebut," kata Wawan.

"Sementara di sini, semua persinyalan itu keseluruhan ada di onboard atau dikabin. Jadi sinyalnya itu ada di dalam kabin dan berbentuk sinyal khusus tersendiri," tambahnya.

Sementara itu, Manager Corporate Communication KCIC Emir Monti menyebutkan adanya pelatihan tersebut untuk mempersiapkan operasional kereta cepat dengan SDM Indonesia.

"Dimana ada 40 yang berada di Tegalluar dan 32 ada di Madiun. Di Madiun dimulai dengan pelatihan teori dilanjutkan dengan pelatihan praktik yang ada di Tegalluar baik dari komputer maupun langsung dengan simulator," ucap Emir.

Menurutnya hal tersebut merupakan bagian dari transfer pengetahuan dari tenaga ahli atau profesional yang sudah terbiasa mengoperasikan kereta cepat ke SDM Indonesia. Menurutnya, hal ini dilakukan dengan harapan beberapa tahun ke depan seluruh operasional dan perawatan kereta cepat sudah dapat dilakukan oleh SDM Indonesia

"Jadi transfer knowledge ini penting sebagai bagian dari peningkatan kemampuan dan kualitas perkeretaapian di Indonesia. Dimana nanti SDM Indonesia sudah bisa mengoperasikan kereta cepat pertama di Asia Tenggara," beber Emir.

Pihaknya mengungkapkan melalui simulator tersebut calon masinis diajarkan jika menghadapi kondisi darurat. Dengan adanya kendala cuaca atau kendala adanya benda asing.

"Jadi bagaimana penanganannya, sehingga nantinya ketika dioperasikan oleh SDM Indonesia semuanya sudah bersiap," ungkapnya.

Emir menginginkan SDM Indonesia bisa mengoperasikan dan perawatan kereta cepat Whoosh dengan secepatnya.

"Jika seluruh pelatihan berjalan lancar ya diharapkan dalam 1 tahun atau 2 tahun ke depan sudah mulai bertahap ya sudah bisa dioperasikan oleh SDM Indonesia. Mudah-mudahan tahun 2025, semoga pelatihan dan sertifikasi berjalan lancar. Sertifikasi dari Regulator Kementerian Perhubungan," pungkasnya.




(dir/dir)


Hide Ads